NOVEL INI SUDAH TAMAT.. DENGAN KISAH EPIKNYA YANG MEMBAGONGKAN..
NANTIKAN NOVEL SAYA SELANJUTNYA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ch 017_anakku..! maafkanlah aku
...___~V~___...
...KEMATIAN SANG AYAH...
Abail berbalik, lututnya gemetar, tapi nalurinya memaksanya berlari. Ia tahu hanya ada sedikit waktu sebelum mereka tiba.
"Tong tong tong tong tong tong... TONG!!"
Suara kentong dipukul keras, menggema ke setiap sudut desa, membangunkan mereka yang masih terlelap. Diiringi dengan teriakan panik yang memecah malam:
"RAKSHA! ADA RAKSHA! ADA RAKSHA!!"
Kekacauan meledak seketika. Warga desa berhamburan keluar dari rumah mereka, sebagian membawa obor, sebagian lagi hanya dengan pakaian seadanya. Namun, wajah mereka semua memancarkan ketakutan yang sama.
"BOOOMMM!"
Suara ledakan kembali terdengar, kali ini lebih dekat. Jeritan pilu bercampur dengan teriakan histeris memenuhi udara.
"LARI! LARI SEMUANYA! RAKSHA SUDAH SAMPAI!!"
Gemuruh langkah kaki makhluk-makhluk menyeramkan itu kini bergabung dengan hiruk-pikuk warga yang mencoba menyelamatkan diri.
Abail berlari di antara kerumunan, berusaha keras menjaga langkahnya agar tidak jatuh. Asap, api, dan suara retakan kayu yang terbakar bercampur menjadi satu. Ia menoleh ke belakang sekilas dan melihat sosok besar itu: tubuhnya hitam legam, bermata merah menyala, dan dan terdapat lubang menembus ke balik tubuhnya bergerak seperti bayangan ganas yang tidak kenal belas kasihan.
"Ini bukan lagi desa Gousan..." pikir Abail, tubuhnya bergetar, "Ini sudah menjadi neraka"
para raksha yang menyerang dengan keganasan yang tak terkendali. Cakar mereka mencabik cabik apa saja yang ada di depanya, sementara raungan mereka menggema, memenuhi malam dengan horor yang tak terlukiskan. Warga desa yang panik berlarian menuju hutan, berharap bisa menemukan perlindungan diantara pepohonan gelap. Namun harapan itu segera pupus.
Dari seluruh penjuru desa, para raksha telah mengepung. Bayangan bayangan besar mereka bergerak cepat, menutup setiap jalan keluar. Tak ada celah untuk melarikan diri.
Tangisan anak anak mulai bergema, menciptakan harmoni menyayat dengan jeritan pilu para orang tua yang mencoba melindungi keluarga mereka. Di tengah kegelapan, darah berceceran di jalanan, mengalir membasahi tanah desa yang dulu damai.
Asap hitam mengepul dari rumah-rumah yang terbakar, sementara api menjilat atap-atap jerami dengan rakus. Bangunan bangunan yang sebelumnya berdiri kokoh kini runtuh satu persatu, meninggalkan puing puing yang berserakan.
Ditengah kekacauan itu, abail berdiri dengan napas terengah-engah,tubuhnya penuh debu dan luka, ia hanya bisa menyaksikan horor yang tak terhentikan ini. Hatinya terhimpit oleh keputusasaan. Namun, jauh, di dalam dirinya, sebuah tekad mulai tumbuh.
"Jika ini akhirnya... Aku tak akan pergi tanpa perlawanan," gumamnya, matanya yang melihat semua kejadian mengerikan itu.
dari tempat lain zubrel sang raksha tingkat tinggi mengawasi..
"Cih..!! Mahkluk mahkluk lemah yang bahkan tidak pantas untuk hidup" ucap sang raksha yang melihat hancurnya desa di atas bukit oleh pasukan rakshanya.
"Pasti dengan rencana yang berjalan kaum raksha pasti akan kembali menduduki dimensi ini. Karena, kita hanya mengambil kembali apa yang mereka rebut" Ucap sang raksha itu.
"Tidak peduli apa yang akan kita lakukan, darah yang kita korbankan, pembantaian yang membabi buta, semua itu akan menjadi langkah awal untuk merebut kembali apa yang menjadi hak kita..."
"Hahahahahahahahaha"
Ditengah tertawa senang. Ia melihat seorang laki laki tua (abail) yang sedang menolong anak yang terluka dan menyembuhkan nya dengan teknik penyembuhan yang cukup aneh.
"Hooooo... Ramuan apa itu? Bagaimana dia mengoleskan hal seperti itu dan menyembuhkan luka" karena ingin melihatnya dari dekat sang raksha tingkat tinggi itu melompat ke arah pria tua itu.
wuuugg wuusshh
"Hei apa yang kau lakukan manusia tua" ucap sang raksha yang tingginya hampir tiga kali dari abail itu.
"Dia bisa berbicara..?? Pasti dia raksha level tinggi" abail yang sadar bahwa raksha yang didepanya itu pasti sangat kuat.
"Hey apa kau mendengar ku mahkluk tuli?" Bentak sang raksha yang emosi karena abail yang tidak berbicara.
