Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terima Kasih
"Ada yang bisa menjelaskan? Apa ini?" ucap Darren mengulangi perkataannya dengan mengangkat amplop putih hasil pemeriksaan rumah sakit juga membuka hasil ST scan
"Kak Darren, ayo kita duduk dulu" Kirana menarik tangan Darren menuju salah satu kursi taman yang ada disana
Kirana duduk ditengah antara kakak beradik itu, Darren masih memegang hasil pemeriksaan juga ST scan dengan kepala menunduk, Kirana menduga ia menangis. Sedangkan Aqila memilih menatap lurus kedepan dengan tatapan datar tanpa ekspresi sama sekali
"Aqila Valisha Bramadja" Darren memanggil nama adiknya dengan suara bergetar
"Hmmm?" hanya deheman yang diberikan Aqila sebagai jawaban
"Apa kamu masih menganggap kami sebagai keluargamu?" Aqila terkekeh mendengar pertanyaan kakaknya itu
"Bukannya aku yang harus nanya gitu sama kakak? Apa kalian masih menganggap Aqila keluarga?" Aqila mengatakan itu tanpa ekspresi sama sekali yang justru semakin terlihat menyedihkan, seolah jiwanya telah hilang
"Apa maksud pertanyaanmu itu? Tentu saja kami menganggapmu sebagai keluarga" Nada suara Darren terdengar marah tak suka mendengarkan ucapan Aqila
"Terima kasih kalau begitu..." Aqila menjeda sejenak ucapannya dengan pandangan yang masih datar
"Terima kasih sudah berhasil membuatku iri dengan keharmonisan kalian, terima kasih sudah membuatku belajar lebih menghargai perasaan orang lain dan mengabaikan hatiku sendiri, terima kasih sudah membuatku sadar kalau keluargaku berbeda dengan keluarga orang lain, Dan terima kasih untuk jarak yang tercipta diantara kita hingga membuatku merasa seperti orang asing diantara kalian"
Darren terdiam cukup lama, air matanya menetes mendengar ucapan Aqila, tanpa sadar jarak diantara mereka sudah sejauh ini hingga Aqila sampai menyembunyikan penyakit mematikan ini dari keluarganya karena menganggap dirinya orang asing
"Apa kamu membenci kami?" Darren mengalahkan pandangannya pada Aqila yang enggan menatap kearahnya, Aqila menggeleng
"Aqila cuma lelah untuk saat ini, izinkan Aqila memperbaiki hati dulu agar siap mengalah untuk hari selanjutnya"
"Aqila nggak marah kok, cuma lelah aja jadi biarin Aqila istirahat, Aqila udah capek senyum nggak jelas kak, Aqila pengen nangis dulu biar hati Aqila lebih tenang" ucap Aqila menitikkan air matanya tanpa sadar
Ucapan Aqila serasa menusuk relung hati Darren, adiknya yang selalu dilihat ceria dan tersenyum nyatanya hanya topeng belaka, Kirana yang duduk disebelah Aqila menepuk pundak sepupunga sambil mengusap air mata
"Mana bisa Aqila marah, kalau ternyata bentar lagi Aqila pergi ke tempat yang jauh dan tak mungkin kembali" Aqila menarik nafas panjang dan bangkit dari duduknya
"Aqila jangan ngomong gitu" suara Kirana sampai tercekat karena menahan air mata
"Udahlah ayo masuk, nanti Reyna marah lagi sama Aqila kayak taun kemarin, sekarang hari bahagia kenapa harus nangis?" ucapnya mulai melangkah sambil menghapus sisa air matanya
Greppp
Tubuh Aqila menegang, Darren memeluk dirinya dari belakang, pelukan seorang kakak yang sudah lama hilang, pelukan yang sering kali ia iri melihatnya kepada Reyna, pelukan tulus yang melambangkan kasih sayang
"Maaf, maafin kakak yang nggak pernah ngerti Aqila" ucapnya meneteskan air mata hingga membasahi jilbab yang dikenakan Aqila
"Kenapa harus minta maaf? Kakak nggak salah, Aqila yang salah karena nggak ngasih tau, kenapa harus minta maaf?" tanya Aqila dengan suaranya yang bergetar namun Darren tak sedikitpun melepas pelukannya
"Udah kak, kita masuk ke dalam, nanti Reyna sama yang lain nyariin" Akhirnya pelukan itu terlepas dengan terpaksa, Darren bahkan tak pernah memperhatikan tubuh adiknya kian mengurus setiap hari, hingga membuat rasa bersalah kembali timbul
"Ayo masuk kedalam" Darren menggandeng tangan Aqila yang sebelumnya tak pernah dilakukan
"Ayo Kirana" Aqila melepas paksa gandengan itu, karena entah kenapa ia merasa tak nyaman saat melihat sikap baru yang ditunjukkan Darren padanya. Aqila memilih menggandeng tangan Kirana yang terdiam mematung menyaksikan adegan kakak beradik itu
Sedangkan Darren melihat tangannya yang baru saja dilepaskan tersenyum sendu, sejauh apa jarak diantara mereka sekarang?
