NovelToon NovelToon
Mom, Where Is Our Daddy?

Mom, Where Is Our Daddy?

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Anak Kembar / Suami ideal
Popularitas:16.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: kenz....567

Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.

Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.

Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?

BACA SEGERA!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak lagi bisa mengelak

"Ngapain kamu disini?" Dario beranjak dari duduknya, dia menatap heran adiknya yang berada di toko es krim tersebut.

"Aku sedang ...." Tatapan Freya teralihkan pada sekitarnya, lalu dia kembali menatap Dario dengan tersenyum canggung.

"Sendiri, aku sendiri disini," ujar Freya seakan seperti menutupi sesuatu.

Dario menatap penuh curiga padanya, dia turut menoleh ke sekitar untuk mencari sesuatu yang janggal. Namun sayangnya, tak ada sesuatu apapun yang membuat Dario merasa aneh. Sedangkan si kembar, keduanya menatap Freya dengan tatapan polos keduanya.

"Kakak sendiri ngapain disini?" Freya bertanya balik pada kakaknya itu.

"Aku sedang bersama kedua putriku." Jawab Dario dengan santai dan kembali mendudukkan dirinya di kursi yang sama.

Mata freya membulat sempurna, dia langsung menatap ke arah kedua anak kembar yang menatapnya dengan mata membulat lucu. Freya beralih menatap sang kakak yang sepertinya terlihat santai memainkan ponselnya dengan bibirnya yang tersenyum tipis.

"Jangan bercanda kak!" Seru Freya sembari menepuk bahu kakaknya itu.

"Yang bercanda siapa? Udah jadi dua masa bercanda." Sahut Dario dengan tatapan malas.

"Kakak buatnya sama siapa? Istri kabur, tunangan belum sah. Kakak culik anak siapa ini?! Mana anaknya cakep, heee!! Kakak culik anak siapa!!" Pelik Freya yang mana membuat Dario terkejut.

"Ngawur kamu! Ya ini anak kakak sama Alice lah! Memangnya istri kakak ada sepuluh?! Istri kakak cuman satu, ya mereka ini hasil usaha kakak sama istri kakak!" Seru Dario.

Freya melongo, dia kembali menatap si kembar yang terlihat bingung dengan perdebatan mereka. Lalu, Freya meraih pipi Alexa dan mencubitnya gemas. Alexa pun hanya pasrah, dia tak bisa melakukan apapun saat pipinya di mainkan seperti saat ini.

"Kok bisa? Kakak sudah ketemu kak Alice?" Heran Freya.

"Sudahlah! Ceritanya panjang, nanti kakak ceritakan. Intinya, kakak iparmu pergi dalam keadaan hamil. Sekarang, kakak berencana untuk membawa kakak iparmu ke rumah agar mama membatalkan pertunangan kakak dengan Agatha." Terang Dario.

Merasa kesal pipinya terus di mainkan, Alexa menepis tangan Freya dan menatap sinis ke arah gadis seusia Dara itu. Freya yang belum tahu sifat asli Alexa pun tentu saja terkejut dengan tatapan sinis bocah menggemaskan itu.

"Citu pikil, pipiku ini mainan?! Janan begitu Beltaaaa!! Telcikcana pipiku iniii!!" Pekik Alexa.

Freya mengerjapkan matanya, tatapannya beralih pada Dario yang menyeringai padanya sembari melipat tangannya di depan d4da. Pria itu bahkan dengan santainya menyandarkan punggung nya dan menatap adiknya dengan menaik-turunkan alisnya.

"Masih ragu kalau mereka anak kakak?" Tanya Dario.

"Enggak, mirip mama cerewetnya." Cicit Freya yang mengundang kekehan Dario.

.

.

.

Dario menatap kertas yang Jeno sodorkan padanya, pria itu mengangkat pandangannya ke arah Jeno yang sedang memangku Eliza. Sementara Alexa, dia sibuk menatap barang-barang yang berada di dalam ruang praktek sepupu daddynya itu.

"Mereka benar-benar anakmu, 99% darah kalian cocok." Terang Jeno sebelum Dario membukanya.

Dario tersenyum, dia sudah menebak hal itu. Tatapannya pun beralih pada ELiza yang ternyata justru tertidur di pangkuan Jeno. Melihat putrinya yang tertidur, Dario pun langsung meminta Eliza dari dekapan sepupunya.

"Nanti dulu! Biarkan dia bersamaku! Kamu punya dua, pinjamkan aku satu!" Pekik Jeno saat Dario akan mengambil putrinya.

"Enak aja! Nikah sana! Dari pada milikmu keburu karatan. Berikan putriku! Bikin sendiri sana!" Ketus Dario dan mengambil paksa putrinya dari Jeno.

