Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Faaris masih terdiam, kejadian tadi masih membekas di ingatan nya dia kehilangan kendali dan mencium Balqis, Apakah semudah ini dia melupakan cinta nya pada Elma? Tidak!
Susah payah dia meyakinkan wanita itu untuk membangun rumah tangga dengan nya, tapi sekarang dia seperti melanggar sumpah nya sendiri di hadapan tuhan saat dia meminang Elma menjadi istri nya, menjadikan nya satu-satunya wanita yang dia cintai.
"Kenapa aku mulai ragu dengan perasaan ku sendiri? Padahal Elma adalah wanita yang sangat aku cintai." Gumam Faaris sambil memegangi kepala nya yang terasa berdenyut nyeri, entah apa yang akan di pikirkan Balqis tentang kejadian tadi. Itu semua membuat nya pusing, belum lagi masalah pengobatan Elma yang tak membuahkan hasil, padahal dia sudah menyewa dokter hebat dari luar negeri, tapi tetap saja istri nya tak bisa seperti dulu, hanya bisa sedikit bicara dan menggerakan tangan nya, itu bisa di sebut perkembangan yang besar.
"Bawakan minuman ke ruangan ku sekarang!" Perintah Faaris lewat telepon, lalu mematikan nya sepihak setelah dia selesai bicara. Dalam situasi begini dia menginginkan sesuatu yang membuat pikiran nya sedikit lebih tenang.
Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok tegap yang membawa beberapa botol minuman beralkohol di tangan nya.
"Bos, anda baik-baik saja?"
Tanya nya, tapi Faaris hanya menatap pria itu dengan wajah datar nya.
"Kau bisa melihat nya sendiri kan, aku baik-baik saja!" Jawab Faaris, masih dengan wajah datar nya.
"Tapi, anda sudah lama tak minum minuman seperti ini." Sejak menikah dengan Elma, Faaris menghentikan kebiasaan buruk nya, biasa nya setiap ada masalah dia akan minum-minum hingga tak sadarkan diri. Tapi sejak menikah dengan istri nya, Faaris berhenti total.
"Tuan, sudah hentikan. Anda terlalu banyak minum, tak baik untuk kesehatan anda."
"Diam kau, jangan mengaturku!" Tegas Faaris, pria itu terus minum hingga tepar tak sadarkan diri.
"Ya ampun, sebenarnya ada apa dengan Bos? Sudah lama dia tidak minum seperti ini." Gumam pria itu.
Balqis sedang memijat kaki ibu nya, setelah pulang dari kantor tadi, dia langsung mengurusi kebutuhan ibu nya. Meski masih kuat melakukan pekerjaan, bahkan menjadi buruh cuci, tapi tugas memasak adalah tugas Balqis, karena itu atas permintaan Balqis sendiri. Dia tak mau ibu nya kelelahan, jadi sebisa mungkin dia membatasi kegiatan ibu nya.
"Bagaimana pekerjaan mu Balqis?" Tanya Ibu nya, membuat Balqis mendongak.
"Lancar Bu, Bos Balqis sangat baik dan royal. Hari ini Balqis di beri bonus lagi, buat beli obat ibu."
"Syukurlah kalau pekerjaan mu lancar Nak, Ibu hanya bisa berdoa untuk pekerjaan juga untuk jodoh mu. Semoga kamu di pertemukan dengan pria yang bertanggung jawab dan mampu bersikap tegas sebagai suami." Ucap Ibu Balqis.
"Ibu bicara apa sih? Balqis belum mau menikah."
"Kenapa Nak? Usia mu sudah pantas untuk mempunyai seorang suami."
"Balqis masih 25 tahun Bu, masih muda. Balqis ingin fokus dulu sama karir, juga sama Ibu." Ucap Balqis.
"Ibu sudah tua Nak, sakit-sakitan begini. Mungkin ibu hidup takkan lama lagi, sebelum Ibu pergi, ibu ingin melihat cucu dari mu. Kamu anak ibu satu-satunya, Balqis."
