Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
"****! Kepalaku..." Abian yang terbangun dari tidurnya, langsung memijat kepalanya yang terasa berat sambil menyandar di headboard.
Egh...
Mendengar suara lenguhan seseorang, Abian terkejut dan langsung menatap ke samping. Menatap pada seorang wanita yang berbaring di sisinya. "Kau..!" dia begitu terkejut. Apalagi saat melihat wanita yang berbaring itu tidak mengenakan pakaian. Terlihat dari bagian atas yang tidak tertutup selimut.
Dengan jantung yang berdetak dengan cepat Abian memeriksa keadaanya. Dia pun kembali terkejut saat menyadari tubuhnya juga sama tanpa sehelai benang pun.
"Apa yang terjadi?" Abian menatap tajam pada wanita yang ada di sampingnya. "Alena, apa yang terjadi?"
Ya, dia tahu betul wanita yang tidur di sampingnya adalah Alena. Karena seingat Abian, terakhir kali mereka berada di tempat yang sama yaitu sebuah Club. Mereka memang sengaja membuat janji bertemu di sana bersama Alona, Aluna, dan tentunya bersama kekasihnya Alana. Namun yang datang ke tempat tersebut hanya Aluna dan Alena, sementara Alona dan Alana tidak menampakkan batang hidungnya.
Hingga akhirnya Aluna menyerah menunggu kedua saudara kembarnya, dan memilih pulang lebih dulu. Hingga yang tersisa hanyalah dirinya, dan Alena yang masih menunggu kedatangan calon tunangannya dan Alona.
"Alena jawab! Apa yang terjadi pada kita!" sentak Abian dengan wajah yang panik, dan semakin panik saat mendengar pintu kamar yang terus diketuk dari luar.
"A.. aku ..." Alena terdiam sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh atasnya yang polos.
"Jawab Alena!" Abian berteriak frustasi saat Alena hanya diam saja. Dia bukan anak kecil yang tidak tahu apa yang sudah terjadi pada mereka, terlebih dengan keadaan keduanya yang berada di satu ranjang yang sama dengan keadaan polos tanpa sehelai benang pun. "****! Kenapa jadi seperti ini?" umpat Abian sambil mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi, sampai mereka berada atas tempat tidur yang sama.
Belum sempat mendapatkan jawaban dari semua pertanyaannya, Abian terkejut saat melihat pintu yang sejak tadi diketuk dari luar, kini terbuka lebar.
Brak.
"Alena.. Abian...!" pekik Daisy dengan wajah yang terkejut, saat mendapati putri keduanya berada di satu ranjang, dan satu selimut yang sama dengan kekasih Alana.
Alena dan Abian yang terkejut, reflek mengencangkan genggaman pada selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" teriak Daisy dengan wajah yang panik, lalu sedetik kemudian ia pun tak sadarkan diri, karena terlalu terkejut melihat pemandangan yang ada di depan matanya.
"Daisy..." Antoni dengan cekatan menahan tubuh istrinya agar tidak terjatuh.
Sementara beberapa orang yang berdiri di belakang pasangan suami-istri itu memilih diam, dengan tatapan tajam menatap kedua orang yang berada di atas tempat tidur.
"Alana..." lirih Abian saat menyadari kekasihnya berdiri di antara Aluna dan Alona. Dapat ia lihat wajah wanitanya yang datar tanpa ekspresi apapun. Hanya kilatan kemarahan dan kesedihan yang terpancar di kedua mata wanita cantik itu. "Al ini semua tidak seperti yang kau lihat! Kami tidak..."
"Dasar bajingan!" Antoni menghampiri Abian setelah menyuruh Aluna menjaga Daisy, dan tanpa banyak kata memberikan bogem mentah pada calon menantunya itu.
Ah.
Teriak semua orang yang ada di ruangan tersebut, saat Antoni memukul Abian. Terkecuali Alana yang masih diam menatap kearah Alena yang terlihat ikut berteriak.
"Berani sekali kau meniduri putriku!" Antoni menghajar kembali calon menantunya itu.
"Daddy hentikan!" Alena berteriak sambil berusaha menahan pukulan pada Abian, dengan cara memeluk pria itu. Sambil mempertahankan selimut untuk menutupi tubuhnya dan Abian.
"Alena menyingkir!" Antoni begitu marah saat melihat putrinya begitu melindungi Abian.
"Jangan Dad, jangan pukul Abian!" pinta Alena dengan menangis.
"Lepas Alena!" Abian mendorong tubuh Alena dengan kasar, karena tidak ingin membuat Alana semakin salah paham.
Melihat Alena yang di dorong dengan kasar di depan matanya, semakin membuat Antoni naik pitam. Dia kembali menghajar Abian dengan membabi buta, tanpa mempedulikan teriakan putri-putrinya yang meminta untuk menghentikan tindakannya. Karena yang ada dipikirannya saat ini adalah membuat Abian terluka parah, karena sudah berani menyakiti kedua putrinya.