Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasak..
Devan fokus mengendarai mobil, tanpa sekalipun menoleh kearah Angel yang duduk di sampingnya.
"Akhir akhir ini kamu kenapa..?"
Devan tak segera menjawabnya.
"Aku hanya sedang memikirkan banyak hal.."
"Apa..?"
"Banyak.. pekerjaanku dan kesehatan ibu.."
"Pernikahan kita..?"
Devan terdiam.
"Iya.." Jawabnya pelan.
Angel menyandarkan kepalanya di bahu Devan.
"Aku tahu kamu kecewa karena pernikahan kita ditunda.."
Devan tidak bisa menjawabnya, walaupun dia sangat ingin memberitahu kalau sebenarnya bukan itu yang dia pikirkan.
"Bersabarlah..setelah kesehatan ibumu membaik, kita akan menikah secepatnya.."
Devan tidak menjawab.
Angel tetap menyandarkan kepalanya di bahu Devan, sampai akhirnya mereka sampai di depan rumahnya.
"Kita sudah sampai.." Devan menggoyangkan bahunya.
"Tapi aku masih kangen sama kamu.." Jawab Angel sambil mengangkat kepalanya dan melihat wajah Devan dari samping.
"Masuklah..sudah malam.."
"Cium aku dulu.." Pinta Angel merengek.
Devan tak merespon.
"Masuklah..." Devan tidak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba Angel mencium pipinya.
"Aku sayang kamu.." Ucap Angel sambil membuka pintu mobilnya.
Devan terdiam tidak menjawabnya.
Angel melambaikan tangannya di balik jendela mobil, setelah itu, Devan langsung melajukan mobilnya dengan cepat.
Devan memegang pipinya yang baru saja dicium Angel, perasaan bersalah kepada Asha memenuhi pikirannya.
Devan menghentikan mobilnya.
Membuka kaca mobil, membiarkan angin malam masuk kedalam, menemani dirinya yang resah dan gundah, matanya melihat kaca spion dimana dari kejauhan juga nampak mobil yang sedari tadi mengikutinya juga berhenti.
Apa yang dikatakan Nando benar, semenjak keluar dari kantor tadi, sebuah mobil terus mengikutinya. Devan mengepalkan tangannya, menahan kesal dan amarahnya, kekesalan yang tidak bisa dia lampiaskan karena ibu kandungnya sendiri yang ada dibalik semua ini.
Devan mengambil ponselnya.
"Halo.." Jawab Asha di ujung telepon.
Perasaannya seketika menjadi tenang dan nyaman mendengar suara Asha yang lembut.
Devan tersenyum kecil.
"Senang mendengar suaramu.."
"Kamu belum tidur..?" Tanya Devan lembut.
"Belum.."
"Kenapa..?Apa menunggu teleponku..?"
Asha tak langsung menjawab.
"Iya.." Jawabnya pelan dengan malu.
Devan tersenyum lagi.
"Aku merindukanmu.."
Asha terdengar tidak menjawab.
"Aku tidak akan tidur malam ini karena merindukanmu.." Lanjut Devan lagi.
"Tidurlah..sudah malam, besok pagi kita bertemu lagi.."
Devan mendesah.
"Tapi aku ingin bertemu denganmu dulu sebelum tidur.." Ucap Devan sambil melihat dengan kesal mobil dibelakangnya.
Asha tidak menjawabnya.
Devan menghidupkan mobilnya, kemudian melajukan mobilnya dengan sangat cepat.
"Kamu dimana..? Sepertinya kamu masih di jalan..?" Tanya Asha penasaran karena mendengar suara mobil.
"Iya..kamu sendiri dimana.."
"Aku di teras.."
Devan tersenyum.
"Lagi duduk atau berdiri..?"
"Duduk di kursi.." Jawab Asha merasa pertanyaan Devan sangat aneh.
Mereka terdiam beberapa saat.
Devan semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi.
"Kamu mau melakukan sesuatu untukku..?" Tanya Devan.
"Apa..?" Tanya Asha heran.
"Berdirilah di dekat pagar.."
"Apa..? Kenapa...?" Asha semakin heran.
"Ikuti saja perintahku.. sekarang berdirilah di dekat pagar.."
"Baiklah.." Asha langsung berdiri dan mendekati pagar.
"Sudah.." Ucap Asha.
Devan mulai melambatkan laju mobilnya, dari kejauhan dia sudah bisa melihat Asha yang berdiri di lantai atas.
Dia melihat ke kaca spion, mobil yang mengikutinya belum terlihat, mungkin mereka kehilangan jejak karena dirinya tadi yang melajukan kendaraannya dengan sangat cepat.
Devan semakin memperlambat kendaraan dimana dia bisa melihat Asha dengan jelas.
"Iya.."
"Kamu terlihat cantik dari bawah sini.."
Asha tersentak kaget, dia langsung melihat ke bawah, dimana dia melihat mobil Devan yang melaju dengan lambat.
"Maaf..aku tidak bisa mampir, masuk dan tidurlah ini sudah malam.."
Asha melihat mobil Devan setelah melewati ruko kemudian melaju dengan sangat cepat.
"Karena sudah melihatmu, aku pasti akan tidur nyenyak malam ini..."
