Raja Chaiden Gaver Wallace dan Ratu Ivara Zelda Geraldine Wallace, pasangan Raja dan Ratu yang saling mencintai, dua sosok yang memiliki pengaruh paling besar di kerajaan Wallace.
Ratu Wallace, merupakan perempuan Cantik, tangguh, bijaksana dan juga pintar, seorang Ratu yang begitu menghargai rakyat nya.
Tragedi penculikan yang di lakukan oleh paman Raja Wallace, membuat nya terjatuh ke dalam jurang, meninggal kan semua orang termasuk meningal kan cinta nya.
---------------------------------------------------
"Queen aku merindukan mu"
~Raja Chaider Gaver Wallace
"King aku kembali?"
~?......
"Ibu apa kami memiliki ayah?" tanya dua bocah kecil.
~?.....
Setelah tujuh tahun berpisah, akhirnya semesta kembali mempertemukan mereka berdua.
Akan kah cinta mereka akan kembali menyatu? Atau hanya sebatas pertemuan singkat?
Ada rahasia besar apa di antara Raja dan Ratu?
Penasaran? Cus langsung kepoin cerita Author
Season 2 CALON RATU TANGGUH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SURAT
Kereta kuda milik Raja Wallace akhir nya sampai di depan kediaman Duke Albert.
Kedatangan Raja Wallace di sambut dengan ratusan prajurit yang berjejer rapi, dan ada juga ke tiga putra Duke Albert yang ikut serta menyambut kedatangan Raja Wallace.
"SALAM YANG MULIA RAJA WALLACE!!!"
Ucap mereka serempak membungkuk kan badan nya Hormat.
"Hem"
Raja Wallace hanya berdehem singkat, dan mengibaskan tangannya, wajah nya begitu datar dengan sorot mata tajam nya.
"Mari Yang Mulia," ucap Alfred, putra pertama Duke Albert.
"Bagaimana keadaan Duches?" tanya Raja Wallace, sambil berjalan masuk di ikuti Alfred, Edmund dan Garfield.
"Beliau tadi sempat tidak sadar kan diri dan terus menangisi yang mulia Ratu," jawab Alfred,lirih.
Raja Wallace menghela nafas nya panjang mendengar jawaban Alfred.
tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Raja Wallace dan lain nya sampai di depan pintu kamar pribadi milik Duke Albert dan Duches Seina.
Mereka terdiam di depan kamar, saat mendengar tangisan seorang wanita paruh baya, begitu pilu dan menyesakkan,
Tangisan seorang ibu yang merindukan putri nya.
"Albert bawa putri ku Albert hiks....hiks....hiks..."
"Aku ingin memeluk nya hiks....hiks...aku ingin memeluk nya "
"Tolong Albert hiks....hiks...ini sakit, ini sakit hiks....hiks....."
Tangis Duches Seina memukul-mukul dada nya.
Duke Albert hanya mampu memeluk istrinya, dengan perasaan yang hancur.
Duke Albert juga merindukan putri nya.
"Sayang, Ayah rindu Nak," batin Duke Albert dengan mata memerah.
Alfred, Edmund dan Garfield, tiga kakak laki-laki Ivara yang masih ada di balik pintu kamar orang tua nya, memalingkan wajah mereka, dengan mata memerah dan tangan terkepal kuat.
Hati mereka sakit mendengar tangisan Ibu mereka.
Sama halnya yang di rasakan Raja Wallace, hati Raja Wallace seperti teriris, mendengar tangisan Ibu mertua nya yang sudah Raja Wallace anggap sebagai Ibu kandung nya sendiri.
Selama tujuh tahun ini Raja Wallace cukup sering mengunjungi kediaman Duke Albert, untuk sekedar melihat keadaan Duches Seina yang memang keadaan nya kurang baik setelah di tinggal pergi Ratu Wallace.
Ceklekk
"Silangkan yang mulia," ucap Alfred membuka pintu.
Raja Wallace masuk ke dalam kamar Duke Albert, pemandangan pertama yang diri nya lihat adalah Seorang wanita yang sedang menangis lirih di pelukan Duke Albert.
"Ivara putri ku pulang nak hiks....hiks....hiks..."
"Pulang sayang hiks...hiks....pulang hiks...bunda ingin memeluk mu hiks....hiks....."
"Kenapa kamu tinggalin Bunda sayang, kenapa hiks....hiks.....hiks......."
"Bawa Bunda Nak hiks.... bawa Bunda hiks....hiks....."
"Kamu tidak boleh berbicara seperti itu, nanti putri kita sedih," ucap Duke Albert mendekap erat tubuh Duches Seina.
"Aku mau putri ku Albert hiks....hiks......"
"Kamu bohong, hiks......hiks.....kamu bohong, hiks.....mana putri ku Albert hiks.....hiks.....kamu tidak membawa nya hiks....hiks....hiks....hiks..... kamu bohong"
Amuk Duches Seina memukul-mukul dada Duke Albert.
