Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Paper bag brand pria
"Ini rapat terakhir hari ini, silakan periksa dokumennya terlebih dahulu," sang asisten menyerahkan dokumen pada pria yang duduk di belakang nya.
Arga mengambil dokumen tersebut dan mulai memeriksanya bersamaan dengan mobil yang terus melaju hingga akhirnya mereka tiba di sebuah bangunan berlantai 20.
Itu adalah sebuah hotel yang cukup sibuk, dan di sana sering ada pertemuan bisnis yang dilakukan Arga dengan rekan bisnisnya.
Sang sopir pun langsung menghentikan mobilnya di depan hotel dan membiarkan dua orang turun dari mobilnya lalu pergi ke arah perkiraan.
Namun baru saja memasuki lobi, sangat asisten menghentikan langkahnya, "ada sesuatu yang ketinggalan di mobil, silakan duluan," ucap sang asisten dijawab anggukan Arga.
Asisten Arga pun langsung berlari menuju parkiran, dan menghentikan langkahnya ketika ia melihat sebuah mobil berwarna putih yang jelas-jelas menyita perhatian.
"Ini 'kan mobil,,," asisten itu memperhatikan plat nomor mobil tersebut, dan dia sangat yakin itu adalah mobil yang mereka lihat di lampu merah tadi siang, mobil hadiah tuan besar pada Arga dan Astin untuk pernikahan mereka.
Sang asisten hanya beberapa saat melihatnya, lalu lanjut ke mobil dan mengatakan pada sopir untuk menjaga siapapun yang nantinya akan menaiki mobil berwarna putih yang tak jauh dari parkiran mobil mereka.
Setelah itu, asisten pun mengikuti Arga menuju lantai 8.
Di lantai 8 ada beberapa ruangan yang tersedia, 3 aula tersedia di lantai tersebut dan lebih dari 10 ruang privat yang biasanya digunakan untuk meeting.
Sebenarnya ada ruangan di tempat lain juga, namun kali ini sang klien memilih ruangan di lantai 8.
Setelah tiba di lantai 8 dan memasuki ruangan private, sang asisten pun menyerahkan dokumennya dan kerjasama mulai dibahas.
Pembahasan berjalan dengan lancar hingga akhirnya seluruh pembahasan mereka selesai dan dua orang pelayan hotel memasuki ruangan mengantarkan makanan.
"Sebenarnya di sana ada pesta yang diadakan oleh sepupuku untuk merayakan kelulusan S2 putrinya, jika tidak keberatan kita bisa pergi bersama-sama ke sana," ucap sang pria yang duduk di depan Arga.
Arga tidak menjawab apapun, wajahnya tetap tenang menikmati makanan yang disajikan di hadapannya, saat ini pikirannya benar-benar tersita akan kelakuan istrinya dan tidak sadar untuk kembali memergoki istrinya yang telah melakukan sesuatu yang seharusnya akan membuat tuan besar marah.
Sang asisten merasa kikuk melihat Arga yang tidak berbicara sehingga dia kemudian berkata, "Maaf, Tetapi setelah ini masih ada beberapa urusan yang harus diselesaikan oleh tuan muda kami. Mungkin kapan-kapan masih bisa bergabung."
"Ah,, sayang sekali," sang pria mengangguk mengerti dan melanjutkan makan malam mereka.
Sampai makan malam selesai, tidak ada pembicaraan lagi, Mereka pun berpisah dengan klien bisnis Arga berjalan menuju aula tempat pesta diadakan, sementara Arga dan asistennya berjalan ke arah lift untuk turun ke lantai bawah.
Sebelum memasuki lift, sang asisten berkata, "mobil putih yang merupakan hadiah dari tuan besar terparkir di parkiran hotel. Saya sudah menyuruh sopir untuk mengawasi orang yang menggunakan mobil tersebut."