Tiba tiba raksha itu merebut anak yang ada di gendongan abail. "Hei.. jangan" respon abail yang terkejut.
"Haaa ternyata kau bisa berbicara manusia" jawab sang raksha yang mendengar suara abail
Suara tangisan anak itu menjerit dengan sangat keras dan terus menggeliat karena merasa takut oleh raksha itu
"Lepaskan! lepaskan!" teriak sang anak laki laki itu
"kau berisik sekali" ucap raksha tersebut lalu membakarnya dengan sangat kejam menggunakan api ungunya hingga menjadi abu.
"Tidaakk..!!!" Teriak abail yang melihat anak itu dibunuh oleh raksha itu. Namun ia hanya bisa melihatnya terbakar habis lalu terduduk dengan lututnya dengan tubuh yang sudah sangat lemas.
Lalu sang raksha mendekati abail yang sedang terduduk itu.
"Tap tap"suara langkah deitenga kekacauan
"Kau akan mati" ucap abail sembari melotot ke mahkluk itu
"Hoo.. kau sedikit mempunyai nyali sebagai manusia mengatakan itu padaku" jawab sang raksha lalu mencekik abail hingga tubuhnya terangkat
Suara abail : Arrghhh aaarrhhhhhh
Abail yang sudah tercekik oleh raksha itu meringik kesakitan dan mencengkram tangan raksha itu dengan sangat keras yang mencoba melepaskan diri dari raksha itu.
"Hooo.. membosankan sekali" ucap raksha itu yang sudah mulai bosan. Dan tanpa basa basi dia memotong badan abail menjadi dua bagian dengan pedang api ungunya.
Wrrrr slashh
Ngiiing : hening
Dalam kehening menuju kematianya abail menyebut nama anaknya
"anakku maafkanlah aku tidak bisa menemanimu" ucap abail diantara hidup dan kematiannya.
"Istriku maafkan aku.. aku tidak bisa menepati janjiku untuk menemani nazzares" tangis deru abail mengingat mendiang istrinya dalam menuju kematianya.
Semua ingatan kenangan indah bersama falghuni istrinya dan nazzares pun terbesit di ingatanya. Mengingat betapa bahagianya ia saat anaknya lahir dari bayi yang menyusu hingga mulai belajar berjalan.
"Nazzares aku sangat menyayangimu"
Sementara itu sang raksha yang merasa telah dilecehkan oleh perkataan abail berkata :
"Dasar serangga!"
Dari arah kejauhan sang raksha merasakan ada sosok yang kuat menuju kearahnya dan itu membuatnya senang.
"Haaa.. sepertinya ada sesuatu yang cukup menghibur akan datang"
Braaakkk : nazzares mendarat tepat didepan raksha dan mayat ayahnya
Sebelum Zares mendarat dengan kecepatan penuh, didepan raksha itu. Ia telah kembali ke desa dan sudah mengamankan kandhita ke tempat yang aman setelah melihat kondisi desa yang sudah hancur.
Dengan menggunakan observasinya, dia melacak keberadaan ayahnya. namun, yang dia lihat adalah pemandangan yang mengerikan, dimana dia melihat dengan kedua bola matanya, badan bagian atas dan bawah ayahnya yang sudah terpisah, tergelatak, tak bernyawa. dengan, darah yang masih mengalir ke permukaan tanah.
“A... aa... a... Ayah...” suara Zares bergetar, nyaris tercekat, ketika ia berdiri terpaku di hadapan tubuh ayahnya yang tak lagi bernyawa dengan tubuh terbagi dua.
Matanya melotot, basah oleh air mata yang belum sempat jatuh. Segala suara kekacauan di sekelilingnya seolah meredup, tergantikan oleh desakan rasa sakit yang merobek hatinya.
Namun, mendadak..
[marah]
“DUAAAAARRRRR!!”
Luapan energi mistis yang dahsyat meledak dari tubuh Zares. Pupil matanya bersinar merah menyala, seperti bara api yang tak dapat dipadamkan.
"Hoooo," ekspresi senyum sang raksha melihat energi mistis nazzares.
Aura mistis yang memancar darinya begitu besar hingga menciptakan gelombang energi kejut yang menghancurkan segala yang ada di sekitarnya. Tanah di bawah kaki Zares retak, membentuk pola pecahan yang meluas seperti jaring laba-laba. Pohon-pohon di dekatnya bergoyang hebat, beberapa di antaranya bahkan tumbang akibat tekanan energi yang tak tertahankan.
Para Raksha yang berada di sekitarnya seketika berhenti, tubuh mereka tersentak mundur oleh radiasi kekuatan yang begitu besar.
Zares tak lagi sama. Dia perlahan mengangkat wajahnya, menatap Raksha yang sebelumnya membunuh ayahnya. Namun kini, ia hanya menjadi target dari luapan amarah yang tak terbendung.
Dengan suara yang dalam dan dingin, Zares berbisik
"Kau... akan menyesal."
Dengan air mata yang terus mengalir dari mata zares, dia melihat ke arah raksha itu, dengan tatapan penuh nafsu ingin membunuh.
Bersambung..