Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Orang Perwakilan
Ling dan Liam sudah berada di dalam kelas. Mereka sedang membaca buku ekonomi. Hari ini mereka akan melakukan tes. Namun sebelum itu akan ada seseorang yang menentukan nasib mereka. Jika orang itu berhasil meyakinkan Zhuo Xia, maka mereka akan tes, kalau tidak, mereka akan lanjut ke materi selanjutnya.
Tidak ada yang memutuskan siapa yang akan tes duluan. Namun jika disuruh memilih, tentu orang-orang akan memilih Wuzhou. Bagaimanapun ia adalah jenius kebanggaan kota.
Semua murid sudah siap untuk hari ini. Lima menit lagi akan bel. Jadi mereka sudah berkumpul di kelas.
"Wuzhou apa kau sudah belajar untuk hari ini?" tanya seorang pria berkacamata.
"Tentu saja. Aku sudah meminta tambahan buku pada Ayahku. Aku benar-benar belajar keras untuk hari ini," jawab Wuzhou.
"Kamu pasti bisa mendapat hadiah besar jika memenangkan ini," tambah Lu Yan.
Mereka terus berbincang-bincang tentang strategi untuk memenangkan tes. Terdengar dari obrolan mereka, mereka sudah sangat yakin. Namun mereka sama sekali tak membaca buku ataupun belajar. Hanya Wuzhou yang sesekali melirik buku. Karena terlalu banyak orang di sisinya, ia jadi tak bisa belajar.
"Apakah ada hadiah untuk pemenang?" tanya Ling penasaran. Dalam ingatannya, ia tak pernah tahu bahwa arena pelatihan memiliki hadiah untuk pemenang. Ia juga baru tahu jika mereka akan diberi bintang jika berhasil tes.
"Ya, tahun ini mereka menyiapkan banyak hadiah. Katanya agar anak-anak lebih memiliki semangat untuk belajar. Namun nyatanya sama saja," jawab Liam melirik ke arah gerombolan orang yang sibuk berbincang.
Ling mengangguk paham. Kini ia menutup buku dan mengambil tas. Tas itu digunakan sebagai bantal untuknya tidur. Beberapa hari ini ia memang kurang tidur. Akhirnya ia cepat terlelap walau keadaan kelas sangat berisik.
Bel berbunyi.
"Kau sudah menyiapkan semuanya?" tanya Zhuo Xia.
"Ya. Ini adalah persiapan kemarin," jawab Yu Bin sambil membawa laptop dan kertas.
Kemudian mereka berdua berjalan memasuki kelas. Mereka tak melihat siswa di luar. Jadi mereka yakin bahwa para siswa sudah masuk ke kelas.
Dari jauh, terdengar suara berisik para siswa. Zhuo Xia sedikit mengerutkan keningnya. Lalu ia tersenyum malas saat masuk ke dalam kelas.
Saat melihat dua wanita anggun memasuki kelas, suasana berubah menjadi hening. Setiap orang dengan sendirinya kembali ke tempat duduk masing-masing. Mereka menjadi sangat senyap.
Yu Bin meletakkan laptop dan kertas di meja yang tersedia. "Siapa yang akan maju untuk mewakili teman-teman kalian?" Yu Bin bertanya tanpa basa-basi. Info ini sudah disebarkan kepada kepala keluarga besar. Jadi seharusnya mereka sudah tahu maksud pertanyaan ini.
"Kami memberi kalian 3 kesempatan, yang artinya akan ada 3 orang perwakilan," ucap Yu Bin lagi.
"Silahkan maju," lanjutnya dingin.
Wuzhou dan Lu Yan maju dengan percaya diri. Mereka memang sudah siap dari awal. Jadi mereka sangat yakin dengan hal ini. Setiap mata memandang mereka kagum, seolah berkata mereka adalah pahlawan penyelamat.
"Siapa satu lagi?" tanya Zhuo Xia dingin.
Ia menatap satu per satu siswa. Tak ada yang menjawab. Saat ditatap, mereka menundukkan kepala. Hingga Zhuo Xia menemukan seorang target.
"Kau! Yang tidur di belakang sana!" teriak Zhuo Xia.
"Kau maju dan jadi perwakilan," lanjutnya.
