Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
"Kakak kok tega sih usir aku? Aku ini mu Kak," kata Mela yang masih tak mau beranjak dari duduknya.
"Mari keluar, Mbak. Tuan sedang banyak pekerjaan saat ini dan tidak bisa di ganggu," ajak Mona pada Mela.
"Siapa kamu berani mengaturku, hah? Kamu itu cuma Sekretaris. Sedangkan aku adik kesayangan dan tercinta Kak Andreas," kata Mela dengan bangganya sembari mengangkat pandangannya ke arah Mona.
'Ini sih namanya lepas dari mak lampir di kejar kunti,' batin Mona kembali.
"Maaf-maaf aja ya Mbak, tapi sekarang masih jam kerja. Dan tugas saya selain untuk urusan kantor juga untuk menyingkirkan orang yang bebal seperti Anda. Di suruh pergi gak mau pergi, ngeyel lagi."
Mona menarik Mela dari tempatnya duduk dan membawa perempuan muda itu keluar dari ruangan Andreas.
Bukan bermaksud untuk sok mengatur atau berkuasa, Mona sudah pernah di ingatkan oleh Andreas untuk membawa paksa siapa saja perempuan yang datang dan tak mau pergi. Andreas suka risih sendiri kalau ada perempuan yang terlalu memaksakan kehendaknya.
"Lepaskan aku! Lepaskan! Kamu siapa sok ngatur, hah? Kamu gak punya hak apa-apa di sini."
Mela memberontak sembari mencoba melepaskan pegangan Mona di lengannya yang cukup kuat. Terdengar suara pintu yang terkunci dari dalam, pertanda kalau Andreas tak mau di ganggu lagi karena pekerjaan masih menumpuk.
"Kamu juga gak punya hak apa-apa kali, Mbak. Kakak kamu yang paling kamu bangga-banggakan itu sudah gak ada lagi. Dan kamu dengar sendirikan barusan, pintunya di kunci dari dalam. Itu menandakan kalau Tuan Andreas gak mau di ganggu," kata Mona menjelaskan pada Mela.
"Ck, itu pasti kamu yang pengaruhi Kak Andreas supaya kunci pintunya. Kamu gak suka kan kalau aku datang ke sini? Kamu merasa tersaingi kan sama kedatangan aku? Aku gak akan biarkan kamu mendapatkan Kak Andreas apa lagi sampai jadi istrinya. Karena yang berhak menggantikan Kak Meli cuma aku seorang," ujar Mela lalu melangkah pergi.
Ia akan memikirkan cara lainnya untuk bisa mendekati Andreas dan merayu pria itu agar mau melepaskan ayahnya. Juga agar pria itu mau menjadikan dia istri menggantikan kakaknya.
Perasaan kagumnya pada Andreas semakin menggebu saja saat ia tahu pria yang di sukainya itu telah sendiri.
Mona sendiri menatap tak percaya pada Mela yang terlalu percaya diri. Dan yang lebih membuat Mona tak habis pikir adalah ucapan Mela yang mengira dirinya ingin menjadi istri dari bosnya sendiri.
"Buat apa juga aku deketin Tuan Andreas, lah di rumah sudah ada yang lebih ganteng. Walaupun Tuan ganteng tapi tetap di hatiku ya suamiku yang paling tampan," gumam Mona.
Wanita itu memilih acuh dan kembali ke meja kerjanya untuk segera menyelesaikan tugasnya.
Di dalam mobil mahal milik Mela, perempuan itu sedang berkendara sembari ngedumel tak karuan. Ia sangat kesal karena di tolak oleh Andreas.
Ia tak menyangka kalau akan mendapatkan penolakan kembali. Setelah sebelumnya ia sempat menggoda Andreas saat pulang ketika pernikahan kakaknya. Mela sudah sangat yakin kalau kepulangannya kemarin akan membuahkan hasil.
Namun yang terjadi malah penolakan yang di rasakan kembali.
"Ugh... Untung saja dia tampan dan kaya jadi aku rela merendahkan diri demi mendapatkannya. Kenapa sih dia gak mau lihat aku? Pada hal aku lebih cantik dari Kak Meli," kata Mela.
