Demi menghindari bui, Haira memilih menikah dengan Mirza Asil Glora, pria yang sangat kejam.
Haira pikir itu jalan yang bisa memulihkan keadaan. Namun ia salah, bahkan menjadi istri dan tinggal di rumah Mirza bak neraka dan lebih menyakitkan daripada penjara yang ditakuti.
Haira harus menerima siksaan yang bertubi-tubi. Tak hanya fisik, jiwanya ikut terguncang dengan perlakuan Mirza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membeli mainan
Mirza menghentikan mobilnya di depan mall terbesar yang ada di dekat hotel tempatnya menginap. Ia turun lalu membukakan pintu untuk Haira.
"Maaf, Tuan. Saya di sini saja," ucap Haira tanpa ingin melepas seat belt nya.
"Kamu tidak akan pergi dariku, kan?" Mirza nampak penyelidik, ia takut itu hanya tipuan Haira untuk bisa pergi darinya lagi.
Ia tak akan sanggup kehilangan untuk yang kedua kali.
Haira tersenyum tipis yang mampu membuat Mirza terpesona. Tak bisa memalingkan pandangannya dari wajah polos tanpa make up itu.
"Saya akan tetap disini sampai Tuan dan Kemal kembali." Haira mengalihkan pandangannya, malu saat Mirza terus menatapnya.
Mirza mengusap rambut Haira lalu menutup pintunya. Beralih membantu Kemal turun.
Seperti layaknya ayah yang memanjakan anaknya, Mirza menggendong tubuh mungil bocah itu hingga ke dalam.
Haira menatap punggung Mirza yang sudah menghilang dan bercampur dengan pengunjung lain. Hatinya kembali cemas karena sudah menutupi jati diri Kemal, namun ia juga takut jika kehadiran putranya memang tidak pernah diharapkan oleh Mirza.
Bukan aku yang salah jika harus merahasiakan siapa Daddy nya Kemal, karena memang waktu itu Tuan Mirza sendiri yang tidak ingin memiliki anak dariku.
Bibir Kemal menganga saat memasuki toko mainan yang sangat besar. Tak hanya mainan yang diinginkan saja, semua jenis mobil-mobilan dan robot lengkap ada di sana. Mimpinya ingin memiliki mobil remot kini terwujud.
Ia seperti berada di lautan yang membuatnya terhanyut. Jari lentiknya mulai menyentuh satu persatu mainan yang berjejer rapi. Menghampiri pelayan yang bertugas di sana.
"Mbak…" Kemal menghampiri wanita yang berseragam pelayan.
Seketika itu juga dada Kemal bergemuruh takut saat melihat wajah wanita yang ada di depannya.
"Mbak Indah." Bibir Kemal bergetar mengingat ketusnya wanita itu padanya. Meskipun tak pernah melakukan kesalahan, tetap saja nada bicaranya selalu tinggi dan tak pernah ramah.
"Hai, kamu ngapain di sini?" Menunjuk wajah Kemal yang sudah pucat. "Mainan ini sangat mahal." Merebut mainan yang ada di tangan Kemal. Meniupnya seperti terkena debu.
Kemal menggeleng, cairan bening mulai lolos membasahi pipinya. Suaranya tercekat saat wanita itu mendorong tubuh mungilnya hingga menabrak rak.
"Sampai kapanpun mommy mu tidak akan bisa membeli ini," pekik nya membuat seluruh pengunjung menoleh.
"Lebih baik kamu pergi, atau aku panggil yang punya toko ini."
"Ada apa ini?" sergah suara berat dari belakang.
Kemal menoleh dan berhamburan memeluk kaki yang menjulang tinggi di belakangnya.
"Om, aku takut," ucap Kemal di sela-sela tangisnya.
Dia adalah Mirza yang diam-diam memperhatikan Kemal dari jauh.
Mirza menatap semua pengunjung yang ada di ruangan itu lalu berhenti pada wanita yang memegang mainan.
"Apakah ada yang memarahimu, Nak?" tanya Mirza pada Kemal.
Kemal mengangguk tanpa suara.
"Maaf Tuan, dia ini anaknya Haira, tetangga saya. Mereka orang miskin yang tidak tahu asal-usulnya, dan saya yakin mommynya yang menyuruh dia mencuri di sini," ucap Indah dengan percaya diri.
Mirza menyunggingkan bibirnya. Merengkuh tubuh mungil Kemal dengan erat.
"Mana pemilik toko ini?" tanya Mirza kemudian. Membelah beberapa orang yang berkerumun menatapnya.
"Saya, Tuan," sapa seseorang dari dalam, menghampiri Mirza yang masih mematung di tempat.