Ketiga orang itu memasuki rumah saat pemotongan kue tengah berlangsung, Darren tersenyum manis pada Reyna yang sedang memotong kuenya dan dibalas senyuman tak kalah manis oleh Reyna
"Aqila" Renata langsung menghampiri sahabatnya yang nampak pucat
"Kamu siapa?" Kirana langsung menarik tangan kedua orang itu ke belakang, untuk mencari tempat yang lebih sepi
"Apa maksud lo nanya kaya gitu? nggak lucu tau nggak?" Renata masih berusaha tersenyum padahal hatinya juga mulai bingung
"Lo Renata kan?" Renata mengangguk menjawab pertanyaan Kirana
"Gue minta nomor hp lo, nanti gue kasih tau" Renata nampak bingung namun tetap menyerahkan nomornya
"Nanti gue telpon, sekarang nggak bisa" Walaupun dipenuhi banyak pertanyaan, Renata hanya bisa diam mengangguk saat melihat Kirana menggandeng Aqila kembali ke tengah-tengah pesta
"Aqila mana?" Darren yang menyadari hilangnya keberadaan Aqila bertanya pada Devano
"Ditarik Kirana tadi ke belakang, kayaknya penting"
"Kak Darren ayo makan kue nya" Reyna memberikan sepotong kue diatas piring kecil kepada Darren
"Bentar ya, kakak cari Aqila dulu" ucapnya, terdengar nada khawatir dari cara bicaranya
"Kemana lagi anak itu sekarang? tahun lalu lupa sekarang lupa lagi?" Papa Arya menggelengkan kepalanya
"Tadi dia disini, tapi entah hilang kemana" Rian menjawabnya dengan acuh
"Kak Darren nikmati aja, Kak Aqila nanti belakangan" ucap Reyna, bagaimanapu juga ini adalah pesta hari kelahirannya
Darren dilingkupi perasaan cemas dan khawatir, walaupun ia bukan dokter onkologi tapi sedikit tidak ia tau tentang gejala penyakit mematikan itu
"Itu Aqila" Devano menunjuk kearah Aqila yang ditarik Kirana melewati gerombolan orang-orang yang berpesta
"Darimana kalian berdua?"
"Kita kan dari tadi disini Ma" jawab Aqila yang membuat kernyitan timbul didahi mereka
"Maksudnya kita tadi di barisan belakang tante" jawab Kirana saat lagi-lagi penyakit itu mempengaruhinya
"Memangnya kita ngapain dibelakang?"
"Aqila kamu kok ngomong nggak jelas gitu? Kamu kan tadi sama Kirana?" Heran Mama Intan
"Iya tadi sama Kirana" jawaban Aqila yang semakin terdengar tak masuk akal membuat kernyitan di kening mereka semakin terlihat jelas
"Kirana, dimana hadiah tadi?" Kirana dengan telaten membuka tas yang dipakai Aqila untuk mengeluarkan kado kecil berwarna biru tua
Sedangkan Darren yang melihat itu, diam-diam menghapus air matanya, penyakit itu telah mempengaruhi cara bicara juga ingatan adiknya
"Selamat ulang tahun, maaf tahun lalu Kak Aqila lupa" Ucap Aqila memberikan kotak hadiahnya pada Reyna
"Sama-sama kak" Aqila mundur perlahan setelah Reyna mengatakan itu, ia memegang kepalanya sejenak, dan mengepalkan tangan menahan rasa sakit, untungnya tamu acara fokus dengan menikmati pesta hingga tak ada yang memperhatikan mereka kecuali Darrenn dan Kirana
"Kakek dan nenek juga disini? Bagaimana bisa?" ucap Aqila mengalihkan pandangannya kedepan
"Aqila kamu ngomong apa?" Devano yang berada disebelahnya mempertajam pendengarannya, ia tak salah dengarkan? Sedangkan kakek dan nenek mereka sudah meninggal dunia
"Kakek dan nenek ada disini Kak Vano" ucap Aqila sekali lagi yang langsung membuat Kirana menariknya duduk di sofa yang ada disana, benar-benar halusinasi itu datang disaat yang tidak tepat, membayangkan yang tak ada seolah ada
.
Keluarganya segera tau, author gantung dulu...😂😁🙏
Maaf banyak Typo 🙏🙏🙏