"Jangan bicara yang tidak-tidak Bu, takdir tuhan siapa yang tahu kan? Balqis pasrahkan semua nya sama yang di atas, jodoh Balqis mungkin masih jagain jodoh orang." Jawab Balqis.
"Terserah kamu saja kalau begitu, sudah malam sebaiknya kamu tidur Nak."
"Iya Bu, besok Balqis ada meeting pagi sama klien dari luar negeri." Jawab Balqis, dia menghentikan kegiatan memijat nya dan pergi ke kamar nya sendiri.
Balqis menghela nafas lega, urusan menyembunyikan masalah Balqis memang juara nya. Dia berbaring di ranjang reot, kasur nya sudah lapuk di balut sprei bermotif kartun Doraemon.
Balqis terdiam sambil menatap langit-langit kamar nya, dia memikirkan kejadian yang tadi menimpa nya. Faaris mencium bibir nya, bahkan ciuman pria itu masih membekas rasanya.
"Astaga, kenapa aku malah membayangkan ciuman itu terus? Sadar Balqis, hubungan kalian hanya sebatas bos dan sekretaris, tidak lebih. Lagi pun Tuan Faaris sudah punya istri, ada apa dengan aku ini." Balqis merutuki diri nya sendiri, dia harus nya sadar mungkin Faaris tak sengaja mencium nya. Tapi tak masuk akal juga kalau tak sengaja tapi bibir nya menempel selama beberapa detik.
"Biarkan saja lah, sebaiknya aku tidur. Besok aku harus menghadiri meeting penting, bersikaplah profesional Balqis!" Tegas nya pada diri sendiri.
Di rumah Faaris, Elma masih belum bisa memejamkan mata nya. Dia menunggu suami nya, tapi pria itu tak kunjung datang juga.
"Nyonya belum tidur?"
"A-pa Tuan bel-um pu-lang?"
Tanya Elma terbata.
"Belum Nyonya, mungkin Tuan lembur di kantor. Sebaiknya Nyonya tidur, jangan begadang tak baik untuk kesehatan Nyonya."
"Ka-mu bisa per-gi." Ucap Elma lagi, pelayan itu pergi dari kamar Elma.
"Kamu dimana Mas? Apa benar kamu sudah memiliki wanita lain di luaran sana? Apa aku sudah benar-benar tersingkir dari hati mu Mas? Semua ini bukan keinginan ku." Batin Elma.
Air mata Elma kembali luruh membasahi wajah nya, dia tak berani membayangkan apa yang suami nya sedang lakukan di luaran sana, pikiran nya selalu mengarah kesana sejak Faaris melupakan bunga kesukaan nya.
"Kalau aku tak ingin kehilangan suami ku, aku harus semangat untuk sembuh, iya kan?" Batin elma. Tapi dengan kondisi nya saat ini, suatu kemustahilan dia bisa sembuh total seperti sedia kala.
Pagi hari nya, Faaris memutuskan pulang untuk mengganti pakaian nya dan menemui istri nya, semalam dia terlalu banyak minum hingga tak sadarkan diri.
"Antar saya pulang Pak." Pinta Faaris pada supir kantor nya.
"Baik Tuan."
Supir pun mengantarkan Faaris pulang ke rumah nya, dia langsung keluar begitu mobil berhenti di halaman rumah nya. Dia melangkahkan kaki nya masuk ke dalam rumah, dia menghembuskan nafas panjang nya. Dia kesepian, dia membutuhkan sosok yang menyambut nya setelah lelah seharian beraktivitas.
"Sepi, kayak rumah kosong."
Gumam Faaris lalu mulai menaiki tangga menuju kamar nya, dia membuka pintu perlahan dan langsung mendapat hadiah tatapan tajam dari istri nya. Tapi Faaris bersikap seolah dia tak salah apa-apa, dia bersikap seperti biasa nya.
"Pagi sayang, apa tidur mu nyenyak?"
"Ka-mu minum, Mas?" Tanya Elma, saat pria itu mengecup kening nya, tercium bau alkohol yang begitu menyengat dari mulut dan pakaian suami nya.
