Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Decklan menidurkan Chaby perlahan-lahan di kasur besarnya. Ia lalu memilih duduk ditepi ranjang. Pria itu mulai mengamat-amati seluruh wajah gadis itu. Decklan mendengus pelan.
Bisa-bisanya ia membiarkan seorang gadis asing masuk ke kamarnya dan tidur di kasurnya.
Pika saja pernah ditendangnya karena berani tidur-tiduran seenaknya di ranjang itu tanpa ijinnya. Tapi gadis ini..,
Matanya tidak lepas dari gadis yang ketiduran itu.
Entah kenapa ia malah mengijinkan gadis itu tidur di kamarnya. Apa ia sudah tertarik pada gadis ini?
Decklan mengusap wajahnya kasar, cepat-cepat membuang jauh-jauh pikirannya itu.
Tidak mungkin, tidak mungkin ia akan tertarik secepat itu, mungkin perasaannya sekarang hanya karena selama ini ia belum pernah di peluk ataupun berpelukan dengan gadis manapun. Makanya ketika berpelukan dengan gadis ini, hormon laki-lakinya mulai bereaksi. Itu adalah hal yang wajar menurutnya. Decklan membenarkan pikirannya.
\*\*\*
Di kantor, Danzel melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Hari ini ada begitu banyak pekerjaan yang harus ia tangani. Ia bahkan masih berada di kantor sampai sekarang. Pria itu bisa bernafas lega setelah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini.
Danzel baru ingat kalau adiknya meminta ijin untuk main ke rumah temannya tadi. Ia merogoh hp di sakunya dan membaca alamat rumah teman Chaby, setelah itu bergegas keluar kantor.
Tak butuh waktu lama bagi Danzel untuk menemukan rumah Pika. Pria itu masih ingat jelas Chaby menyebutkan nama temannya tadi.
Namanya Pika.
Rumahnya tidak begitu jauh dari kantornya. Hanya butuh waktu kurang lebih sepuluh menit sampai pria itu menemukan alamat rumah yang di kirim Chaby tadi siang.
Danzel mengamati rumah besar dan mewah didepannya itu sebentar. Ia lalu membunyikan bel. Tak lama kemudian seorang gadis yang sepertinya seumuran dengan Chaby muncul dari balik pintu.
Danzel menatapnya sekilas dan mengamatinya. Mungkin gadis ini yang namanya Pika. Wajahnya cukup cantik, gayanya tomboi dan ia terlihat kuat. Berbeda jauh dengan adiknya yang penakut dan manja itu. Ia bisa lihat gadis itu menatapnya dengan ekspresi kagum. Dirinya tidak memungkiri kalau wajah tampannya bisa membuat banyak orang betah berlama-lama menatapnya. Bukan karena kepedean, kata orang-orang ia memang sangat tampan.
"Kamu Pika?"
tanya Danzel tak mau berlama-lama.
Pika mengangguk. Ia masih menatap makhluk tampan didepannya itu dengan ekspresi memuja.
"Chabynya mana?" tanya Danzel lagi dengan mata menengok ke dalam rumah mencari-cari keberadaan adik kesayangannya itu.
"Kakaknya Chaby?" Pika balas bertanya Pika dengan suara lantang.
Ia tidak menyangka Chaby punya kakak se tampan ini. Wahh, iri berat nih. Emang sih ia punya kakak yang nggak kalah ganteng, tapi kan nyebelin. Kalau di lihat bawaannya kesal terus. Meski dia doang sih kayaknya yang bilang kakaknya nyebelin. Buktinya di sekolah Decklan punya banyak banget penggemar.
Danzel menautkan alisnya menatap Pika. Ia merasa teman adiknya ini sedikit aneh.
"Mm." sahutnya singkat dengan ekspresi datar seperti biasa.
"Masuk aja kak." Pika akhirnya mengajak pria itu masuk.
"Aku panggilin Chaby nya ya."
Tambahnya lalu berbalik setengah berlari naik ke lantai dua.
Danzel sedikit takjub melihat tingkah gadis itu, gayanya memang sangat bertolak belakang dengan Chaby tapi sepertinya ia gadis yang menyenangkan.
\*\*\*
Decklan yang sekarang lagi fokus dengan bacaannya membalikan tubuhnya menatap ke arah pintu kamarnya yang dibuka secara tiba-tiba dan kasar. Ia sangat hafal siapa pelakunya. Pria itu menatap kesal Pika yang sudah berdiri didepan pintu.
"Bisa kan lo ketok dulu." ucapnya ketus.
Pika malah tidak peduli dan berlari menghampiri Chaby, ia melihat gadis itu tertidur sangat pulas.
"By, Chaby. bangun, kakak lo udah jemput. By!"
Seru Pika heboh. Ia terus membangunkan Chaby dengan menepuk-nepuk wajahnya. Karena gadis itu tidak bangun-bangun juga, ia ganti dengan menggoyang-goyangkan tubuh Chaby kasar.
Decklan adalah satu-satunya saksi yang melihat adik perempuannya melakukan hal yang menurutnya bukan cewek banget, menurutnya Pika lebih cocok jadi preman. Masa bangunin orang kayak begitu. Pandangannya berpindah ke gadis yang masih terlelap dikasurnya itu.
Tuh cewek juga, masa di bangunin kayak begitu masih tetap tidak sadar juga. Ia berdiri malas dari meja belajarnya dan melangkah mendekati dua gadis yang bikin rusuh di kamarnya itu.
Pika membiarkan Decklan memeriksa Chaby. Ia jadi agak khawatir karena gadis itu tidak bangun-bangun juga. Apalagi barusan Chaby habis kena alergi, untung ruamnya sudah hilang.
Setelah memastikan bahwa gadis yang ada di atas ranjangnya itu memang cuma ketiduran, Decklan berbalik kembali ke meja belajarnya, membuat Pika menatapnya dengan ekspresi seolah berkata,
"Gak jelas banget tuh orang."
😭😭😭😭😭😭