"Baiklah.." Jawab Asha pelan, walaupun di benaknya dihinggapi banyak pertanyaan apa yang sebenarnya suaminya lakukan, hanya melewati rumahnya kemudian pergi lagi.
"Aku mencintaimu.." Ucap Devan sambil mematikan ponselnya, dia melihat mobil yang mengikutinya kini telah berada di belakangnya lagi.
***
Karena tugas barunya mengantar jemput Asha, membuat Nando harus bangun lebih pagi lagi.
Nando menguap beberapa kali sambil duduk di kursi santai kesayangan Asha, menunggu Asha keluar dari kamarnya.
Tak lama Asha keluar, Nando terkejut melihat Asha membawa kotak bekal di tangannya.
"Apa itu..?"
"Makan siang.. masakan buatanku sendiri.." Jawab Asha malu malu.
"Aku tahu..pasti untuk suamimu.. Ayo berangkat, nanti kesiangan.."
Asha tersenyum malu mengetahui Nando yang cepat mengerti.
Hari ini, pagi pagi sekali Asha pergi ke pasar yang tidak jauh dari rumahnya, dia berbelanja cukup banyak bahan masakan, kemudian dia memasak beberapa menu yang menurutnya Devan akan menyukainya. Dia memang cukup pandai memasak, karena sedari kecil ibu tirinya sudah menyuruh Asha untuk belajar memasak agar bisa membantunya menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga sementara sang ibu yang sibuk di toko kuenya.
Di kantor.
Asha berdiri menyambut Devan dengan senyuman seperti biasanya, dan tidak seperti biasanya juga kali ini Devan berhenti sejenak melihat Asha dan membalas senyumannya.
Mereka saling bertatapan mesra.
"Huk..huk.." Nando batuk beberapa kali.
Membuat Devan dan Asha kaget dan tersadar.
"Pak Gio sedang menuju kemari.." Nando menunjuk Gio yang berjalan menghampiri Devan.
Devan langsung masuk ke dalam ruangannya, diikuti oleh Gio dibelakangnya.
Nando melihat Asha yang masih salah tingkah.
"Aku mengerti kalau kalian sedang jatuh cinta, tapi kalau kalian tidak bisa mengendalikan diri lagi seperti tadi, maka tidak akan lama lagi seluruh kantor akan mengetahui hubungan kalian.." Ucap Nando menepuk keningnya.
Asha hanya tersipu malu.
Tak lama Gio keluar dari ruangan Devan, dia hanya melihat Asha sekilas, melihat cincin di jari manisnya membuatnya berjalan lebih cepat dengan perasaan merana.
Seperti biasanya Nando dan Asha masuk keruangan Devan untuk memberitahu kegiatannya hari ini.
"Agenda hari ini, anda harus menghadiri beberapa rapat diluar kantor.." Ucap Nando dengan ragu ragu.
Devan tersentak kaget.
"Apa rapat penting..?"
"Iya pak..dapat dengan beberapa klien penting kita.."
Devan melihat Asha.
"Kapan aku akan kembali lagi ke kantor..?"
Nando melihat jurnalnya.
"Kira kira pukul tiga sore.."
Asha dan Devan sama sama tersentak.
Terlihat raut kecewa di wajah mereka.
Asha menundukkan kepalanya, mengingat semua pengorbanannya pagi ini berbelanja dan memasak untuk suaminya akan sia sia.
"Kenapa aku bisa lupa jadwalnya hari ini.." Gumam Asha menyesali diri.
Nando seakan mengerti kekecewaan dua insan yang sedang kasmaran itu.
"Anda bisa pergi dengan Asha, saya yang akan dikantor.."
"Jangan.." Jawab Devan cepat. Dia tidak mau lagi mengajak Asha dan menjadikannya bahan perbincangan para kliennya nanti, Devan juga sangat tidak suka Asha berdekatan dengan para sekretaris dan asisten laki laki dari para kliennya juga.
"Bersiaplah.. sebentar lagi kita berangkat.." Devan melihat Nando.
"Siap pak.." Nando memutar badannya.
Namun tiba-tiba dia membalikkan badannya lagi.
"Tidak usah terburu-buru..saya akan menunggu diluar dengan sabar..silahkan.." Ucap Nando lembut dengan tersenyum.
Devan dan Asha tersipu malu.
Devan bangkit dari duduknya, menghampiri Asha.
"Sayang sekali..padahal seharian ini aku ingin sekali berada di kantor.."
"Tidak apa apa, pergilah.."
Devan semakin mendekatkan dirinya pada Asha.
"Aku tidak mau mengajakmu kesana karena kamu akan menjadi pusat perhatian..dan kamu harus tahu kalau aku ini pencemburu.."
Asha tersenyum.
"Aku dikantor saja.."
"Baiklah..beri aku pelukan dulu.." Pinta Devan sambil terus mendekati Asha.
Asha tersentak, wajahnya langsung memerah.
Devan menarik badan Asha perlahan, kemudian memeluknya erat.
" Aku sudah menyuruh Nando agar tidak memberimu banyak pekerjaan, jadi jangan terlalu capek dan makan siang yang banyak..badanmu kecil sekali.." Bisik Devan di telinga Asha.
"Ini bukan kecil, tapi langsing, semua wanita menginginkannya.." Jawab Asha dalam pelukan suaminya.
Devan tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya.