VAMPIR

VAMPIR

Bab 1 Lakas

Teng... ! Teng... ! Teng... !

Suara dentang lonceng terdengar dari jauh.

Seseorang bergerak cepat, berpindah tempat dalam hitungan detik.

Senyum manis menghias sudut senyumannya yang tampan.

Malam mulai larut, udara dingin menusuk tulang, meski terkesan menyejukkan, namun, masih terasa mencekam.

Bulan membentuk purnama, menambah kesan misterius pada malam ini.

Seseorang terus bergerak cepat, jubahnya yang hitam berkibar halus tertiup angin malam, telapak tangannya terarah lurus kedepan.

Hembusan angin kecil mengibaskan gerombolan serigala yang datang menyerang dan disertai sinar cahaya terang yang menghangatkan tapi meremukkan tubuh.

Pria tampan dengan topi fedora hitam menyeringai tipis, memperlihatkan gigi taringnya yang lancip.

"Tuan muda Lakas, apa perlu kita hancurkan markas mereka ?" tanya seorang pria dengan sebuah lensa tergantung di salah satu matanya.

"Tidak perlu, kita sudah memberi mereka pelajaran berharga, memang bukan salah mereka harus berkeliaran dijalan", sahut Lakas.

"Tapi mereka tahu tentang kita dikota ini, akan menyulitkan ruang gerak kita selama tinggal disini", kata pria itu.

"Selama kita terus menyembunyikan identitas kita dari lingkungan manusia, tidak ada yang perlu kita takutkan Nobel", sahut pria bernama Lakas.

"Baik, tuan muda, akan saya perhatikan saranmu", ujar Nobel.

"Setidaknya kita telah bekerja dengan maksimal meski agak berat, karena menyembunyikan identitas kita tapi tugas penting kita adalah mencegah para iblis yang akan mengganggu manusia", kata Lakas.

"Setan jahat berwujud iblis memang tukang merusak moral, dan aku paling benci melihat muka mereka", sahut Nobel.

Kedua mata Nobel berkilat misterius, terkesan dingin dan lebih menakutkan daripada sorot mata pria tampan bernama Lacas.

Pria bernama Lacas langsung melirik tajam.

"Bukankah kita juga salah satu dari setan terkuat, jangan menyindir, aku tersinggung", sahutnya dengan ekspresi halus.

Nobel tidak merespon, hanya tersenyum lebar, memperlihatkan gigi taringnya yang bersinar.

"Apa kita akan pergi dari sini ?" Nobel membersihkan kedua telapak tangannya dari sisa darah klan serigala yang baru saja dia habisi.

"Aku ingin minum dibar itu, merenggangkan otot-otot yang terasa tegang", kata Lacas.

Nobel langsung mengalihkan pandangannya ke arah sebuah bar yang letaknya tak jauh dari mereka sekarang ini.

Sorot matanya kembali bersinar tajam ketika menatap ke arah sebuah bar yang menjadi tempat minum semua kalangan.

"Seteguk anggur merah, kurasa cukup menghibur, tapi jangan sampai mabuk oleh kenikmatannya", ucap Nobel dengan sudut bibir naik keatas.

"Yeah...", sahut Lacas sambil menurunkan sudut bibirnya, menandakan dia setuju dengan ucapan Nobel.

Lacas bergerak cepat sedangkan jubah hitamnya kembali melambai pelan saat dia berpindah tempat.

Tak butuh sedetik, Lacas telah berdiri didepan pintu masuk sebuah bar minuman, diarahkannya ujung topi fedoranya agak turun sehingga menutupi wajah tampannya yang cerah menawan saat diterpa sinar rembulan.

Lacas berjalan masuk meski langkahnya tak selalu bisa dia kendalikan, karena terbiasa bergerak cepat dan berpindah tempat, dia berusaha melangkah dengan benar layaknya manusia.

Sejumlah mata langsung menatap kearah Lacas saat dia masuk ke dalam bar minuman.

Lacas memilih tempat duduk didekat panggung hiburan yang tersedia didalam bar tersebut.

"Apakah anda akan minum ?" tanya seorang pramusaji perempuan kepada Lacas.

Perempuan cantik nan seksi itu berdiri dengan tangan menopang baki yang diatasnya ada tong kecil berisi botol minuman.

Lacas melirik tajam sembari memperhatikan ke arah perempuan bar didekatnya, terkesan menggoda tapi Lacas tidak terlalu menyukainya.

Aroma tubuh manusianya sangat kuat terpancar dari sosok pramusaji bar sehingga Lacas dapat mencium bau darah yang mengalir cepat disetiap pembuluh darah milik perempuan bar.

Lacas mendengus kasar dengan kepala mendongak ke atas.

Terkekeh pelan seakan dia sedang menertawakan ketidakadilan ini, siapa yang tidak bisa menahan hasrat terlarang ini, batinnya.

Lacas mengangguk cepat pada pramusaji itu.

"Beri aku segelas anggur itu !" perintahnya sambil melambaikan tangan.

Pramusaji bar segera melakukan permintaan Lacas, dengan sigap dia menuangkan sebotol anggur ke dalam gelas.

"Terimakasih...", ucap Lacas.

"Apa perlu aku temani anda malam ini ?" tanya pramusaji seksi itu.

Tiba-tiba dari arah belakang, datang seseorang menarik paksa ujung tali gaun milik pramusaji itu sambil berkata.

