Elea Inglebert putri semata wayang Delia Djiwandono dan Jarvas Inglebert yang memiliki segalanya namun kurang beruntung dalam hal percintaan. Cintanya habis pada cinta pertamanya yang bernama Alan Taraka. Alan Taraka merupakan seorang CEO Perusahaan Taraka Group yang didalamnya berkecimpung dalam bidang pangan, hotel dan perbankan. Tak hanya itu, Alan Taraka juga berkecimpung dalam dunia bawah yang dimana ia memperjual-belikan senjata api serta bom rakitan dan menjualnya kepada negara-negara yang membutuhkannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui Alan di dunia bawahnya, dan ia lebih dikenal di dunia bawah dengan sebutan “TUAN AL”. Akankah Elea Inglebert bersatu dengan cinta pertamanya yang merupakan seorang CEO sekaligus MAFIA terkejam di Negeri ini? Lets read!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Endah Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
“Emmm… Itu…. Aku…” Elea bingung harus menjawab apa. Sejujurnya memang Elea ingin menghindari Alan karena takut perasaannya timbul kembali. Namun jalan Tuhan berkata lain, ia kembali dipertemukan hari ini dan sepertinya akan selalu berhubungan dengan Alan.
“Jawablah dengan jujur. Aku tahu jika kau berbohong! Jadi jangan coba-coba membohongiku!”, peringat Alan.
“Aku…. Aku…. Aku hanya sibuk Kak! Aku harus menyiapkan mentalku untuk memimpin perusahaan ini jadi aku memfokuskan diri terlebih dahulu”, Elea menghela nafas lega.
“Itu alasan nomor sekian, alasan utamanya?!” Alan tetap tak mempercayai Elea.
“Hanya itu!”, Jawab Elea cepat sambil merapikan berkas-berkas yang telah ditandatangani Alan.
Tiba-tiba Alan menggenggam lembut tangan Elea. Sorot mata tajam Alan menatap bola mata indah Elea.
“Jawablah dengan jujur. Jawablah menggunakan hatimu. Katakan..”, Alan tahu Elea menutupi alasan terbesarnya selama ini.
“Aku tak apa Kak, benar. Ada apa denganmu Kak? Kenapa kau sangat menginginkan jawaban yang Kakak mau sedangkan aku tak memiliki jawaban itu?” Tanya Elea kesal.
Tanpa mereka berdua sadari, Denis dan El menguping dibalik pintu ruang kerja Alan. Mereka berdua sangat penasaran mengapa Elea dan Alan terlihat akrab? Sejak kapan? Itulah yang ada dibenak keduanya.
“Baiklah, terima kasih banyak ya Kak. Mungkin sekitar 3 hari lagi aku akan menemuimu membicarakan hasil produknya. Terima kasih ya Kak”, Elea segera beranjak meninggalkan Alan namun Alan menahannya. Ia menarik lengan Elea dan memeluknya erat.
“Lepaskan Kak!”, teriak Elea berusah melepaskan pelukan erat Alan.
“Tolong, izinkan aku memelukmu sebentar. Aku takut!”, ucap Alan gemetar. Sejujurnya ia menyukai Elea namun Alan juga sangat takut bila musuh-musuhnya mengetahui Elea apabila bersamanya.
“Kaak….” Elea membalas pelukan Alan. Entah mengapa ia cepat luluh dengan Alan.
“Hmm…”, Alan sangat menikmati waktu saat ini. Andaikan saja Alan bisa menghentikan waktu saat ini.
“Kakak kenapa?”, tanya Elea yang benar-benar bingung dengan Alan. Alan yang selama ini ia kenal berbeda jauh dengan saat ini.
“Aku menyukaimu namun aku takut!”, ucap Alan singkat.
“Ma….ksud…nya…” Elea melepaskan pelukan erat itu dan menatap Alan tak percaya.
“Aku mengetahui semuanya Lea, aku juga menyukaimu! Mengapa kau menjauhiku? Aku sangat hilang arah dan saat tadi kita berada di restauran melihatmu lagi itu sangat membuatku marah. Marah karena aku tak bisa dengan cepat mengatakan bahwa aku sangat menyukaimu, apakah boleh? Dan disisi lain aku sangat takut jika suatu hari nanti musuh-musuhku mengetahuimu”, Ucap Alan lagi.
“Hahahaa…. Kau tahu apa memangnya Kak! Dan ya? Musuh-musuhmu? Kau sama saja dengan Vatiku, banyak sekali musuh yang ingin menjatuhkannya dengan berbagai cara! Dan aku adalah perempuan tangguh! Aku tak pernah takut menghadapi musuh-musuh yang ingin menjatuhkanku!”, Elea berkata dengan menahan sekuat tenaga air matanya agar tak terjatuh. Ia belum tahu saja musuh yang dimaksud oleh Alan bukan hanya musuh relasi bisnis saja namun di dunia bawahnya musuh-musuh itu sangat keji.
“Menangislah… Lampiaskanlah padaku! Aku tahu tentang kau semuanya. Kau menyukaiku namun aku tak pernah mengetahui itu, lebih tepatnya aku terlambat.”, Alan memeluk Elea lagi.
Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya luruh juga. Segala pertahanan yang ia lakukan selama ini pun retak juga. Elea benar-benar menumpahkan seluruhnya pada Alan. Bahkan Elea memukul dada bidang Alan.