"Ya, sedikit menemani klien."
Jawab Faaris asal, Elma menatap pria itu dengan tatapan curiga.
"Mas ber-bohong?" Tanya nya lagi.
"Tentu tidak sayang, memang nya kenapa?"
"Sem-alam Mas ti-dur di-mana?"
"Aku lembur di kantor sayang, tapi tak sempat mengabari ke rumah. Sudah, jangan berfikir macam-macam, aku tak berbuat sekotor itu." Ucap Faaris berusaha meyakinkan Elma.
Akhirnya Elma kalah, dia memilih percaya pada suami nya. Pria itu tersenyum lalu mengusap lembut puncak kepala istri nya.
"Aku mandi dulu, setelah itu harus ke kantor lagi ada meeting dengan klien dari luar negeri."
Elma hanya bisa mengangguk lagi, dia lelah kalau harus bicara banyak.
Tak lama, pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang nya.
Badan atletis nya terekspos membuat Elma meneguk ludah nya dengan kasar, dia begitu merindukan sensasi saat tubuh itu tengah mengungkung nya, dia merindukan moment-moment saat dia menggagahi nya, membayangkan nya saja mampu membuat inti nya terasa berdenyut manja.
"Kenapa sayang? Kau menatap ku seperti mendamba, kau menginginkan nya?" Tanya Faaris saat menyadari tatapan mendamba dari sang istri.
Faaris mendekat, aroma sabun menyegarkan menguar memenuhi indra penciuman Elma. Dia juga sudah lama tak berendam di kamar mandi, sudah lama dia tak memanjakan tubuh nya.
"Kau mau? Aku bisa melakukan nya, tapi itu pasti akan menyakiti mu. Dengan kondisi mu saat ini, aku tak tega harus melakukan nya." Elma menatap Faaris dengan nanar, sekali saja dia berharap pria itu mau melakukan penyatuan.
"Baiklah, aku kunci dulu pintu nya." Putus Faaris akhirnya, tapi entah kenapa dia tak bernafsu untuk melakukan nya. Jujur, dia memang kurang kehangatan ranjang tapi dia tak bernafsu melakukan nya pada Elma.
"M-as.." Lirih Elma saat Faaris mulai meraba-raba tubuh nya.
"Iya, kenapa sayang?"
"A-ku su-dah la-ma tak man-di." Ucap Elma, meski dia ingin tapi dia merasa tak enak jika suami nya itu mengendus aroma yang tak enak dari tubuh nya.
"Tak masalah sayang." Jawab Faaris sambil tersenyum.
Baru saja Faaris akan membuka lilitan handuk nya, ponsel di nakas berbunyi nyaring pertanda panggilan masuk.
Faaris menutup kembali handuk nya, dan mengangkat telepon nya.
"Hallo Balqis, ada apa?"
"Maaf tuan saya mengganggu waktu anda, saya hanya ingin mengingatkan kalau hari ini ada rapat penting dengan pemegang saham dari luar negeri."
"Ya aku tau, sebentar lagi aku sampai." Jawab Faaris lalu mematikan sambungan telepon nya.
"Sayang maaf, lain kali kita melakukan nya ya. Aku harus segera pergi ke kantor." Elma menatap Faaris yang terlihat buru-buru dengan sendu, mata nya berkaca-kaca. Mungkin dulu beginilah saat dia meninggalkan Danish di saat pria itu sedang menginginkan dirinya dan dia malah pergi karena urusan pekerjaan.
"Aku pergi dulu, jangan lupa makan. Aku mencintai mu." Faaris mengecup singkat kening Elma lalu pergi meninggalkan Elma sendirian di kamar nya.
Selepas kepergian Faaris, Elma menangis dalam diam. Ini adalah balasan dari perbuatan nya di masa lalu, menyesal pun sudah terlambat saat ini.
Di mobil, Faaris melamun. Seperti nya dia mulai ragu dengan kata cinta yang setiap hari dia ucapkan pada Elma.
Apa nama Elma masih memiliki posisi yang sama seperti dulu?
****