Amira Khairunissa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 38.
Amira.yang kini sudah sadar, seketika seluruh tubuh nya kini langsung menjadi lemas, dan dia secara perlahan langsung duduk di lantai, dengan wajahnya yang memerah merona dan jantungnya yang semakin berdetak tidak karuan.
" Jantungku..." batin Amira, begitu dia merasakan detakan jantungnya yang semakin berdetak tidak beraturan.
'Apa yang dia lakukan, D-dia tadi mencium kening ku?' batin Amira sembari menutupi seluruh wajahnya yang sangat memerah menahan malu.
Sembari dirinya menetralkan kembali perasaannya, dia kini mulai kembali ke tempat kerjanya, ketika hati dan perasaannya sudah merasa baikan dan tenang.
Sedangkan di sisi lain, Fajar kini langsung duduk di sebuah sofa dekat meja kerjanya Amira, dia merasa bingung dengan tindakannya itu, bisa-bisanya dia berani mencium kening Amira seperti itu.
'Apasih yang gue pikirin, bisa-bisanya gue ngelakuin kek gitu,' batin Fajar sembari memijit pelipisnya.
Derttt....Derttt....Derttt.....
Suara deringan ponsel itu tiba-tiba mulai menggema di seluruh ruangan, membuyarkan Fajar yang tengah bingung itu.
Fajar pun kini langsung mengambil ponselnya dan melihat layar yang sudah menyala..
" Apa?" tanya Fajar, begitu panggilan nya sudah terhubung dengan Rangga.
Ya, orang yang sudah menelponnya itu adalah Rangga.
[ Lo cari buku apa sih, Jar?, perasaan, lama banget lo gak balik-balik] tanya Rangga, dari sebrang telpon sana.
Dia bersama dengan teman-teman yang lainnya, masih ada di lantai pertama perpustakaan itu, lebihnya tepatnya di cafe perpustakaan Mustika.
" Bukunya emang susah dicari." jawab Fajar, mengarang.
[ Kalau gitu kita susul lo ke atas, ya, siapa tau kalau kita bantu nyari, bukunya bisa cepet ketemu] usul Rangga.
[ Lagian lo nyari buku bukanya minta bantuan ke kita buat nyariin, tapi malah milih nyari sendiri] sambung Rangga kembali.
Rasanya masih terasa kurang bagi mereka jika menikmati makanan dan berbincang ringan, tanpa adanya kehadiran Fajar di tengah-tengah mereka.
[ Gue tutup telponnya sekarang, kita mau ke lantai atas bantu lo nyari buku itu] ujar Rangga.
" Gak usah, gue bisa cari sendiri." sahut Fajar yang langsung menolaknya.
Dia menolak tawaran bantuan itu tanpa ada sebab akibatnya, tetapi karena dia tidak ingin jika teman-temannya itu harus menyusul dirinya ke lantai dua, kemudian bertemu dengannya dan juga Amira.
[ Apa?, lo bisa cari sendiri?] tanya Rangga, mempertegas.
" Hm!." gumam Fajar.
[ Bisa-bisa, tapi lama!, udahlah kita kesana sekarang] cibir Rangga, yang tidak sabaran.
Dia menjadi kesal sendiri karena harus menunggu Fajar yang tidak kunjung turun dari lantai dua lalu...
Tut!.
Panggilan mereka pun langsung terputus, entah siapa yang lebih dahulu memutuskan panggilan itu.
Setelah panggilan itu sudah terputus, dia kini melihat Amira yang sudah keluar dan hendak kembali ke meja miliknya dengan jalannya yang pincang.
Melihat itu, Fajar pun segera mendekatinya, dia merasa khawatir dengan kondisi Amira saat ini dan segera melupakan kejadian tadi yang membuat mereka sama-sama malu.
"Masih sakit?" tanya Fajar tiba-tiba, dan itu membuat Amira langsung membulatkan kedua mata indahnya dan langsung segera menundukan kepalanya karena dia masih sangat malu untuk melihat wajah Fajar.
" G-gak kok, Jar, kakiku udah mulai baikan." jawabnya gugup, sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.
" Makasih udah bantu aku ngurangin rasa sakitnya." sambungnya kembali.
" Yah." jawab Fajar, sambil memalingkan wajahnya ke sembarang arah, dengan kedua tangannya yang dia lipat di depan dadanya, dia juga merasa malu atas tindakannya itu.
Amira yang sudah tidak bisa berlama-lama dengan Fajar pun kini langsung kembali ke tempat meja kerjanya yang langsung di susuli Fajar di belakangnya.
Setelah Amira sampai dan duduk di mejanya, dan juga perasaannya yang sudah dirasa aman, Amira pun segera duduk pikiran langsung dia alihkan ke arah komputer yang ada pikirannya dan mulai fokus untuk kembali bekerja.
Sedangkan Fajar dia pun langsung mencari tempat yang kosong untuk menunggu kedatangan teman-temannya itu di sana.
TO BE CONTINUE.
meleleh hati adek Amira bang Fajar🤭🤭🤭