"Kamu pembohong Albert hiks....hiks....kamu tidak membawa putri ku hiks...hiks.....kenapa kamu membiarkan dia pergi hah! KENAPA!!"
"Hiks....hiks.....hiks....hiks.... kenapa Albert, kenapa hiks.....hiks.....hiks......"
Tanpa bisa di cegah lagi Air mata Duke Albert menetes dari pelupuk mata nya.
"Maaf sayang, maaf," ucap Duke Albert semakin mendekap erat tubuh Duches Seina.
"HIKS....HIKS.....HIKS....AKU MAU PUTRI KU AKU MAU PUTRI KU HIKS....HIKS....HISK...."
Tangis Duches Seina mulai mengamuk, memberontak di dalam pelukan Duke Albert.
"Bunda," ucap Raja Wallace yang sedari tadi diam.
Raja Wallace mendekat ke arah Duches Seina yang masih mengamuk di pelukan Duke Albert.
YFI: untuk yang belum tahu atau bingung panggilan Ivara dan Raja Wallace pada Duches Seina itu Bunda. hanya mereka berdua. Sementara yang lain tetap dengan panggilan Ibu sesuai jaman nya.jiwa Ivara kan berasal dari masa depan, dunia modern.🤗
"Salam Yang Mulia," ucap Duke Albert Lirih.
Raja Wallace hanya mengangguk dengan tatapan tidak lepas dari ibu mertua nya.
"Bunda apa kabar?" tanya Raja Wallace memegang lembut, tangan Duches Seina.
Mendengar suara yang tidak asing di telinga nya, Duches Seina berhenti memukuli dada Duke Albert, Duches Seina mengangkat kepala nya melihat ke arah asal suara.
"Y-yang Mulia Raja," ucap Duches Seina dengan suara bergetar.
Cup
"Bunda apa kabar?" tanya Raja Wallace mencium punggung tangan Duches Seina, sopan.
"I-ivara," ucap Duches Seina bergetar.
"Ivara dimana?" tanya Duches Seina untuk kesekian kalinya, setiap kali Raja Wallace datang berkunjung.
"Istri ku ada di sini Bunda, dia tidak pernah pergi kemana-mana," ucap Raja Wallace tersenyum.
"Queen tidak pernah meninggalkan Bunda nya, Queen tidak pernah meninggalkan kita semua, dia selalu ada di sini," ucap Raja Wallace sekuat tenaga menahan air mata nya.
"Bunda percaya kan, gadis nakal itu tidak pernah pergi kemana-mana, dia selalu bersama kita," ucap Raja Wallace mengusap lembut punggung tangan Duches Seina.
"Pu-triku ada di sini," ucap Duches Seina tersenyum.
"Iya, dia tidak pernah pergi..." jawab Raja Wallace lirih.
Ketiga kakak Ivara menetes kan air mata nya, mereka bertiga juga hancur dan merasa kehilangan.
Terlebih Alfred dan Edmund yang ada di tempat kejadian waktu itu, rasa nya setiap mereka berdua menutup mata, bayang-bayang adik mereka yang berdiri di pinggir jurang dengan senyum kesakitan begitu terlihat jelas.
"Terimakasih Yang Mulia," ucap Duke Albert lirih.
Duches Seina Sudah tenang dan tidak mengamuk lagi, tapi tetap saja tatapan mata nya masih kosong dengan lelehan air mata.
Setiap kali Duches Seina mengamuk hanya Raja Wallace yang bisa menenangkan dan mengatakan bahwa Ivara nya masih ada dan tidak pernah pergi kemana-mana.
Setiap kali Raja Wallace mengatakan itu, hati nya begitu sakit dan perasaan nya hancur.
Raja Wallace berharap ini semua hanya mimpi dan Raja Wallace ingin segera bangun dari mimpi buruk nya, Raja Wallace tidak sekuat itu untuk menahan rasa sakit di dada nya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Di sisi lain saat ini Hiro sedang memandangi gulungan kertas yang baru saja di berikan oleh orang yang tidak di kenal, dan hanya mengatakan bahwa surat itu untuk nya.
"Surat dari siapa?" batin Hiro bertanya-tanya.
Hiro menatap lekat gulungan kertas yang ada di tangan nya, entah kenapa tiba-tiba jantung Hiro berpacu begitu Cepat.
Hiro menghembuskan nafas nya panjang sebelum akhirnya tangan nya membuka gulungan kertas itu.
Jangan lihat siapa lawan mu, tapi buat lawanmu melihat siapa diri mu.
Deg
Deg
Deg
Jantung Hiro seolah berhenti berdetak, membaca dua baris pertama yang tertulis di gulungan kertas itu.
tetep semangat buat kakak othor sehat selalu dan terus kasih update lebih banyak🙏💪😊