"Jika kau masih ingin melihat cahaya fajar maka enyahlah segera dari meja bar ini, nona", ucapnya.

Tampak Nobel telah berdiri dengan kedua mata berkilat-kilat merah.

Pramusaji itu segera mundur dari arah meja tamu lalu berjalan pergi dari tempat Lacas duduk.

"Kau membuatnya takut, Nobel", sindir Lacas sambil tersenyum kecut.

"Tidak masalah bagiku jika kau hendak memangsa wanita malam sekalipun tapi tolong jangan malam ini, tuan muda", sahut Nobel dengan mimik serius.

"Cih, kau selalu saja mengingatkannya, Nobel", kata Lacas seraya memutar gelas minumannya.

"Syarat telah ditentukan oleh kaisar untuk para pangeran yang terpilih sebagai kandidat penerus tahta dan anda termasuk salah satunya, tuan muda", sahut Nobel.

Tatapan Nobel terlihat dingin, datar tapi sangat mengesankan. Bahkan Lacas tidak berani melawan pria bernama Nobel itu jika dia telah berkata-kata.

Namun, kali ini dia mencoba berterus terang bahwa dia tidak setuju.

"Aku tidak berminat...", lanjut Lacas lalu menenggak habis minumannya.

"Minat atau tidak, semua tidak bisa diubah ketetapannya, sebagai salah satu kandidat terpilih untuk menggantikan posisi kaisar maka anda wajib mematuhi semua peraturan serta ketentuan kerajaan yang telah ditetapkan", ujar Nobel.

"Dan itu menjemukan bagiku, aku tidak mengincar kursi tahta kekaisaran milik ayah", ucap Lacas.

"Bagaimanapun juga kau telah terpilih, tidak bisa diubah melainkan kau harus bersaing dengan semua pangeran dari selir-selir baginda kaisar, tuanku", sahut Nobel.

"Kenapa aku harus bersaing dengan mereka ?", ucap Lacas dingin. "Mereka terlalu lemah bagiku, tidak sepantasnya aku bersaing memperebutkan kursi kekaisaran dengan pangeran-pangeran manja itu dan itu sangat menghinaku secara harfiah", sambungnya.

"Yah, tidak bisa dipungkiri kenyataannya, kalau yang kau katakan itu benar, bagaimana bisa kau harus bersaing dengan banci vampir seperti mereka", ucap Nobel.

Nobel mengusapkan telapak tangannya yang dingin ke arah tengkuk lehernya.

"Itu yang aku sesali...", kata Lacas lalu menyandarkan punggungnya asal ke arah bahu sofa bar.

"Tapi kita tidak bisa menolaknya karena semua adalah keputusan ayahmu", sahut Nobel.

Lacas melirik kesal ke arah Nobel yang terlihat tak bersalah lalu menghela nafas panjang sambil memalingkan muka.

"Apa minumannya lezat ?" tanya Nobel.

Nobel ikut duduk disofa bar sambil memperhatikan bekas gelas minuman milik Lacas yang ada diatas meja bar.

"Lumayan, cukup enak tapi tidak seenak darah manusia", kata Lacas sambil mencibir.

"Anggap saja minuman anggur itu adalah darah segar, kita sudah lama tidak menyentuhnya, bukan", sahut Nobel sembari tersenyum.

"Bukankah itu sudah menjadi kesepakatan dari kekaisaran vampir, dan semua vampir tidak diijinkan meminum darah manusia sebagai syarat untuk hidup bersama-sama dengan ras manusia terkutuk itu", lanjut Lacas.

Nobel tertawa kecil seraya menunduk.

"Hampir berabad-abad lamanya kebiasaan meminum darah segar telah dihapuskan dari adat vampir meski banyak dari kita melanggarnya diam-diam", kata Nobel.

"Entah apa kesalahan dari kebiasaan kecil itu sehingga kita dilarang lagi untuk menghisap darah", ujar Lacas yang terkesan tidak suka.

"Darah akan memicu hasrat yang sangat terlarang dari dalam diri kita sebagai vampir dengan darah murni dan itu akan menumbuhkan kekuatan besar tak terkalahkan jika kita melanggarnya", kata Nobel.

"Dan kau takut untuk itu ?" sahut Lacas sembari menatap tajam ke arah Nobel.

Nobel tersentak kaget lalu berusaha menyembunyikan keterkejutannya dari Lacas.

"Tidak...", sahutnya singkat namun tatapannya bermakna lain.

"Hmmm...", gumam Lacas mengerti lalu terdiam.

"Kau harus segera menemukan seorang gadis yang telah disyaratkan itu, agar kau bisa menjadi kaisar vampir selanjutnya", kata Nobel.

Nobel mengalihkan arah pembicaraan diantara mereka berdua ke topik lainnya.

Lacas langsung teringat dengan syarat itu, saat ayahnya yang kaisar vampir mengumumkan perihal penting sebagai syarat menjadi seorang kaisar untuk menggantikan peran sang ayah ketika semuanya berkumpul diistananya.

"Tentang syarat bagi siapa yang berhasil menemukan cinta sejatinya dibawah cahaya bulan maka dia adalah kaisar selanjutnya yang terpilih memimpin kekaisaran vampir dan mewarisi tahta...", sambung Nobel.

Terpopuler

Comments

Reny Rizky Aryati, SE.

Reny Rizky Aryati, SE.

jangan takut ! 🥺

2024-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!