Jeno mengerucutkan bibirnya sebal, tatapannya beralih pada Alexa yang sedang memegang termometer. Ponakannya yang satu itu sangat aktif, entah mengapa bocah itu tidak ada lelahnya. Berbeda dengan Eliza yang terlihat sudah lelah dan mengantuk.

"Kau akan kembali ke rumah sakit sekarang?" Tanya Jeno sembari menatap sepupunya itu.

"Ya, istriku juga pasti sedang menunggu." Jawab Dario dengan santai.

Jeno mengangkat satu sudut bibirnya, "Menunggu si kembar maksudnya? Pftt!! Maaf kawan, sepertinya dia sudah bosan menunggu suami seperti mu." Ledek Jeno yang mana membuat Dario menatap datar padanya.

"Jangan kamu pancing emosiku Jen! Jika tidak, aku akan meminta kakek untuk memindahkan mu ke rumah sakit terpencil yang ada di desa." Ancam Dario.

Senyum Jeno luntur, dia menatap datar ke arah Dario yang justru melempar senyum pada putrinya.

"Alexa, ayo pulang sayang." Seru Dario.

Bergegas, Alexa menghampiri Dario setelah mengembalikan barang-barang yang ia pinjam. Lalu, Dario pun pamit pulang pada sepupunya untuk kembali ke rumah sakit dimana tempat istrinya di rawat.

Jeno menatap kepergian Dario dengan senyum mengembang di bibirnya. Tatapan pria itu terlihat sangat tulus, dia merasa bahagia dengan kebahagiaan yang menimpa Dario saat ini.

"Keputusanmu menikah dengan Alice, tidak pernah salah Dario. Walaupun keluarga besar menentangnya tapi kegigihanmu mempertahankan wanita yang kamu cintai patut mendapat penghargaan. Semoga kebahagiaan selalu memeluk keluarga kecilmu" Lirih Jeno.

Sementara di rumah sakit, terlihat seorang suster sedang kembali memasangkan infus Alice yang baru. Sebab, wanita itu masih belum membaik. Benar dugaan Dario, istrinya itu pasti kembali dan menunggu kedatangannya. Namun, Alice kembali bersama Dara dan juga Bu Liana. Keduanya menjaga Alice hingga Dario tiba di rumah sakit kembali.

"Suamimu itu benar-benar keterlaluan! Seenaknya aja dia bohongi ibu, awas aja kalau ketemu. Habis dia sama ibu!" Omel Bu Liana.

"Udah buk, jangan buat keributan. Kita cukup antarkan kak Alice kembali kesini aja. Kita gak perlu ikut campur." Tegur Dara.

"Gak ikut campur gimana?! Alice itu sudah ...,"

Cklek!

Perdebatan mereka terhenti, tatapan mereka pun tertuju pada pintu yang baru saja terbuka. Terlihat, Asisten Ravi masuk sembari menggendong Alexa. di susul dengan Dario yang masuk sembari menggendong Eliza yang masih tertidur pulas. Tanpa bicara, Dario berjalan menuju sofa dan merebahkan putrinya di sana. Lalu, pria itu berbalik dan mengambil Alexa dari gendongan Asistennya.

"Mas." Panggil Alice saat melihat Dario meletakkan Alexa yang tertidur di sofa yang lain.

Dario menghiraukan panggilan Alice, dia hanya sibuk dengan kedua putrinya dan memastikan keduanya tertidur dengan nyaman. Baru setelah itu, Dario mengalihkan tatapannya pada Bu Liana dan juga Dara.

"Terima kasih karena kalian sudah kembali mengantar istri saya kembali ke rumah sakit," ujar Dario dengan sopan.

"Sama-sama, tolong nak Dario. Jangan sakitin Alice, dia sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri. Sakit hati ibu kalau lihat dia sedih, jangan di sakitin yah. Dia sudah banyak menderita, tugasmu sebagai suami adalah membahagiakannya." Nasehat Bu Liana dengan mata teduhnya yang berkaca-kaca.

Dario mengangguk, dia melempar senyum tipis pada wanita paruh baya itu.

"Baik bu, terima kasih atas nasehatnya." Sahut Dario dengan tersenyum tipis.

"Yaudah, kalau begitu ibu dan Dara pamit yah. Alice, bahagia sama suamimu yah. Jangan lupa jenguk ibu dan Dara." Pamit Bu Lianaa.

Bu Liana dan Alice berpelukan, Dara pun sama. Setelah mereka pelukan perpisahan, Bu Liana dan Dara pun keluar dari ruang rawat Alice dan kembali ke rusun. Setelah kepergian keduanya, suasana ruang rawat Alice pun menjadi sunyi. Hanya ada Dario dan Alice yang sama-sama terdiam tanpa bicara. Sementara Asisten Ravi, dia sudah sejak tadi keluar untuk bergabung bersama bodyguard yang berada di depan pintu.

