Kepergian wanitanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Agra. Dari sekian banyaknya waktu yang ia tunggu, hanya pertemuan yang ia harapkan,
Setelah pengingkaran janji yang sempat ia terima, pertemuan masih menjadi keinginannya dalam setiap tarikan nafasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misshunter_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Kita
"Sarapan bang" titah bunda saat menyadari kedatangan Agra tengah menuruni anak tangga
"istriku mana bun?" saat netranya tak menemukan wanitanya
"dibelakang, jemur pakaian" sahut bunda "bunda gak nyuruh, Kiara yang mau loh ya.."
Agra terkekeh, mungkin bundanya takut Agra mengira kalau Kiara mengerjakan pekerjaan rumah karna bunda yang menyuruhnya
"Mas.." sapa Kiara saat menyadari sang suami yang sudah ikut bergabung di meja makan "aku gak dibolehin bunda buat bikin sarapan pagi" adu Kiara dengan tangan yang masih menjinjing keranjang cucian yang sudah kosong
"harusnya emang gak boleh sayang, kamu cuma perlu duduk manis semua biar bunda yang kerjakan" sahut Kinanti dengan kekehan kecil
"bunda bukan tipe mertua yang akan bawel dan memarahi kamu Ki, kalau seandainya kamu males malesan" timpal ayah yang baru ikut bergabung setelah menyiram tanaman tanaman kesayangan istrinya
"tuh kamu dengarkan sayang" sahut Agra "kamu disini sebagai istri mas bukan pembantu. jadi sekarang sini duduk, kita makan"
Kiara mencebik, namun tak urung ia ayunkan langkahnya untuk menghampiri sang suami dan duduk disampingnya
"anak anak belum turun sayang?" ujar ikram berdiri dibelakang punggung Kinanti
"belum yah, kamu panggilin gih takutnya belum pada bangun" sahut Kinanti "nanti kesiangan"
"ayah keatas dulu kalau gitu" Ikram sematkan kecupan singkat dipundak sang istri
tindakan itu sungguh tak luput dari perhatian Agra dan Kiara. Sekarang Kiara mengerti dari mana suaminya tahu hal hal manis sederhana itu yang sering Agra lakukan pada Kiara
ternyata ada ayah Ikram yang ia jadikan panutan,
rumah ini terasa hangat dan harmonis, tidak ada teriakan dan cacian. Kiara selalu membayangkan ingin memiliki keluarga seharmonis mertuanya
ia ingin menciptakan suasana rumah yang damai, dimana orang orang didalamnya akan selalu merindukan rumah
sementara trauma Kiara perihal rumah hanya ada teriakan dan perdebatan yang tak berkesudahan
menyadari arah pandang istrinya, Agra tersenyum kecil "Aku banyak belajar dari ayah, bagaimana harus memperlakukan bunda" ujarnya
mendengar ucapan putranya bunda tersenyum, suaminya memang sebaik itu sedari dulu ia selalu bisa menjadi contoh untuk anak anaknya, terlebih lagi Agra yang awalnya kehilangan figur ayah
"kalau Agra berani menyakiti kamu bilang sama bunda. Bunda dan ayah ada dipihak kamu" ujar bunda
"cih! Yang anaknya bunda siapa yang dibela siapa" gerutu Agra
"kalian berdua anak bunda" pungkas bunda,
akhirnya ketiga gadis itupun ikut bergabung bersama ayah ikram yang mengekor,
"kamu gak mandi?" celetuk Agra saat menyadari Nala yang masih mengenakan piyama
"gak. Masih cantik ini" sahutnya enteng
"dih, jorok banget. Guyur aja sih yah.." goda Agra
"enak aja. Ntar siang juga mandi bang"
"emangnya kamu gak ada kelas hari ini La?" bunda ikut menimpali seraya duduk disisi kanan kursi sang suami
"gak ada bun"
setelah semua orang berangkat dengan urusannya masing masing, dirumah hanya tinggal bunda dan Kiara, sementara si gadis Nala ia kembali kedalam kamar
"kalian sudah ada program bayi sayang?" celetuk Kinanti
Kiara menoleh, ia menggeleng lemah "belum bun"
"kenapa? Kalian ingin menunda memiliki momongan?"
