Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Target Selanjutnya
Siswi sekolah terjatuh pingsan saat serum anti virus dimasukkan kedalam tubuhnya oleh Nobel.
"Mari kita pergi dari sini, sebelum yang lainnya curiga, masih ada beberapa siswi sekolah yang harus kita beri serum ini", kata Nobel.
"Ya...", sahut Cornelia dengan suara parau.
"Ayo, Cornelia !" ucap Nobel sembari menganggukkan kepalanya.
Cornelia membalas ucapan Nobel dengan anggukkan pelan lalu memutar tubuhnya untuk pergi dari toilet sekolah.
Nobel menatap sesaat siswi sekolah yang terkapar dilantai toilet lalu segera beranjak pergi dari tempat itu.
Tap... Tap... Tap...
Nobel melangkah cepat, mendahului Cornelia yang terbang melayang ketika mereka berdua keluar dari toilet sekolah.
Mereka meninggalkan siswi sekolah tak bersalah itu didalam toilet.
Nobel bergegas mengubah penampilannya dari sosok wanita seperti guru pengajar menjadi siswa sekolah.
"Kau berubah lagi, Nobel...", ucap Cornelia sembari melirik cepat ke arah Nobel yang berlari didepannya.
"Akan lebih mudah untuk bergerak bebas saat menjalankan tugas penting", sahut Nobel seraya tersenyum simpul.
"Masih ada siswi sekolah yang terkena gigitan slave vampir yang mesti kita selamatkan secepatnya", kata Cornelia.
"Ya, dan itu bukanlah tugas yang mudah", ucap Nobel.
"Ada berapa siswi sekolah yang menjadi penari difestival bulan purnama yang terkena gigitan slave vampir ?" kata Cornelia.
"Entahlah, aku tidak tahu, kita hanya mencari mereka disekitaran sekolah ini, sebisa kita", sahut Nobel.
"Baiklah, meski tidak mudah, tetap kita lakukan semampu kita, dan sebaiknya kita lebih berhati-hati agar tidak sampai ketahuan", kata Cornelia.
"Ya, sebaiknya demikian", sahut Nobel dalam sosok siswa sekolah.
Cornelia masih terlihat bercahaya layaknya bulan purnama terang, dia melayang terbang mengikuti langkah Nobel didepannya.
Suasana sekolah sangat sepi sekali sebab Cornelia melakukan pengintaian ini diwaktu jam pelajaran sekolah berlangsung.
Tidak terdapat siswi maupun siswa sekolah yang berkeliaran diluar jam pelajaran sekolah.
"Apa kita tidak salah waktu mengintai ?" tanya Cornelia.
"Kurasa tidak, akan lebih mudah kita bergerak dijam-jam sepi", sahut Nobel.
Nobel mengeluarkan jam pasir miliknya lalu mengamatinya lebih seksama.
"Waktu kita sangat terbatas, dan secepatnya kita bergerak mencari mereka, batas waktu serum akan berkurang khasiatnya jika kita tidak segera memberikannya kepada mereka", kata Nobel.
"Apa kita berpencar ?" tanya Cornelia.
"Tidak, akan lebih baik kita kerja dalam satu team, target lebih cepat diselesaikan daripada bergerak sendiri-sendiri", sahut Nobel.
"Ya, aku mengerti", ucap Cornelia.
Tiba-tiba muncul sesosok siswa sekolah sedang berjalan terhuyung-huyung dari arah kelas menuju ke arah luar kelasnya.
Siswa itu seperti sedang kerasukan saat berjalan sendirian.
Wajahnya membiru serta menghijau seperti bekas lebam-lebam sehabis dipukul.
"Itu target kita selanjutnya", ucap Nobel.
"Apa kita tidak perlu memastikan bekas gigitan pada bahunya ?" tanya Cornelia yang masih bercahaya terang tubuhnya.
"Nanti kita akan melihatnya sendiri jika kita berhasil memasukkan serum ini ke dalam tubuhnya", sahut Nobel.
Nobel melesat cepat ke arah siswa sekolah yang bersandar pada dinding sekolah.
Wajahnya luyu serta sangat pucat bahkan sorot kedua matanya terlihat lesu.
Nobel berdiri dihadapan siswa sekolah itu lalu menatapnya tajam sambil bergumam pelan.
"Tatap mataku !" perintah Nobel kepada siswa sekolah didepannya.
"Siapa kau ?" sahut siswa tersebut sembari mendongak congkak kepada Nobel.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku yang sebenarnya, kau hanya perlu memahami bahwa aku adalah penolong jiwamu", kata Nobel.
"Dasar idiot ! Enyah sana !" sahut siswa itu emosi.
"Setidaknya aku bisa menjaga diriku agar tidak terhisap oleh vampir", kata Nobel menyeringai sinis.
Siswa sekolah itu langsung tersentak kaget, berjalan mundur dengan langkah tergesa-gesa.
Sorot matanya nanar, menatap ketakutan ke arah Nobel.
"Apa maumu ???" ucap siswa itu gemetaran.
"Tidak ada...", sahut Nobel sembari terus berjalan mendekat.
"Jangan dekati aku !" ucap siswa itu dengan ekspresi takut.
"Kenapa tidak ? Aku datang ingin menolongmu...", sahut Nobel yang terus melangkah maju.
"Pergiiii !!! Jauh dariku !!!" teriak siswa itu beringsut mundur.