"Biarkan saja," ucap Arga yang justru lebih senang kalau mobil itu dibawa pergi oleh orang, bahkan sekalian kabur ke luar negeri pun tidak masalah atau dibongkar dan dimodifikasi kembali pun justru merupakan sesuatu yang baik.
Sang asisten tidak berkata apapun lagi setelah itu, namun ketika pintu lift terbuka, mereka terkejut saat mendapati seorang perempuan yang tak lain adalah nyonya muda mereka sendiri.
Astin berdiri di dalam lift sambil memegang sebuah paper bag, itu adalah paper bag dari sebuah brand terkenal yang mendesain pakaian untuk pria.
Astin pun terkejut melihat dua orang di hadapannya, dia menggigit Bibir bawahnya sesaat dan menyembunyikan paper bag ke belakangnya sebelum akhirnya bersikap seolah-olah tak melihat kedua pria itu dan berjalan keluar dari lift secara terburu-buru.
'Sial! Sial! Sial! Dia pasti salah paham, tapi aku harus buru-buru!' Gerutu Astin dalam hati.
Sang asisten berbalik menatap langkah Astin yang tampak begitu panjang dan cepat di lorong koridor.
"Nyonya muda,,,," sang asisten berbalik menatap tuan mudanya, saat ini pikirannya dipenuhi dengan segala sesuatu yang sangat buruk.
Tetapi dia terkejut ketika Arga malah melangkah ke dalam lift dengan sebuah senyuman dingin di wajahnya.
Sang asisten pun mengikuti Tuan mudanya, dan dari lift, mereka masih bisa melihat Astin yang tampak sudah berlari pelan sambil terus membawa paper bag.
Pintu lift mulai tertutup sampai akhirnya benar-benar tertutup dan bergerak menuju lantai bawah.
Suasana di dalam lift yang hanya berukuran 2 x 2 m itu pun menjadi sangat suram.
Sang asisten merasa berada di dalam liang kubur, auranya benar-benar,,, menyesakkan.
Ting!
Sang asisten bernapas lega ketika lift yang mereka tumpangi sudah tiba di lobby hotel, Lalu keduanya berjalan keluar dari hotel sambil sang asisten mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi sang sopir supaya buru-buru menjemput mereka di depan hotel.
Mobil pun dengan cepat tiba di hadapan mereka lalu sang asisten buru-buru membukakan pintu untuk Arga dan memasuki mobil.
Begitu duduk dalam mobil, suasana sangat dingin, tidak ada yang berani berbicara. Bahkan sang sopir yang hendak melaporkan sesuatu pun hanya bisa mengatup erat gigi-giginya dan bibirnya tidak berani bergerak sedikitpun karena bisa merasakan suasana yang tidak menyenangkan untuk memulai sebuah pembicaraan.
Keheningan terjadi di dalam mobil sepanjang perjalanan kembali ke rumah.
Setelah tiba di rumah, Arga langsung naik ke atas kamarnya dan begitu membuka pintu, dilihatnya banyak paper bag yang diletakkan di bawah lantai, isinya telah dikeluarkan, namun tampaknya pemiliknya belum sempat membereskan semua paper bag yang tergeletak di sana.
Paper bag-paper bag itu menjadi jawaban atas pesan-pesan yang membanjiri ponsel kerja asistennya.
Tetapi saat ini, yang lebih mengganggu pikiran Arga ialah paper bag yang terakhir kali dilihat Arga di tangan Astin.
Brand pria.
Tapi siapa pria yang dibawakan paper bag itu?
Arga tampak berpikir keras, dia benar-benar terusik, kepalanya menjadi sakit dan pria itu pun memilih melangkah menuju balkon yang berada di samping kamar.
Setelah membuka balkon, pria itu berdiri sambil bersandar pada pagar dan menatap ke arah taman.
Aura suram menyelimuti sekitar balkon itu, dan angin dingin berhembus di sekitar Arga membuat suasana semakin buruk.
kalo lihat jangan pingsan ya rik🤣🤣🤣