“KENAPA KAKAK SEPERTI INI!!! AKU TELAH BERSUSAH PAYAH MENGUBUR ITU SEMUA NAMUN SAAT INI KAU MALAH MEMBUAT SEMUANYA RUNTUH!!”, Elea menangis sejadinya dan itu membuat Alan sangat sakit melihatnya.
Ya, selama ini Alan menyuruh salah satu anggotanya untuk mencari tahu Elea dan memantau aktivitas Elea dari jarak jauh hingga El dan Denis pun tak menaruh curiga. Bagaimana pun mereka masuk dalam satu kelompok mafia yang diketuai oleh Alan.
Dua hari sebelum pernikahan Q dan Liam digelar, Alan mengakhiri pencarian mengenai Elea. Ia sudah sangat yakin bahwa Elea menyukainya bahkan sedari ia kecil yang hanya mengetahui rasa nyaman saja padanya ketika Elea dan adik kembarnya sering belajar bersama.
“Maaf, aku terlambat menyadari hal itu” Alan mengecup ubun-ubun kepala Elea berkali-kali.
“Diamlah!! Dadaku amat sesak. Tolong panggilkan….” Elea tak sadarkan diri.
Bukan main paniknya Alan saat ini. Elea tak sadarkan diri dalam pelukannya.
“EL…. DENIS…… SARAH…… CEPAT KAU KEMARI, DOBRAK SAJA PINTUNYA!! KUNCINYA KU BAWA!! CEPAT!!!”, Alan berteriak panik.
Denis dan El yang memang sedari tadi mendengarkan percakapan dua manusia ini dan tak mereka sadari, matanya memang benar-benar menggenang. Mereka tahu bagaimana Elea pada Alan.
1….2….3…… BRAAAAAK!!!
1….2….3…… BRAAAAAK!!!
1….2….3…… BRAAAAAK!!!
Sarah dengan cepat membawa Elea dipunggungnya. Ia akan membawanya ke rumah sakit namun di cegah oleh El. Ia khawatir bagaimana reaksi Vati dan Muttinya jika mengetahui Elea saat ini.
Alan dengan segera membuka pintu kamar pribadinya, dan menyuruh Sarah untuk merebahkan Elea diranjangnya.
El dengan cepat menghubungi dokter Adi. Sedang Denis sibuk menggosok minyak angin ditelapak kaki Elea yang dingin.
“Akan ku buat perhitungan denganmu setelah adikku sadar!!”, ancam El menunjuk Alan dengan mata merahnya.
Alan tak menghiraukannya, ia terus menggenggam Elea dan mengganti kain kompresan dikening Elea. Saat ini pikiran Alan hanya Elea seorang.
Dokter Adi berlari menuju kamar Alan. Bahkan kemejanya pun penuh dengan keringat. Jalanan di Jakarta memang tak bisa ditebak setiap detiknya. Ia rela meninggalkan mobilnya dan berlari sekuat tenaga mencari ojek agar lebih cepat sampai.
“Kenapa kau lama sekali hah! Ku ledakkan kepalamu sekarang juga!!”, umpat Alan pada dokter Adi.
“Diamlah, akan ku periksa dia terlebih dahulu!”, ucap dokter Adi langsung memeriksa nadi Elea. Nafas dokter Adi masih memburu namun ia tak memperdulikannya. Denis dengan sigap melempar handuk kecil ke aras dokter Adi agar ia bisa mengelap keringatnya.
Setelah selesai memeriksanya, Sarah ditugaskan berjaga sampai Elea terbangun. Elea sangat shock saat ini dan tentu kelelahan. Ia baru saja datang dari Maladewa dan memaksakan diri untuk langsung mengambil alih perusahaan tanpa ada waktu istirahat yang cukup ditambah lagi dengan adanya kejadian bersama Alan. Itu membuatnya sangat shock.
Kemudian para lelaki sepakat untuk menuju ruang kerja Alan. Mereka bertiga sepertinya sudah sangat siap untuk menghajar ketuanya saat ini.
BUGGHH!!!!
Satu pukulan mendarat sempurna di sudut bibir kanan Alan. El memukulnya karena ia sudah tak bisa menahan emosinya lagi. Selama ini ia bersusah payah menjaga dan menstabilkan kondisi hatinya namun Alan dengan mudah merusaknya. Bagaimana ia tidak tersulut emosi.
“Cukup!! Tenangkan dirimu Kak! Ingat Elea tak akan pernah mau melihat wajahmu jika emosi sudah menguasaimu!”, Denis memeluk Kakaknya untuk memisahkannya dari Alan dan dokter Adi berada di sisi Alan sambil membantunya duduk di sofa.
“Katakan! Katakan semuanya ALAN!!”, El sudah sepenuhnya dikuasai emosi namun terhalang oleh Denis.
Mau tidak mau dengan keadaan terpaksa Alan menceritakan semuanya. Namun tidak soal Maladewa. Maladewa akan menjadi rahasianya saja. Dan ia tak merasa marah atas perlakuan El barusan. Pada dasarnya ia juga patut untuk disalahkan. Bagaimana pun memang El dan Denis adalah orang terdekatnya bahkan Elea menganggapnya sebagai kakak. Saat ini Alan akan menerima segala konsekuensinya. Yang terpenting bagi Alan yaitu Elea sudah mengetahui perasaannya.