Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia merasa ini adalah paksaan untuk hidupnya, bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin? Atau malah rumah tangga mereka akan retak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DewiNurma28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Makan Malam
Malam ini hujan lebat mengguyur kota, Airin menatap air hujan dari jendela kamarnya.
Ditemani dengan keremangan cahaya, dia menatap langit malam tanpa cahaya bintang.
Suasana hatinya terasa sejuk setiap kali memandang hujan dan mendengar gemericik air.
Rasanya sangat teduh dan damai menikmati momen tersebut.
"Tenang sekali."
Airin memejamkan matanya agar semakin dalam menikmati suasana ini.
Sudah lima hari dirinya berada di rumah Kakek Leo. Dia belum diizinkan oleh kakeknya itu untuk kembali ke rumah mertuanya.
Karena Kakek Leo sangat mengkhawatirkan kesehatannya.
Tapi pikiran dan hatinya terus tertuju pada Assandi, sebab dia takut jika suaminya itu tidak terurus.
Airin mengambil ponselnya menatap foto masa kecil Assandi yang dia pasang sebagai wallpaper layar ponsel.
Dia tersenyum lembut melihat wajah Assandi kecil yang sangat menggemaskan.
"Kamu benar-benar lucu mas, rasanya aku ingin mencium wajah kecilmu itu." Gumamnya.
Drrttt...
Drrttt...
Drrrtt...
Tubuhnya terlonjak kaget melihat nama Assandi di layar ponselnya.
Dia mengusap dadanya pelan dan mengeryit bingung.
Karena yang menghubunginya terlebih dahulu adalah suaminya, yang biasanya tidak pernah sekalipun menelponnya.
Airin menarik napas pelan, "Ha-halo mas, ada apa?"
"Kamu dimana?" Tanya Assandi lembut.
Hati Airin bergetar mendengar suara lembut dari suaminya.
"Aku ada di kamar mas."
"Cepat turun."
Airin menatap bingung ke ponselnya, "Ada apa ya mas."
"Turun aja."
Akhirnya Airin bangkit dari duduknya berjalan keluar kamar.
Dia penasaran dengan Assandi yang tiba-tiba menyuruhnya turun.
Karena Assandi memang ditugaskan kakeknya untuk menjaga dirinya di rumah.
Kakek Leo hari ini tidak pulang sebab dia bertugas di luar negeri sekalian liburan di sana.
Awalnya Airin agak deg-degan karena Assandi akan berduaan dengannya di rumah.
Tapi hatinya senang karena bisa bertemu dengan suami tampannya itu dan membuatkan makanan untuknya.
Airin turun dari tangga melihat Assandi yang rapi duduk tenang di ruang tamu.
Hatinya terpesona dengan Assandi yang sudah mode serius berpenampilan menawan.
Aura pemimpinnya terpancar jika dia mengenakan pakaian formal dengan jas, dasi dan tuxedo yang melekat ditubuhnya.
Airin berjalan dengan jantung berdegup kencang. Perasaannya saat ini tidak terkontrol lagi.
Dia ingin sekali memeluk Assandi mencium aroma khasnya.
"Ma-mas, mau kemana?"
Assandi menoleh menatap Airin yang hanya mengenakan baju tidur.
"Ikut aku keluar."
Airin meneguk ludahnya, "Kemana mas?"
"Makan malam." Jawab Assandi singkat.
Jantung Airin semakin berdegup kencang mendengar Assandi mengajaknya makan malam.
Aku nggak salah dengar ini? - Batin Airin.
"Cepat ganti baju, mau sampai kapan kamu berdiri disitu terus."
Airin menunduk melihat pakaiannya, "I-iya mas, saya ganti baju dulu."
Dia berlari menaiki tangga untuk berdandan dan berganti pakaian.
Dirinya sekarang kebingungan harus memakai pakaiannya yang mana.
Karena semua bajunya hanya pakaian rumahan dan tidak ada gaun yang bagus sepadan dengan pakaian Assandi.
Airin menghela napas sedih, "Aku harus pakai yang mana ini. Semua bajuku terlihat buruk."
Tangannya meraih gaun bercorak bunga selutut. Tapi hatinya tidak nyaman memakai gaun itu.
Karena menurutnya gaun yang sekarang dipegangnya itu sangat ramai motifnya.
Apalagi tidak cocok jika disandingkan dengan penampilan Assandi.
"Aduh harus pakai yang mana ini, aku nggak ingin membuat Mas Sandi kecewa."
Dia membongkar semua baju yang ada di lemarinya.
Banyak gaun yang dibelikan Kakek Leo untuknya, tapi dia masih bingung harus berpenampilan yang bagaimana.
