Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 - Temenin Zuzu jalan-jalan
Pas sekali. Shawn berpapasan dengan Miranda ketika keluar dari kamarnya. Kamar yang ditempati Zuya. Laki-laki itu memandangi adik perempuannya tersebut dengan tatapan tajam. Sedangkan Miranda menatap keheranan.
Pasalnya ia melihat Shawn, laki-laki yang empat tahun lebih tua darinya itu keluar hanya mengenakan piyama tidur dan ditangannya memegang baju. Keluar dari kamarnya sendiri, namun Miranda tahu benar di dalam kamar itu ada seorang gadis cantik yang sengaja dia bohongi semalam. Demi misinya berjalan lancar.
"Ikut aku." kata Shawn ketus. Tidak peduli mau Miranda adik kandungnya atau tidak, ia tetap bersikap ketus. Apalagi wanita itu sudah membuat pelanggaran.
Miranda yang melihat laki-laki itu masuk ke kamar sebelah buru-buru berlari kecil, ikut masuk ke dalam.
Ia masih memandangi penampilan kakaknya dengan ekspresi bertanya-tanya.
"Kakak, jangan bilang ..."
Miranda menggantung kalimat sebentar seraya menutupi mulutnya dengan sebelah tangan.
"Kakak dan gadis muda di dalam kamar tadi, kalian melakukannya?"
Ia berseru heboh kemudian. Kalau benar begitu, berarti gadis itu adalah satu-satunya perempuan yang berhasil menarik perhatian kakaknya di antara sekian banyak perempuan.
"Singkirkan otak kotormu. Aku tidak melakukannya. Tidak, sebelum gadis itu benar-benar menjadi milikku."
Eh? Miranda mengernyitkan dahi.
"Kakak suka gadis itu? Padahal baru pertama kali melihatnya?" dari perkataan kakaknya, kedengaran sekali laki-laki itu tertarik..
"Siapa bilang aku baru pertama kali melihatnya?"
Perkataan Shawn bikin Miranda tambah penasaran.
"Kakak sudah kenal dia?"
"Namanya Zuya. Dua tahun lalu kami bertemu. Sekarang dia adalah salah satu mahasiswiku di kampus tempatku mengajar. Dia juga adik iparnya Aerin, wanita yang sempat dijodohkan denganku dulu."
Mata Miranda melebar. Sungguh, ini adalah sebuah kebetulan yang tak terduga.
"Jadi karena kakak tidak dapat kakak iparnya, kakak bermaksud ingin mengejar adik iparnya?"
Shawn menatap Miranda,
"Bukan begitu konsepnya. Perasaanku pada Aerin hanya sesaat, mungkin karena rasa bersalah atas perbuatan tidak jahatku waktu di sekolah dulu. Tapi terhadap Zuya," ia menggantung ucapannya.
"Terhadap Zuya?" Miranda penasaran dengan kalimat lanjutannya.
Dia adalah satu-satunya gadis yang berhasil membuatku tertekan karena tak bisa mengontrol perasaanku sendiri. Aku ingin melihatnya setiap hari, menggodanya, menciumnya, bahkan membangun rumah tangga bersamanya.
Kalimat itu Shawn katakan hanya di dalam hatinya.
"Kak Shawn, apa yang kakak rasakan terhadap gadis muda itu?" Miranda terdengar tak sabaran. Shawn menoleh,
"Aku belum memberi perhitungan padamu. Kau menipunya dengan memberi kamarku." pria itu menatap horor ke Miranda.
"Hehe, maaf. Waktu aku lihat gadis itu, aku merasa dia sangat cantik, cocok dengan kakak. Maksudku hanya ingin membuat kalian bertemu, siapa tahu kakak tertarik. Siapa yang tahu kakak memang sudah mengenalnya." jelas Miranda panjang lebar.
"Kau beruntung karena yang kau bawa masuk ke kamarku adalah bocah itu. Kalau tidak aku pasti sudah melemparmu ke Afrika, jadi relawan di sana satu tahun. Keluar sekarang." kata Shawn galak.
Miranda pun keluar dengan wajah masam. Kesal pada kakaknya yang selalu bermuka galak. Astaga, padahal dia adik kandungnya sendiri.