"Pokoknya aku bisa dapatin Kak Andreas apapun dan gimana pun caranya. Kalau bisa dapatin Kak Andreas, otomatis kehidupanku akan terjamin sampai tua. Tinggal kasih aja dia anak trus semua hartanya suruh dia warisin ke anakku. Nanti aku tinggal kendalikan anakku, beres deh."
Perempuan muda itu tersenyum sendiri dengan pemikirannya sendiri. Ia sangat yakin dapat menaklukan Andreas.
Sampai di rumah ia melihat ibunya yang duduk santai di sofa ruang keluarga. Memainkan ponselnya tanpa tahu sang anak sudah pulang ke rumah dengan perasaan yang masih sangat kesal.
"Bu, Ibu harus bantu aku untuk bisa mendapatkan Kak Andreas."
Bu Mawar menoleh menatap Mela lalu meletakkan ponselnya.
"Bukannya kamu tadi katanya mau ke perusahaan Andreas, ya? Trus gimana hasilnya?" Tanya bu Mawar penasaran.
"Aku di usir, katanya aku di suruh ke kuburan kalau kangen sama Kakak," adu Mela pada sang ibu.
Kening bu Mawar mengkerut mendengar aduan sang anak.
"Apa urusannya kamu datang ke sana sama Andreas yang menyuruh kamu ke kuburan Kakak mu?" Tanya bu Mawar heran.
"Tadi itu aku masuk ke ruangan Kak Andreas trus aku bilang kalau kangen sama dia. Tapi rupanya Kak Andreas salah sangka, dikiranya aku kangen sama Kak Meli. Makanya aku di suruh ke kuburan sama dia," jawab Mela sembari merengut.
Bu Mawar mendesah panjang.
"Ya kamu ucapannya gak jelas gitu, harusnya kamu bilang kalau kangen sama Kak Andreas gitu. Bukan malah bilang kangen sama Kakak, jelas dia suruh kamu ke kuburan," kata bu Mawar yang semakin membuat Mela merengut saja.
"Pada hal aku sudah berusaha semanja dan seimut mungkin. Tapi tetap saja Kak Andreas gak mau lihat keberadaanku, malah aku di usir sama Sekretarisnya yang sombong itu."
"Ya kamu jelasin dong sama dia kamu itu siapa, kamu bisa pecat dia. Kan kamu masih adik iparnya Andreas, otomatis kamu juga punya hak di perusahaan itu."
Bu Mawar mendoktrin anaknya dengan hal yang tak masuk akal sama sekali. Karena saat ini harapannya hanya pada Mela saja. Jadi ia sebisa mungkin akan membuat Mela masuk ke dalam keluarga Andreas.
"Huh, kenapa aku gak kepikiran ke sana ya tadi?" Keluh Mela yang membuatnya mendapat cubitan pelan di lengannya dari sang ibu.
"Makanya kalau mau apa-apa itu di pikir dulu, jangan asal bertindak saja," ujar bu Mawar kesal.
"Ihk... Ibu kok gitu sih. Ya sudah nanti kita ke rumah orang tuanya Kak Andreas saja langsung. Atau gak kita ke rumah yang pernah di tempati sama Kak Meli. Rumah itu kan besar, minta sama Kak Andreas untuk serahkan rumah itu sebagai kompensasi saja."
Seketika mata bu Mawar melotot mendengar ucapan anaknya. Ia memang tak pernah kepikiran tentang rumah yang di tempati anaknya saat masih jadi istri Andreas.
"Ya kamu benar, Ibu akan meminta rumah itu padanya sebagai kompensasi. Rumah itukan lebih besar dari rumah ini, nanti rumah ini bisa kita jual untuk ganti denda Ayah kamu dan kita tinggal di rumah besar itu."
Terlihat wajah bahagia dari keduanya yang merasa mendapatkan ide yang bagus. Tabungan yang di miliki bu Mawa dan pak Dudi tak sebanyak itu untuk membayar denda korupsi.
Sedangkan untuk menjual perhiasan atau koleksi barang mewah mereka rasanya sangat tak mungkin. Kalau mereka bisa mendapatkan rumah besar Andreas itu, mereka akan sangat rela melepaskan rumah mereka yang tak terlalu besar demi rumah besar.
Ngegantung nih thor.. 😂😊
Anyway thanks a lots 👍🏼👏