Drrrtt ...
Drrrttt ...
Drrtttt ...
Ponselnya berdering, Airin segera mengangkatnya.
"Cepetan!!! Kamu mau aku lumutan menunggumu?" Teriak Assandi dari seberang telepon.
Airin mengusap telinganya, "I-iya mas, sebentar lagi selesai kok."
Dia segera mencari baju asal untuk dipakainya. Airin berjalan memasuki kamar mandi dan berganti pakaian.
Dirinya bertaut di cermin merapikan pakaian yang dikenakannya. Gaun selutut tanpa lengan dan berwarna magenta.
Dengan riasan tipis di wajahnya dan rambut yang terurai panjang sepinggang.
Dia meraih tasnya berjalan turun menemui Assandi.
Laki-laki itu terpesona dengan penampilan istrinya yang begitu cantik malam ini.
"Mas, aku sudah siap."
Airin tersenyum manis menambah aura kecantikannya.
Assandi menggelengkan kepalanya pelan untuk membuang pikiran buruknya. Dia bangkit dari duduknya kemudian berjalan keluar rumah mendahului Airin.
Perempuan itu hanya menghela napas pelan sambil mengikuti Assandi dari belakang.
Semua ART di rumah itu mengintip senang melihat Airin dan Assandi akur dan berjalan berduaan.
"Akhirnya den Assandi luluh juga hatinya." Ucap ART bertubuh gemuk.
"Bagaimana nggak luluh, lihatlah aura kecantikan nona Airin." Balas ART berkacamata.
"Semoga mereka bisa melewati ujian pernikahan dengan baik, dan semoga den Assandi bisa menjadi pemimpin keluarga yang baik ya." Ujar ART berambut pendek.
Sedangkan ART lainnya hanya mengangguk mengiyakan.
Mereka semua malam ini diberi pemandangan yang indah oleh sepasang suami istri itu. Mereka juga selalu mendo'akan kebahagiaan Airin dan Assandi untuk membina rumah tangga.
Kini perasaan semua ART nya juga bisa dirasakan oleh Airin.
Hati perempuan itu berbunga-bunga bisa jalan berduaan di dalam mobil bersama Assandi. Bersama suami yang selalu dingin, cuek, bahkan pernah kasar dengannya.
Airin masih bingung dengan tingkah lembut Assandi malam ini.
Karena tidak biasanya suaminya itu mengajaknya keluar berdua.
"Mas, saya mau tanya. Kenapa kamu mengajakku keluar makan malam berdua?"
Assandi hanya diam fokus menatap jalanan di depannya.
Airin menghela napas pelan, dia melihat raut wajah suaminya kembali ke mode awal yang dingin dan cuek.
Airin bergerak pelan, pandangannya menatap ke depan sambil merapikan pakaiannya.
Dia ingin mencoba lagi memecahkan keheningan ini.
"Em, kita mau makan dimana mas?" Tanya Airin lagi.
Assandi menghentikan mobilnya karena terdapat lampu merah.
Dia menatap Airin sebentar sebelum kembali menatap jalanan di depannya.
"Rosy tidak jadi makan malam denganku, makanya aku ajak kamu makan malam di luar."
"Karena tempat sudah aku pesan tidak bisa dibatalkan." Lanjutnya.
Airin memasang wajah sedih, dia ternyata hanya dijadikan sebagai pelampiasan Assandi jika Rosy cinta pertamanya menghindar darinya.
Hatinya yang tadi senang, sekarang berubah menjadi sedih lagi.
Dirinya belum dianggap sepenuhnya sebagai istri Assandi.
Dia hanya dijadikan perempuan pengganti Rosy jika wanita itu tidak bisa pergi bersamanya.
Rasanya air mata Airin ingin pecah, tapi dia bendung agar Assandi tidak melihatnya.
"Makanya kamu jangan kepedean dulu."
Airin mengangguk lemah, dia memalingkan wajahnya menatap ke samping jendela mobil.
Matanya menangkap pasangan muda yang berjalan berduaan sepayung.
Bahkan ada yang main hujan-hujanan berdua dengan tawa bahagia.
Dia ingi sekali menikmati semua itu, tentunya bersama orang yang mencintainya dengan tulus.
Tapi saat ini hatinya benar-benar mencintai Assandi dengan tulus.
Meski laki-laki itu tidak pernah memberikan cinta tulusnya kepadanya, mulai dari awal kenal hingga membina rumah tangga selama tiga tahun ini.
Kisah cinta yang cuek tetapi sebenarnya dia sangat perhatian.
Alurnya juga mudah dipahami, semua kata dan kalimat di cerita ini ringan untuk dibaca.
Keren pokoknya.
The Best 👍