_______________
Habis sarapan, Zuya bolak balik di lobby. Bang Anson dan Logan sudah pergi ke kantor kelurahan. Sekarang dia tinggal dia sendirian. Dia sudah siap, sudah selesai mandi. Sudah mengenakan pakaian santai buat jalan-jalan.
Tapi ketika hendak keluar penginapan, kata-kata Shawn kembali terngiang di kepalanya.
Di desa ini ada cerita angker. Kalau ada cewek jalan sendiri, biasanya suka di ikutin hantu gentayangan.
Kalimat itu membuat Zuya kepikiran terus. Dia kan takut sama cerita-cerita horor begitu. Bagaimana kalau perkataan om jelek itu benar? Bagaimana kalau ada hantu yang ngikutin dia? Ah, tidak.
"Apa aku terima tawaran om jelek aja ya? Kan ada pepatah yang bilang berdua lebih baik." gumam Zuya.
"Kira-kira si om masih mau temenin aku jalan nggak ya?"
Setelah menimbang-nimbang lama, gadis itu pun naik ke lantai atas. Mengetuk pintu kamar di sebelah kamar. Satu menit kemudian pintu terbuka. Menampilkan laki-laki tinggi besar dengan style kasual hari ini.
Tidak formal seperti biasanya, hari ini Shawn mengenakan pakaian kasual yang cocok dengan style Zuya juga. Pria itu tetap terlihat tampan dengan penampilan seperti apapun.
"Ah, ada tamu tak di undang rupanya." Shawn sengaja menggoda Zuya. Padahal dari tadi ia sedang bolak-balik di dalam kamar menunggu gadis itu akan datang atau tidak.
Wajah Zuya berubah cemberut, Shawn langsung gemas ingin mencubit pipinya.
"Kenapa, sudah kangen aku hmm?"
Zuya melotot.
"Ih, siapa yang kangen?" balasnya ketus, mengundang tawa Shawn.
"Terus, kenapa ke sini?"
"Om lupa? Tadi kan om sendiri yang tawarin mau temenin Zuzu jalan-jalan."
"Tapi kan sudah di tolak sama dedek."
"Nggak, tapi, tadi Zuzu ..." Zuya jadi bingung mau bilang apa. Hanya bisa meracau. Tidak mungkin kan dia bilang dia takut hantu ikutin dia. Bisa di ketawain si om pasti.
Shawn mengulum senyumnya. Asli, dia pengen ngakak melihat tingkah lucu gadis di depannya ini.
"Om, temenin Zuzu jalan-jalan ya? Pleaseee ..." Zuya memelas dengan puppy eyes-nya. Tangannya menggenggam lengan Shawn yang jauh lebih tinggi darinya.
Ya ampun. Shawn tidak kuat. Jantungnya berdebar-debar gara-gara tingkah gadis ini. Shawn paling tidak suka wanita manja. Tapi bocah ini berhasil bikin dia senang kalau bersifat manja begini padanya. Rasanya menyenangkan. Membuat keinginan Shawn untuk melindunginya makin kuat.
"Baiklah, tapi ada syaratnya." ucap Shawn. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan baik ini.
"Kok pake syarat segala sih?"
"Kenapa, nggak terima?"
"Ya udah. Om jelek mau kasih syarat apa?"
"Jangan musuhin om lagi. Janji?" Shawn sudah terbiasa dengan panggilan Zuya kepadanya. Biar saja, dia akan menganggap panggilan om adalah panggilan kesayangan gadis itu terhadapnya.
Zuya menatap pria itu lama. Kemudian menganggukkan kepala.
"Baik. Mulai hari ini aku sama om jelek bukan musuh bebuyutan lagi."
Shawn terkekeh. Tangannya terangkat mengacak-acak rambut Zuya lembut.
"Tunggu di sini sebentar." ucap Shawn.
Pria itu buru-buru masuk ke dalam untuk mengambil sesuatu lalu keluar lagi secepat kilat. Tidak mau Zuya menunggu lama.
"Ayo." kata lelaki itu setelah mengunci pintu. Mereka tidak menyadari kalau Miranda dari tadi sedang mengamati mereka diam-diam dengan tampang tidak percayanya.
"Laki-laki itu benar-benar kakakku?" katanya masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Shawn bersikap selembut itu?
Sungguh, ini adalah sebuah keajaiban. Miranda harus cerita pada mama mereka. Harus.