Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 31 - Ke Luar Kota
"Apa yang kau lihat di departemen IT?" tanya Zester pada Ara saat mereka sudah kembali ke gedung utama.
"Kamera cctv saat kejadian kecelakaan kerja," jawab Ara jujur.
Zester tampak syok karena Ara tahu mengenai kecelakaan kerja itu. "Apa kau tahu dari Mike?"
"Memang siapa lagi," balas Ara.
"Dewan direksi sudah membuatku pusing, lebih baik kau jangan ikut campur karena ini bukan ranahmu," Zester berbicara dengan nada arogan yang kental.
Namun, Ara tidak takut karena dia bukan pegawai kontrak.
"Aku sudah mendengar mengenai kutukan itu, awal mula ularmu tidak bisa berdiri jadi aku memutuskan untuk mendatangi keluarganya weekend nanti," ucap Ara.
"What?" Zester tidak percaya kalau Ara akan melakukan sejauh itu.
"Kau pernah mendengar kisah malin kundang yang dikutuk ibunya jadi batu, 'kan? Jangan menyepelekan sebuah kutukan atau berakibat seperti kau sekarang, kau punya uang yang banyak tapi kalau impoten kan percuma," Ara menjelaskan panjang lebar.
Zester jadi merinding mendengarnya. "Aku tidak akan impoten selamanya, 'kan?"
"Kita lihat saja nanti, kau harus ikut denganku," ajak Ara.
Dari pada menghabiskan weekend bersama Riri lebih baik dia ikut dengan gadis itu.
"Baiklah, aku ikut," akhirnya Zester setuju.
Mereka masih belum mendengar tentang gosip yang tersebar jadi mereka tetap bekerja seperti biasa.
Zester justru meminta asisten Mike jangan mengganggunya karena sepanjang weekend, dia akan mematikan ponselnya.
"Kalau Riri mencariku bilang saja aku sedang berada di luar kota," ucap Zester.
"Kenapa tidak berpamitan sendiri saja, Tuan?" asisten Mike sebenarnya tidak mau berhadapan dengan Riri.
Pasti gadis itu tidak akan berhenti mengganggunya kalau belum tahu di mana Zester berada.
"Aku sedang malas lagipula Riri pasti sibuk dengan persiapan pernikahan dan perjanjian pra nikah. Mengenai itu, teliti baik-baik calon istriku mau apa saja di perjanjian itu," tambah Zester.
Dia tidak bisa menandatangani perjanjian yang berat sebelah.
...***...
"Jadi, kita benar-benar akan ke luar kota?" tanya Zester.
Weekend tiba, Zester dan Ara bersiap-siap pergi ke tempat keluarga korban kecelakaan kerja yang ibunya mengutuk direkturnya.
"Menurut informasi keluarganya pindah dan membuka usaha dengan uang kompensasi di tempat baru," jelas Ara.
Zester yang awalnya ingin membawa diri akhirnya membawa beberapa helai keperluan dan baju ganti.
Berbeda dengan Ara yang sudah siap sedia bahkan membawa ransel seperti orang mau kemping.
"Sedia payung sebelum hujan, aku membawa tenda dan makanan jika kita dalam posisi terdesak," ucap Ara.
"Kita hanya akan ke luar kota tapi kenapa kau berbicara seperti kita mau perang," balas Zester tak habis pikir.
"Setelah aku selidiki tempat yang kita akan tuju memang cukup jauh," Ara memperlihatkan ponselnya dengan fitur google maps.
"Jangan sampai kita nyasar, ya," Zester sudah memberi peringatan dari awal.
Mereka pun akhirnya pergi berdua menuju kota yang lumayan jauh, Zester menyetir sendiri dan Ara duduk di sampingnya.
Di perjalanan Ara memutar lagu ayahnya, dia sangat merindukan keluarganya di kampung.
"Kenapa kau tidak mengikuti jejak orang tuamu yang masuk dunia entertainment?" tanya Zester.
"Sebenarnya dari aku kecil, banyak tawaran iklan dan peran film, hanya saja aku tidak mau," jawab Ara.
"Lebih enak di kampung bermain bersama Jarwo!"
"Jarwo? Sepertinya itu nama laki-laki," komentar Zester.
"Jarwo itu ayam jagoku yang sudah lama mati," jelas Ara.
"Dasar aneh, kau memilih bermain dengan ayam daripada menjadi artis," Zester terkekeh karena Ara yang hidupnya unik.