Nobel tetap menyeringai, kali ini seringainya semakin lebar, memberi kesan wajahnya yang menyeramkan dengan gigi taringnya.
"Hiiiiiiiiii... Kau... Kau... Kau vampir laknat !!! Setan !!! Iblis malam !!!" pekik siswa itu semakin ketakutan.
Nobel hanya tersenyum dengan ekspresi wajah datarnya lalu berhenti tepat dihadapan siswa itu sembari mendekatkan wajahnya.
"Kau bilang aku iblis malam ? Kau tahu bahwa iblis tidak akan berani muncul dihadapanku sedetikpun, bodoh !" ucap Nobel dengan sorot mata berkilat-kilat merah.
"Hiiii... !?" pekik tertahan siswa itu sembari menggigil ketakutan.
"Semestinya kau tahu bahwa aku adalah penyelamatmu dan seharusnya kau berterimakasih kepadaku untuk itu, nak", kata Nobel.
"Pergiiii... !" ucap siswa itu dengan kedua mata melotot lebar.
"Aku tidak dapat pergi secepat yang kau inginkan karena ada tugas mulia yang harus aku selesaikan", sahut Nobel.
Nobel memegang botol serum anti virus vampir ditangannya, diraihnya baju seragam milik siswa itu lalu membuka paksa.
Sret !
Terdapat bekas gigitan pada bahu kanan siswa itu yang membekas hijau serta memerah.
"Kau dalam bahaya, bung !" ucap Nobel.
"Apa... Apa yang kau lakukan padaku ???" kata siswa itu sambil melirik ke arah samping.
"Aku akan menyelamatkan jiwamu dan membuatmu normal kembali", sahut Nobel.
Nobel menghujamkan serum anti virus vampir kuat-kuat kedalam bahu siswa sekolah itu.
Tanpa ampunan sedikitpun, Nobel menyelesaikan tugas pentingnya di sekolah dengan cepat, siswa itu langsung terbelalak lebar serta merintih kesakitan saat serum anti virus vampir memasuk kedalam dirinya.
Tubuh siswa itu semakin bergetar hebat serta gemetaran kuat saat tubuhnya dimasuki oleh serum tersebut.
Tak tahan menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya, siswa itu berteriak kencang.
"Aaaaaaaaakkkkhhhh... !!!"
Sedetik kemudian, tubuhnya tumbang ke lantai.
"Akhirnya tugas kita selesai", ucap Nobel.
"Ada apa ???" terdengar suara dari arah kelas.
Nobel segera melirik tajam ke arah kelas yang letaknya tak jauh darinya.
Terdengar suara langkah kaki dari arah kelas, seperti sedang berjalan menuju keluar kelas.
Nobel langsung tanggap, dia menoleh ke arah Cornelia disampingnya lalu berkata kepadanya.
"Kita bawa pergi siswa ini, dan kita sembunyikan dia sebelum semua disekolah ini tahu", katanya.
"Kita bawa dia ke klinik kesehatan sekolah, kita baringkan saja dia disana sekarang juga", sahut Cornelia.
"Kurasa idemu bagus juga, Cornelia. Mari kita pergi kesana sekarang juga !" ucap Nobel.
"Ya, Nobel", sahut Cornelia mengangguk tegas.
Nobel mengangkat tubuh milik siswa itu lalu membawanya pergi menuju ke klinik kesehatan sekolah.
Tampak tubuh Nobel melesat kilat disepanjang jalan sekolah yang ada sedangkan Cornelia bergerak dibelakangnya.
"Tidak ada siapa-siapa", ucap seorang pria yang berjalan keluar dari kelas.
Dibelakangnya, sejumlah murid telah berdiri berkerumun sembari berdesak-desakan ingin tahu, apa yang sedang terjadi diluar kelas mereka.
Suara gaduh mulai terdengar riuh rendah dari arah kerumunan murid-murid yang berdiri diluar kelas.
"Apa kalian dengar tadi suara teriakan dari luar kelas ?" tanya pria berbaju biru tua kepada murid-murid.
"Iya, kami semua tadi dengar suara teriakan itu tapi kenapa tidak ada apa-apa diluar sini", sahut sejumlah murid serentak serta saling berpandang-pandangan satu sama lainnya.
"Apa kita salah dengar ? Atau itu bias gema alat musik ?" ucap pria berbaju biru.
"Aneh..., sangat aneh, kenapa tidak ada siapa-siapa diluar sini", kata beberapa murid yang kebingungan.
"Baiklah, kita kembali ke kelas sekarang, tidak ada yang perlu kita pikirkan, mungkin hanya suara kucing terinjak atau terjepit", kata pria berbaju biru itu sambil memerintahkan kepada murid-muridnya untuk kembali ke kelas mereka.
"Yah..., tidak ada apa-apa...", ucap murid-murid.
"Tidak mungkin itu suara kucing terjepitkan ???" kata murid-murid bergumam.
"Kita semua mendengar suara teriakan itu, tidak mungkin kita salah dengar tadi...", sambung murid-murid saling mengadu kecewa.
Sejumlah siswa dan siswi berjalan masuk ke dalam kelas mereka dengan wajah penuh kekecewaan, ternyata tidak ada sesuatu yang aneh terjadi diluar kelas mereka, sedangkan pria berbaju biru masih mengawasi jalan diluar kelas sambil berjalan masuk.
Tiba-tiba sorot matanya bersinar merah serta berkilat-kilat sedangkan bibirnya menyeringai tipis, membentuk seulas wajah yang sangat menyeramkan.