"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps33. Tentang Alex.
Dalam ruangan gelap itu, Alex tersadar dari tidurnya karena merasa gerah. Alex pun membuka matanya, ia sangat merasa kaget dengan sekitarnya yang begitu gelap, karena tirai gulung dalam ruangan itu telah ditutup, membuat ruang itu benar-benar gelap. Bahkan tidak ada sedikitpun cahaya yang masuk.
Alex semakin panik ketika mencari ponselnya diatas meja, namun tidak menemukannya.
Alex duduk meringkuk diatas sofa, tangannya menutup kedua telinganya. Alex mulai kesulitan bernapas, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Dadanya terasa sesak dan nyeri, badannya mulai gemetaran dan akhirnya Alex jatuh pingsan karena kekurangan oksigen.
Siapa yang menyangka, pria kokoh dan tangguh seperti Alex memiliki traumatik yang begitu dalam.
****************
Nyonya Veronika terduduk lemas di depan ruang ICU, perasaannya hancur. Lagi-lagi putra kebanggaannya harus berbaring ditempat yang sama dan sebagian tubuhnya dipenuhi peralatan medis. Bayangan masa kecil Alex kembali terekam di kepalanya.
Waktu usianya empat tahun, Alex pernah terkunci dalam sebuah lemari pakaian. Dalam kondisi gelap membuat Alex sangat ketakutan, Alex kecil menangis sejadi-jadinya, seluruh tubuhnya gemetaran. Alex kecil dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi setengah sadar.
Sejak kejadian itu, Alex mengalami trauma dan fobia terhadap kegelapan ataupun ruangan sempit. Alex kecil akan menangis ketakutan saat melihat pintu lemari terbuka.
Nyonya Veronika berusaha keras, mengobati dan membawa Alex ke psikologi. Seiring berjalannya waktu, trauma Alex berangsur hilang. Namun, tidak menutup kemungkinan trauma itu akan kembali muncul, apalagi saat kaget seperti yang dialami Alex seperti sekarang.
.
.
Nyonya Veronika berpikir, dosa apa yang telah ia lakukan dimasa mudanya, hingga putra semata wayangnya harus terus-terus menderita seperti itu.
Alex telah kehilangan sosok ayah saat masi bayi, Alex juga harus berjuang melawan traumanya selama bertahun-tahun. Apa semuanya masih belum cukup?
Air mata wanita paruh baya itu mengalir tiada henti.
"Mamah" panggil Aluna menyadarkan lamunan Nyonya Veronika.
"Gimana keadaan, Kak Alex?" tanya Aluna sambil duduk disamping mamanya.
"Masih didalam" sahut Nyonya Veronika datar.
Aluna terdiam, melihat mamanya yang terus menangis, hati gadis itu ikut terluka. Ia hanya bisa memeluk dan mengelus pundak sang mama. Maafkan Aluna, Mah. batin Aluna sambil menyangka air matanya. Entah apa maksud gadis itu.
Pasangan ibu dan anak itu duduk menunggu kabar baik dari dokter.
****************
Pagi ini, seisi gedung Emerald Group diheboh dengan isu Tuan Winston yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Kabar tentang penyakitnya ataupun dirawat dirumah sakit mana belum jelas, yang pasti, semua karyawan tahu, Tuan Winston sedang dirawat di rumah sakit.
Viona, gadis yang tidak pernah ikut nimbrung dalam grup chat WhatsApp tidak tahu apa yang sedang terjadi. Viona melangkah menuju lantai tiga dengan perasaan was-was, Viona takut dipanggil dan dimarahi oleh Alex karena telah meninggalkannya semalam.
Desas desus, percakapan teman satu ruangannya mulai mengusik pendengaran Viona. Gadis itu diam dan memasang kuping dengan seksama.
"Kasian ya, Tuan Winston semoga beliau cepat sembuh" ucap Nadine si musuh bebuyutan Viona.
"Aminnn, semoga ya. Rasanya pengen bangat berada disamping Tuan Winston disaat-saat seperti." sahut yang satunya, yang diketahui sangat tergila-gila pada Alex.
"Mimpi, Lu. Udah cepatan pada kerja sana" ucap Irene si supervisor.
"Apa sih Lu? Iri aja" omel gadis yang tergila-gila pada Alex tersebut sambil berjalan kemeja kerjanya.
Viona tampak tidak percaya, bagaimana bisa Alex sakit? Bukankah semalam masih baik-baik saja?
"Kak Irene" panggil Viona dengan nada berbisik. Kebetulan meja kerja mereka bersebelahan.
"Hemm" sahut Irene tetap fokus pada layar komputernya.
"Tuan Winston beneran sakit?" tanya Viona.
"Iyah, emang Elu nggak tau?" Irene balik bertanya sambil menatap kearah Viona.
Viona menggeleng. "Nggak"
"Lihat grup sana" Supervisor yang awalnya julid sama Viona itu kembali fokus bekerja.
Mendengar ucapan Irene, Viona langsung mengambil ponselnya dan membuka grup chat. Benar saja, disana banyak sekali karyawan yang mendoakan agar Tuan Winston cepat sembuh.
Viona semakin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi setelah ia pergi. Gadis itu berpikir keras bagaimana caranya untuk mengetahui kejadian sebenarnya. Hingga satu nama muncul dibenaknya.
Apa aku harus bertanya padanya? batin Viona sedikit ragu.
.
.
.
Jangan Lupa dukungannya, Like dan Komen sebanyak2nya. tambahnya bunga atau secangkir kopi, agar Author lebih smgat lagi. ?🤭
Love u Guys❤🖤
berjuanglah sendiri jangan mengharapkan keluarga yg tak menganggapmu