Kiara tersenyum kecil, "gak bun, aku sama mas Agra sama sama menantikan kehadiran si kecil ditengah kebahagiaan kami"
Bunda senang mendengar itu, "bunda tidak sabar ingin menggendong cucu"
"punya bayi lagi aja bun" sahut Nala sembari berlalu keteras depan,
bunda mendelik, "enak aja, jangan sampe deh La, udah gak cocok hamil lagi, kalau cucu beda lagi kan"
"ayah pasti mau mau aja" timpal Nala kembali, dengan sesuatu yang ia jinjing
"emang kamu mau punya adik lagi La?" sahut Kiara menimpali
"nggak deh mbak, udah kenyang jadi baby sister nya si kembar"
Kiara dan Kinanti pun terkekeh, ketimbang Agra yang notabennya anak laki laki, si kembar malah lebih suka merecoki kakaknya Nala
jadi wajar saja Nala mengatakan itu,
*
*
"sayang, mas sebentar lagi sampai"
begitu pesan yang Kiara dapat dari suaminya, Kiara kembali mematut pakaian pada cermin yang ia kenakan, bergerak ke kanan dan kekiri
"kok agak kurusan sih" gerutunya "bukan nya kalau bahagia itu gemukan ya?"
"kata siapa?" sela suara itu tiba tiba muncul
Kiara tersenyum menatap pantulan suaminya dari cermin besar dihadapannya
ia berbalik, "cepat banget kamu sampai mas"
"apa sayangku belum selesai bersolek?"
Kiara terkekeh, "emm.. Mungkin sudah. mohon sarannya Tuan, apa aku sudah cukup cantik untuk berdiri disamping Tuan Agra?" goda Kiara
Agra terkekeh, ia hampiri sang istri "memangnya kapan istriku ini terlihat jelek. Hm?"
Kiara kalungkan kedua tangannya pada leher Agra "dimatamu aku masih cantik?"
Agra mengangguk, "akan selalu tampak cantik"
Keduanya pun turun menuruni anak tangga, dengan tangan yang saling bertaut
bunda yang menyadari kedatangan keduanya bersuara "loh kalian mau kemana bang?"
"Agra ada urusan sebentar bun"
"kenapa Kiara pake dibawa segala, kasian dia harus banyak istirahat"
"justru Kiara harus ikut bun, ada sesuatu yang harus aku tunjukkan pada istriku"
Kiara menoleh, dengan kernyitan didahinya. Padahal tadi suaminya tak mengatakan apapun selain acara lunch berdua
"oalah.. Yasudah kalau begitu, hati hati" pungkas bunda
saat waktu jam makan siang Agra malah memilih kembali pulang menjemput sang istri, Agra telah memperhitungkan segalanya termasuk hadiah yang akan ia berikan ini
Agra membawa Istrinya ke sebuah perumahan elit, rumah rumah mewah berjajar rapih
tanaman hijau sepanjang jalan, menambah keasrian perumahan yang akan ia kunjungi
Agra menghentikan laju kendaraan nya didepan sebuah rumah mewah, disana ada dua orang pria yang menatap kearah kedatangan mobil Agra
"loh kenapa berhenti disini mas?"
"sebentar ya sayang, mas ada urusan sama mereka"
"aku tunggu disini?"
"jangan dong, kamu ikut sama mas"
Kiara tak menaruh curiga apapun pada sikap suaminya, ia mengira Agra memang ada janji temu dengan salah satu koleganya dan Kiara manut saja
"selamat siang pak Agra" sapa kedua pria dengan setelan jas rapih itu
Agra mengangguk kecil,
Agra dan Kiara dibawa masuk kedalam rumah tersebut, melihat lihat sekeliling hingga dirasa Agra puas berkeliling ia berucap "sudah sesuai dengan permintaan saya. Saya sudah kirim sisanya"
"kalau begitu ini sertifikatnya pak" ia menyerahkan beberapa dokumen penting kehadapan Agra,
setelah kedua pria itu berlalu, Agra menoleh kearah istrinya "bagaimana sayang kamu suka?"
"kamu membeli rumah untuk kita mas?"
Agra mengangguk, "iya mas siapkan semuanya untuk kamu, mas sudah renovasi kecil kecilan dibeberapa kamar dan sudut ruangan lain, semua sudah selesai hanya tinggal kita huni" jelas Agra
Kiara menatap kagum sang suami, Agra ternyata sudah menyiapkan segalanya dengan matang
"maaf ya, mas gak melibatkan kamu dalam renovasi kemarin, mas sengaja ingin memberi kamu kejutan"
Kiara menggeleng lemah, "terimakasih mas" ia menubruk tubuh suaminya dengan perasaan haru luar biasa,
Agra mendekap tubuh sang istri tak kalah erat, "selamat datang dirumah kita sayang".