kisah tentang kehidupan Kanaya yang terpaksa menjadi single mom ketika masih belia. Dia menjadi korban ambisi karyawan ibunya yang ingin menjebak ayah tirinya.
Kanaya terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya, untuk menyembunyikan ketiga anak kembarnya. Ia berhasil hingga akhirnya menjadi istri seorang pengusaha sukses dan kaya raya.
Cobaan seakan tiada henti menerpanya, ketika ia sudah bahagia, hantaman terberat dalam hidupnya adalah ketika ia harus kehilangan salah satu putra tercintanya.
Bagaiamanakah Kanaya menjalani hidupnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arnesh Yadha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Tak Bisa Mas.... ma'af
Acara resepsi sederhana yang dihadiri para kerabat dan tetangga dekat pun berakhir. Kini kedua mempelai sedang beristirahat di kamar kay. Gagah membantu kay melepas gaun dan juga aksesoris yang ada di tubuh istrinya.
Kay membersihkan wajahnya dari make up yang menempel, sementara gagah membersihkan tubuhnya dikamar mandi. Sejenak kay tertegun, ada rasa takut membayang dihatinya. Dia takut suaminya kecewa karena mendapati dirinya yang sudah tidak virgin lagi.
Kay segera menghapus air matanya ketika pintu kamar mandi dibuka. Bergegas dia menyiapkan baju ganti untuk suaminya.
" Mas.. Bajunya aku taruh sini ya, kebetulan di walk in closet belum ada tempatnya... Eunm... Maaf aku belum menata ulang.... Aku mandi dulu ya.. " Pamit kay sambil lalu ke kamar mandi.
" Huftt.. Aku berharap kamu ga trauma kay dengan kamar ini, mengingat nanti malam kita akan mulai bersama... " Gumam gagah sambil mengambil pakaian yang disiapkan istrinya.
Tak berapa lama pintu pun diketuk dari luar, gagah segera membuka pintu itu. Tampak mbok yem berdiri didepan pintu, dia memberi tau agar gagah dan kay turun untuk makan malam. Gagah menganggukkan kepalanya, lalu dia melihat mbok yem tersenyum malu-malu sambil mencoba melongok kedalam kamar.
" Ehemb.. Mbok... Jangan berpikir yang iya-iya dulu... Saya belum apa-apa in kay kok... " Ujar gagah sambil tersenyum jahil, mbok yem pun jadi kikuk karena kepergok sedang memikirkan yang iya-iya.
" Eh.. Maaf den... Mbok balik dulu... Soalnya.. Anu itu... Aden dan non segera turun njih, ibu sudah nungguin soalnya... "
" Iya mbok saya nunggu kay selesai mandi dulu.. "
Gagah tertawa sendiri melihat tingkah lucu wanita paruh baya itu.
" Mas kenapa... Kok ketawa sendiri gitu, kesambet ya?? " Tanya kay begitu keluar dari kamar mandi.
" Enggak ... Mbok yem lucu ay.. Masak dikiranya kita udah iya iyaan hahahaa... "
Kay hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, setelah itu mengajak suaminya untuk turun ke ruang makan.
Di meja makan berbagai hidangan telah tersaji, mulai dari maincourse, Apetiser hingga dessert terhidang dengan cantik di meja makan. Zio sudah duduk ditempatnya di dampingi tantri di sisi kanannya, disusul keluarga dari semarang berada disisi sebelah kiri tantri hingga ke ujung tepat kursi yang berhadapan dengan zio.
Gagah dan kay menempati sisi kosong di dekat zio. Mbak anti anaknya mbok yem sibuk menuangkan air minum di tiap gelas yang ada di meja.
Awalnya kay nampak canggung, namun kehadiran suaminya mampu menghilangkan kecanggungan itu. Dengan lembut gagah menggenggam tangan istrinya dan tersenyum menatap wajah cantik itu.
" Ayo kita mulai makan nya, keburu makanannya dingin, buat kamu gah... Selamat datang dikeluarga kami, jangan sungkan kini kamu bagian keluarga ini juga. " Ujar zio memecah keheningan.
" Iya om.. eh maksud saya appa, ma'af belum terbiasa... "
Tantri tersenyum mendengar ucapan keduanya. Kini dia merasa senang dan tenang karena putri semata wayangnya telah bahagia.
Acara makan malam berlanjut, dan beberapa saudara jauh dari Tantri menginap disana. Usai makan malam semua beranjak kekamar masing-masing. Begitupun pasangan pengantin baru itu.
Tiba di dalam kamar, ponsel kay berdering, dia melihat nomor mami evelyn yang memanggil.
" Kenapa sayang...?? "
" Mami nelpon mas,.. Apa anak-anak rewel ya??"
" Coba angkat aja, kita liat bareng.. " Sahut gagah sambil bersandar pada sofa bed.
