Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Nona, ini semua untuk apa?" tanya Nira sembari menata aneka tanaman serta akar-akaran yang dibelinya ke sebuah tempat khusus.
"Untuk memperkuat tubuhku, Nira. Bukankah perjalanan kita sangat jauh?" ucap Lyra setelah memilih beberapa bahan ke dalam sebuah mangkuk kecil.
"Sudah dua hari, tapi tanaman itu tidak berubah sama sekali. Mungkin saja tidak ada yang salah dengan ramuan itu, Nona," ucap Nira menatap pohon di dalam pot yang setiap malam ia siram dengan ramuan yang disuguhkan pelayan.
"Efek racunnya tidak langsung terasa, dia bekerja seumur hidup perlahan-lahan melemahkan anggota tubuh dan menghisap energi di dalamnya. Untuk itu aku mudah lelah meski hanya bergerak sedikit saja," terang Lyra seraya membawa mangkuk berisi bahan ramuan itu ke wastafel untuk dicuci.
Nira mengerti, dia mengamati dengan lebih saksama tanaman tersebut. Ada yang berbeda, daun-daun yang kemarin hijau sedikit memucat. Bahkan, ada sebagian yang hampir berwarna kekuningan.
Apa kondisi tubuh Nona pun seperti daun itu? Semakin hari semakin lemah dan akhirnya tak berdaya. Kenapa aku tidak menyadarinya? Ceroboh!
Nira bergumam penuh sesal, dia tak akan lagi mempercayai siapapun selain dirinya sendiri dan juga sang majikan. Semua orang di mansion itu menginginkan nyawa Lyra. Dia sendiri tak tahu mengapa? Padahal Lyra hanyalah seorang gadis belia yang manja dan polos.
"Tuan!" Nira terhentak ketika berbalik Xavier sudah berada di dalam kamar Lyra.
Ia menggerakkan kepalanya meminta Nira untuk keluar dan memberi ruang kepada mereka untuk berbicara berdua saja.
Pelayan kecil itu mengangguk, dan pergi meninggalkan Lyra sendiri tanpa suara. Hanya berdua dengan seorang binatang buas yang tak pernah bersikap lembut padanya. Nira memutuskan berjaga di depan pintu kamar Lyra untuk memudahkannya masuk ketika sang majikan menjerit meminta pertolongan.
Di dalam kamar, Lyra hendak kembali ke balkon setelan mencuci bahan-bahan yang akan dia buat ramuan sendiri. Ia tertegun, membeku di dekat ranjang ketika melihat Xavier yang berdiri di dekat tanaman yang nyaris layu.
"Untuk apa kau datang?" ketus Lyra seraya duduk di meja rias, menumbuk perlahan bahan ramuan itu.
Xavier melangkah, hatinya sedikit tercubit mendengar suara ketus Lyra yang penuh tekanan. Ia berdiri sedikit jauh dari posisi Lyra duduk.
Tidak biasanya dia bersikap tak acuh seperti ini. Kenapa seolah-olah dia tidak peduli padaku lagi? Padahal aku tahu, dia ingin sekali aku tidur di sini menemaninya.
"Jika tidak ada kepentingan sebaiknya Anda keluar, Tuan," usir Lyra masih dengan nada yang sama, ketus dan dingin. Bahkan, dia tidak melirik Xavier sama sekali.
Dahi laki-laki itu berkerut hingga nyaris menyatukan kedua ujung alisnya. Mengapa? Pertanyaan itu berkecimpung di dalam hati dan pikirannya.
"Kudengar kau tidak memakan masakan yang dibuat koki. Apa itu benar?" tanya Xavier menatap punggung kurus Lyra yang tampak ringkih. Ya, semakin hari semakin ringkih.
"Tidak perlu repot mengurusi urusan saya, Tuan. Bukankah Anda orang yang sangat sibuk?" ucap Lyra tak acuh, tangannya terus sibuk menumbuk ramuan tanpa ingin menoleh pada suaminya itu.
Xavier mengepalkan tangan kuat-kuat, sia-sia dia bertanya dan memberinya perhatian. Lyra berubah dingin dan cuek, dia bahkan tidak pernah menatapnya dengan tatapan penuh cinta dan takjub lagi. Mata itu telah berubah tajam dan penuh dendam.
"Ku harap kau mengerti posisimu sendiri," ujar Xavier semakin dingin.
"Anda tenang saja, Tuan. Apa yang saya lakukan tidak akan membuat Anda rugi. Jadi, jika tidak ada urusan lain, silahkan keluar karena saya tidak memiliki waktu luang untuk berbincang," ucap Lyra sekali lagi mengusir Xavier dari kamarnya.
Kepalan tangan laki-laki itu semakin menguat hingga buku-buku jarinya memutih. Gejolak aneh menjalar ke pembuluh darah di seluruh tubuh, membakar segala rasa dalam jiwa. Sikap dingin Lyra benar-benar membuatnya berpikir keras.
"Nira! Antar tamu keluar!" panggil Lyra pada pelayan kecilnya itu.
Nira masuk dan berhadapan dengan Xavier.
"Tidak perlu!" sengit laki-laki itu seraya berjalan sambil melirik sinis Lyra yang masih sibuk dengan ramuannya.
Dia mendengus, keluar membawa rasa malu yang tak terhingga. Siang itu dia bisa merasakan apa yang sering dirasakan oleh Lyra. Diusir dengan sengit dari kamarnya, padahal Lyra adalah istri sahnya sendiri.
Kurang ajar kau, Lyra! Kau mempermalukan aku seperti ini.
Dia menggeram marah.
kyknya mmg keluarga Lyara adalah leluhur keluarga Eleanor.. 🤔🤔
sampe nangis bacanya😂