Liam yang melihat hal ini sedikit kaget. Ia lupa membangunkan Ling tadi karena terlalu gugup.
"Ling, kau disuruh maju ke depan sebagai perwakilan," bisik Liam pada Ling. Ia sedikit mengguncang badannya. Sedangkan yang lain sudah mejadikan mereka sorotan.
Wajah tampan itu terangkat. Ia membuka mata dan terlihat warna matanya yang hitam pekat. Matanya sedikit menyipit karena menyesuaikan dengan cahaya. Rambutnya yang berantakan menambah kesan malas dirinya. Ia sedikit menyeka air matanya yang keluar karena habis tidur.
Setelah ia sadar, ia berjalan dengan santai ke depan kelas. Satu tangannya di saku dan satu lagi merapikan kemejanya yang sedikit berantakan. Ia menatap wanita yang menyuruhnya maju.
Zhuo Xia menatap Ling penuh arti. Bibirnya sedikit terangkat menunjukkan senyum tipis. Ia memperhatikan setiap detail wajah Ling. Wajahnya yang tampan membuatnya sedikit kikuk. Ia seperti tersihir dengan pesona Ling. Namun segera ia mengembalikan ekspresinya.
"Ayo kita mulai. Kau yang pertama," ucap Yu Bin setelah Ling duduk. Ia menunjuk Lu Yan.
Lu Yan segera duduk di depan komputernya. Ia membaca sebentar kemudian mengetik sesuatu di sana. Karena sangat hening, mereka bisa mendengar suara jari Lu Yan beradu dengan keyboard.
"Kalian akan mendengar langsung skornya. Perhatikanlah baik-baik," ucap Yu Bin.
Karena sebagai perwakilan, mereka diberi tes dengan level medium. Hal ini dilakukan untuk mengambil jalan tengah. Karena menurut mereka, level medium sudah susah untuk anak seusia mereka. Tes kali ini setara untuk tes masuk perguruan tinggi yang ada di Kota Bayangan.
"Mulai," ia memberi aba-aba pada Lu Yan.
Mata Lu Yan bergerak cepat, beberapa saat kemudian ia mengetik di keyboard. Gerakan tangannya sangat terampil.
Super!
Suara komputer terdengar saat Lu Yan selesai mengetik. Itu berarti skor Lu Yan untuk pertanyaan pertama adalah 4.
Lu Yan kembali membaca soal dan mengetik jawaban. Semua orang menunggu ini dengan gugup. Padahal bukan mereka yang sedang tes.
Super!
Semua bernapas lega. Skor Lu Yan sudah 8. Untuk lolos level medium, Lu Yan membutuhkan 7 skor lagi. Ia kembali mengerjakan soal.
Super!
Wow! Soal ketiga juga mendapat skor 4. Padahal semakin lama pertanyaan akan semakin sulit. Setiap orang memuji Lu Yan dalam hati. Memang cocok disebut jenius.
Lu Yan lanjut mengerjakan soal berikutnya. Kali ini ia membaca agak lama. Terlihat juga keraguan saat ia mengetik jawaban. Jarinya tak secepat sebelumnya.
Great!
Suara komputer terdengar. Ia hanya mendapat skor 3 di soal keempat. Terdengar decakan sebal dari Lu Yan. Ia pun melanjutkan ke soal kelima.
Ia membaca dengan tidak tenang sekarang. Terlihat kerutan di keningnya. Ia juga mengerjapkan matanya beberapa kali. Setelah beberapa saat, jarinya mengetik jawaban.
Great!
Skor 3 lagi untuk soal kelima. Raut wajah Lu Yan terlihat kecewa. Ia mundur dari komputer dan berjalan menunduk. Tanpa aba-aba ia kembali ke tempat duduknya.
Tes untuk Lu Yan selesai. Total skornya adalah 18. Itu sudah melebihi syarat lulus di level medium.
"Cih hanya begini saja yang disebut sebagai perwakilan," cibir Zhuo Xia yang masih bisa di dengar Lu Yan.
Di kursinya, Lu Yan hanya bisa mengepalkan tangan. Padahal ia sudah berusaha sebaik mungkin. Namun itulah hasil maksimal yang ia dapatkan.
Memang tes itu yang sangat susah atau Lu Yan yang terlalu bodoh?
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.