Tanda hijau pun digeser dan nampaklah wajah tiga bocah kembar itu dilayar
[" Assalamu'alaikum ami..... "]
" Wa'alaikummussallaam.... Lho kok pada begadang ini udah larut lho... "
[" Kami baru aja kebangun karena ga ada ami sama papa,.. " Jawab senja sambil mencebikkan bibirnya]
" Astaghfirullah.... Kasian grandma dong sayang.... Ya udah sekarang udah liat ami sama papa cepet balik bobo lagi gih... Peluk cium dari sini, jangan lupa ambil wudhu dan baca do'a... Ami sayang kalian.... " Ucap kay mengakhiri panggilan sebentar itu karena tak ingin ketiga anaknya malah tak kembali tidur.
Kay pun beranjak keranjangnya disusul suaminya. Dia menyamankan posisi tidurnya dan mulai menarik selimutnya. Gagah membelai lembut surai hitam istrinya lalu mengecup kening wanita cantik itu.
" Tidurlah... Besok kita harus bersiap kembali ke Aussie... Anak-anak sudah menunggu kita disana, dan sudah pasti mami akan heboh dengan persiapan resepsi kita... " Ucap gagah lembut
" Euhnm... Mas.. Ma'af malam ini.... Aku belum bisa... "
" Ssuuttthhh.... Jangan pikirkan itu, aku tau kamu lelah dan aku tak akan menuntut apapun, sekarang pejamkan matamu dan tidur, aku takan lakukan apapun, percayalah..."
Kay mulai memejamkan matanya, meskipun hatinya berkecamuk, entah bagaimana caranya ia akan menyingkirkan ketakutannya. Jelas di dalam dirinya masih ada trauma dari peristiwa malam itu. Sejujurnya dia berusaha menekan rasa takutnya agar tak membuat suaminya khawatir, namun sekuat apapun usahanya tetap saja ketika tangan kekar pria itu menyentuh nya tadi secara refleks saraf-saraf dikulitnya pun merespon bahkan seolah tubuhnya bergerak sendiri menolak sentuhan itu.
Tubuh Kay mulai bergetar bukan karena hasratnya, namun lebih kearah rasa takutnya. Meskipun mata indahnya mulai terpejam, namun getaran tubuhnya bahkan kegelisahannya makin kentara.
Gagah menyadari hal itu, karena nampak keringat dingin mulai membasahi pelipis wanita itu. Dia tak akan memaksa, dia tau kejadian itu menyisakan trauma yang mendalam. Dengan lembut dia memegang tangan istrinya yang mulai terasa dingin dan semakin bergetar.
Isakan kecil mulai terdengar dan gagah pun hanya bisa diam mengamati istrinya. Setelah itu Kay merubah posisinya menjadi membelakangi suaminya. Bahunya nampak berguncang, menandakan wanita itu mulai menangis. Perlahan gagah menariknya kedalam pelukan hangatnya.
" Ma'af mas... Aku... Hiks.. "Sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan gagah
" Tenang sayang... Tenang... Aku akan bantu kamu hadapi ketakutanmu... Jangan menghindar.. " Ujar gagah sambil berusaha menenangkan istrinya.
Kay mulai menggigit bibir bawahnya dan berusaha menenangkan dirinya meski tubuhnya masih bergetar.
Seperti ucapan gagah tadi, dia tetap mendekap istrinya dan dengan lembut mengelus punggungnya. Aroma maskulin mulai menyeruak kedalam indra penciuman Kay. Perlahan dia mulai menikmati aroma yang menenangkan itu. Nafasnya yang sempat memburu perlahan mulai tenang. Kembali dia memejamkan matanya dan berusaha membuang bayangan-bayangan kelam itu. Akhirnya dengkuran halus pun terdengar. Gagah mulai mengecup puncak kepala istrinya pelan, dia tak ingin mengganggunya.
" Aku tau ini berat Kay ini berat.... Aku janji bakalan bantu kamu hadapi semua ini, aku akan tunggu hingga kau benar-benar lepas dari traumamu.... Kamar ini adalah saksi bisu kejadian itu.... Kamu sudah berhasil dengan tetap berada disini bersamaku melawan takutmu... InsyaAllah kamu kuat sayang... Jadikan aku obat untuk lukamu agar kamu bisa sembuh... " Gumam gagah lirih
Keduanya kini terlelap setelah Kay benar-benar tenang dan lelap dalam dekapan suaminya. Gagah sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa dia tak akan menuntut haknya hingga istrinya bisa lepas dari bayangan kelam masa lalunya. Meskipun tak ia pungkiri, pesona wanita itu sangat kuat untuk memancing hasratnya. Namun dia tak mau egois dan dia akan berusaha membuat hubungan mereka harmonis dan benar-benar memberi kebahagiaan untuk istrinya.