"Udah puas belum kabur-kaburannya, hm?"

Alice mengalihkan pandangannya, jantungnya berdegup kencang saat melihat tatapan tajam dari suaminya itu. Perlahan, Dario mendekat dan berdiri di hadapan istrinya. Lalu, pria itu menaikkan dagu sang istri dengan jari telunjuknya. Sehingga, hal itu membuat Alice mendongakkan kepalanya.

"Sejak kapan kamu memiliki bakat menipu?" Tanya Dario.

"Aku tidak menipumu, mereka ...,"

"Lalu, tentang anak asuh?" Sela Dario dengan seringai di bibirnya.

Dario menarik jari telunjuknya dari dagu Alice. Lalu, pria itu mengeluarkan kertas dari saku kemejanya. Kemudian, dia menunjukkan selembar kertas yang dia dapat dari Jeno dan menunjukkannya tepat di hadapan istrinya itu. Melihat isi kertas itu, membuat raut wajah Alice bertambah pucat.

"Ka-kamu ... kamu melakukan tes DNA pada mereka mas?!" Pekik Alice dengan mata membulat sempurna.

"Ya." Sahut Dario dengan santai.

Alice mengepalkan tangannya, matanya menatap tajam ke arah Dario yang dengan santainya kembali menarik kertas itu dari hadapan wajah istrinya.

"Keterlaluan kamu mas! Kamu gak ada hak melalukan tes DNA pada kedua putri ku tanpa persetujuanku!!" Bentak Alice dengan tatapan tajam.

"Siapa bilang aku tidak ada hak? Apa kertas ini belum menjadi cukup bukti yang kuat untuk menyadarkanmu, jika aku adalah ayah biologis mereka? Kertas ini menjadi bukti, jika aku lebih berhak atas mereka dari pada kamu Alice! Berhentilah menjadi wanita egois!" Bentak Dario.

Air mata Alice luruh, wanita itu tertunduk dalam. Perkataan Dario benar-benar menampar dirinya. Dario berhak atas kedua putrinya, tidak ada yang salah dengan hal itu. Hanya saja, Alice syok dengan langkah yang pria itu ambil membuatnya tak bisa lagi mengelak. Tak lama, Alice merasa sebuah tangan mengusap pipinya dengan lembut.

"Apa salahku hingga membuatmu memutuskan untuk pergi dengan membawa kedua putri kita? Bukankah kehadiran mereka yang kita harapkan dalam rumah tangga kita? Kenapa kamu malah pergi dengan membawa kabar bahagia itu? Kamu egois sekali sayang, kamu menyembunyikan berita yang paling aku tunggu-tunggu sejak kita menikah." Lirih Dario dengan matanya yang memerah menahan tangis.

\_\_

Part panjang nih🤭🤭

Jangan lupa dukungannya🥰🥰

1
Bundanya Pandu Pharamadina
Alice harusnya tunggu penjelasan suami dulu jangan pergi
Noni Diani
Luar biasa
Ila Latifah
saya suka cerita lucunya. tapi ya kalqu keliarga konglomerat, ga gitu didik anakna🤣😇
umi istilatun
Luar biasa
aphrodite
waduh 😂😂😂😂😂
aphrodite
belum kumpul nyawanya😂😂😂😂
aphrodite
minta di jitak nih s Erhan😂😂😂😂
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂noh Daddy posesif dateng..lagian kan sepupuan Grey janganlah berjodoh dg Kai..yg lain aja
aphrodite
memangnya kamu waria??😂😂😂
aphrodite
buseeet gede amat tuh sendal😂😂😂
aphrodite
Om bakteri emosi 😂😂😂😂😂😂😂
aphrodite
pocong gak di Jepang..sadako baru ada..kecuali itu pocong ngikuti kalian nyampe deh ke Jepang
aphrodite
umurnya Azumi lebih tua dari Hiro?? kan gak mungkin kalo lebih muda sedangkan Arneta sudah jadi ibu Hiro dari bayi
aphrodite
ho'oh..lemah..lepasin ulet nempel aja gak bisa
aphrodite
astoge😂😂😂😂😂😂
aphrodite
😂😂😂😂😂😂😂😂hilang penghasilan
aphrodite
ya iyalah orang sesabar apapun kalo terus menerus dipancing emosinya meledak juga lama2
aphrodite
beneran udah unboxing??? masa sih
aphrodite
😂😂😂😂😂😂sesama gentong harus akur y
aphrodite
hehhh😂😂😂😂😂/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!