"Berapa harga toko mainan ini?" tanya Mirza yang membuat semua orang terbelalak. Mereka terkejut mendengar ucapan Mirza.
"Apakah Tuan akan membeli toko milik saya?" tanya pria itu.
"Katakan saja, berapa harganya?"
Pria yang ada di depan Mirza itu menyebut nominal harga yang ditawarkan. Sangat fantastis, namun itu sangat rendah bagi Mirza, Tanpa berkata, ia pun langsung mengulurkan tangannya.
"Saya setuju, Anda bisa menghubungi sekretaris saya."
"Baik, Tuan."
Indah menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap Mirza yang kembali menghampirinya.
"Mulai hari ini kamu saya pecat. Saya tidak butuh pegawai seperti kamu."
"Ta… tapi, Tu __"
Mirza mengangkat tangannya. Ia tak perlu mengulang ucapannya yang sudah jelas.
Kembali menurunkan Kemal dari gendongan nya.
"Sekarang Kemal bisa memilih mainan yang Kemal suka, Om akan tunggu di sana." Menunjuk toko baju yang ada di depan.
Kemal mengangguk. Beberapa pegawai mendekatinya, membantu membawakan mainan yang di ambil nya.
"Nggak nyangka ya, dia anak orang kaya, padahal bajunya jelek," bisik seseorang yang mengikuti langkah Kemal.
"Tapi tadi anak ini manggilnya om, bukan papa," timpal pria yang ada di samping Kemal.
Yang lainnya lagi hanya menanggapi anggukan kepala tanpa ingin bersuara, takut memiliki nasib sama seperti Indah.
Mirza masuk ke sebuah toko baju wanita.
Langkahnya terhenti saat ia melihat beberapa dres yang terpajang di sisi kanan. Membayangkan jika itu melekat di tubuh Haira, pasti akan sangat cantik dan anggun.
"Selamat datang di toko kami. Apa ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya pelayan dengan ramah.
"Saya mau membeli beberapa baju yang bermerek seperti ini." Mengambil satu dres, "tapi dengan model yang berbeda."
"Baik, Tuan," jawab wanita itu lalu mengambil beberapa koleksi tokonya.
"Siapa dia?" tanya yang lainnya memandang Mirza heran. Tak hanya wajahnya yang tampan diatas rata-rata, tapi baju yang dipakainya pun pantas menjadi sorotan publik.
"Nggak tahu, kayaknya pengusaha dari luar negeri, mungkin dia sultan," jawab yang lainnya. Mereka memilih baju yang diinginkan Mirza lalu membungkusnya.
Setelah mendapatkan baju untuk Haira dan Kemal, Mirza kembali ke toko mainan. Menghampiri Kemal yang sibuk bermain dengan beberapa pelayan toko.
Apa Kemal tidak pernah punya mainan seperti itu?
"Kemal, kita pulang. Mommy sudah menunggu."
Kemal mengambil mainan yang berbentuk excavator dan membawanya ke arah Mirza. Beberapa orang pun mengikuti Kemal dari belakang. Mereka yang masih ditetapkan bekerja di tempat itupun merasa bersyukur.
Dari dalam mobil, Haira menatap Mirza yang baru saja keluar dari mall. Tersenyum melihat Kemal yang nampak ceria.
Mirza membuka pintu mobil bagian depan. Masih sama seperti tadi, Haira nampak berpangku tangan dan menatap ke depan.
"Kamu mikirin apa?" tanya Mirza.
Haira menggeleng tanpa suara. Tersenyum ke arah Kemal yang ada di belakangnya.
"Mommy, aku punya mainan banyak. Nanti kita main bareng ya, sama om juga."
Haira mengangguk sembari mencium pipi Kemal.
Setelah barang pembeliannya masuk ke bagasi. Mirza kembali masuk ke mobil. Menatap Haira yang dari tadi hanya membisu. Ia tahu jika wanita itu sedang membendung sesuatu yang membuatnya penuh tanya.
"Kemal mau makan apa, Nak?" Biar om yang pesan."
"Ayam goreng," teriak Kemal seketika.
"Baiklah, nanti om akan membelikan Kemal ayam goreng yang banyak."
"Kamu mau makan apa?" lanjutnya, menggenggam tangan Haira yang terasa dingin.
"Terserah Tuan saja."
Dada Mirza ingin meledak melihat sikap Haira yang masih saja dingin padanya. Ia melajukan mobilnya langsung menuju hotel.
𝚑𝚎𝚕𝚕𝚘 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚔𝚗𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚞𝚗𝚝𝚢 𝚊𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊 🤣🤣