"Mencintaimu dengan Tulus: Kisah Cinta LDR"
Matara Vega Sakti dan Sherina Ayesha Wicaksono, dua mahasiswa semester satu yang menjalin cinta di tengah jarak. Mereka berbagi impian, harapan, dan tawa. Namun, ketika Sherina pulang ke Indonesia untuk liburan semester, perasaan cemburu Vega mulai menggerogoti hubungan mereka.
Konflik memuncak ketika Vega menemukan Sherina dekat dengan teman lamanya. Kesalahpahaman dan kecurigaan membuat hubungan mereka goyah. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk menahan badai?
Di tengah kebimbangan dan kesulitan, Vega dan Sherina harus memilih antara memperbaiki hubungan atau berpisah. Akankah mereka menemukan jalan kembali ke pelukan each other?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LYS Halaman 23
Sherina berdiri dan keluar dari kamar Vega dengan limbung. Dia pergi menemui Mama dan Papa di ruang tamu.
"Sherina, kalian sudah baikan?" tanya Marina begitu melihat Sherina kembali.
Sherina menggeleng dia memeluk Mamanya dan menangis tergugu di pelukan Citra. "Vega, melepaskan aku, Tante. Hiks.."
Para orangtua saling beradu pandang mereka tidak mengerti akan jalan pikiran anak muda. Terutama Marina dan Anton, mereka sangat malu karena Vega tiba-tiba mengacau seperti ini.
Marina mendekati Sherina mengusap punggungnya. "Tante minta maaf atas perlakuan Vega padamu, Sherina. Tapi kamu harus memahami bahwa Vega sedang marah dan tidak bisa berpikir jernih."
Sherina menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa memahami, Tan. Aku merasa sakit hati karena Vega tidak percaya padaku."
Anton berbicara. "Sherina, kamu harus terus berusaha berbicara dengan Vega dan membuatnya memahami. Kita tidak bisa membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut."
"Tapi, Om. Aku bingung harus berbicara dengan Vega seperti apa lagi." jawab Sherina.
Marina dan Anton saling menatap. Mereka berharap bahwa Sherina dan Vega bisa menyelesaikan masalah mereka dan melanjutkan pertunangan mereka.
"Sudah jangan terlalu di pikirkan lebih baik tenangkan dirimu lebih dulu dan kita pulang, Sherina. Semoga esok hari atau nanti Vega sudah tenang dan bisa berfikir dengan jernih." Arman ikut bersuara.
Sebenarnya Arman merasa jengkel dengan sikap Vega yang terkesan kurang dewasa hingga membuat putri kesayangannya menangis seperti ini.
Tapi Arman memaklumi anak muda seperti Vega yang masih berusia 19 tahun tentu masih labil dan masih butuh pembelajaran, butuh pendewasaan melalui keadaan, lagi pula Arman dulu juga pernah merasakan hal yang sama seperti Vega di masa muda.
Marina dan Anton bertatapan, mereka sangat malu dengan kejadian ini. Padahal Anton sudah mewanti-wanti pada Vega untuk tidak bertingkah memalukan keluarga, nyatanya Vega ingkar dan Anton hanya bisa berharap semoga kesalahpahaman ini cepat terselesaikan.
Anton memberanikan menatap Arman. "Maafkan putra kami Tuan dan Nyonya Wicaksono, karena putra kami telah membuat putri Anda sakit hati. Padahal kami selaku orang tua Vega telah memberi wejangan padanya untuk tidak bersikap kekanakan. Namun, kami meminta pengertiannya karena putra kami Vega, dia masih berusia 19 tahun otomatis pola berfikir masih belum cukup dewasa."
"Betul, Tuan dan Nyonya Wicaksono kami mohon tolong jangan batalkan pertunangan ini. Kami yakin, Vega dan Sherina masih saling mencintai," imbuh Marina, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kabar di luaran sana jika pertunangan ini batal.
Marina sudah bisa pastikan keluarga Wicaksono tidak akan tinggal diam, mereka pasti akan mengumbar aib Vega dan keluarga Sakti karena telah membuat putrinya sakit hati.
Sherina menghentikan tangis, dia angkat bicara. "Sudahlah, ayo kita pulang saja Ma, Pa," Sherina merapihkan wajahnya yang basah akan air mata. "Tante, Om. Sherina pamit pulang." Sherina mencium punggung tangan Marina dan Anton bergantian.
Sherina memang kecewa dengan sikap Vega, tetapi dia tetap harus menghormati kedua orang tua Vega. Entah nanti akan tetap menjadi bagian keluarga Sakti atau tidak yang penting Sherina tidak ingin meninggalkan kesan buruk di mata Om Anton dan Tante Marina.
Marina menatap Sherina sedih. "Tante menyayangimu Sherina, tetaplah bersama Vega," lirihnya, dan di angguki oleh Sherina.
Citra dan Arman ikut pamit pada Marina dan Anton mereka berdua cukup mengerti akan situasi. Membuat Marina dan Anton cukup lega.
Sementara di kamar, tepatnya di lantai balkon Vega menatap Sherina yang akan masuk mobil milik orangtuanya. Entah kebetulan atau apa Sherina juga menatap balkon kamar Vega berada. Hingga tatapan Vega dan Sherina bertemu dapat Sherina lihat ada tatapan kecewa, sakit hati, dan tatapan tidak ingin kehilangan dimata Vega.
Tapi, Sherina tidak tahu harus bersikap apa dia menyayangkan sikap Vega yang keras kepala dan tidak ingin mendengarkan penjelasannya padanya. Jujur saja Sherina sakit hati apalagi mengingat kata yang terucap dari bibir Vega Aku melepasmu Sherina ah, itu membuat perasaannya hancur.
"Ayo, Sherina," Arman mengintruksi.
Sherina memutus tatapan dengan Vega, Sherina masuk mobil dan Arman langsung menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah keluarga Sakti.
Drrrrtttt...drrrrtttt...
Getar ponsel membuat Vega mengalihkan pandangan dari mobil Om Arman yang membawa Sherina.
Vega meraih ponsel di dalam saku celananya. "Hm," kata Vega, setelah menerima panggilan yang ternyata dari Suzu.
"Aku dan teman-teman sudah siap Veg, acara pertunangannya ada di rumahmu atau dirumah Sherina?" tanya Suzu terdengar antusias. "Sherlock saja,"
Vega terpejam meneguk ludah dengan perasaan sedih. "Pertunangannya batal,"
"HAH!" pekik Suzu, Wasa, Vario, dan Supra. Karena panggilan sengaja di loudspeaker tentu saja Wasa, Vario, dan Supra ikut mendengar jawaban Vega.
"Ah, aku tahu kamu pasti sengaja mengatakan itu karena tidak ingin kami datang dan menghabiskan makanan yang tersedia kan, Veg?" kini Wasa yang berbicara.
Vega menggeleng seolah mereka akan melihatnya. "Aku melihat Sherina bersama Ari, dan aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pertunangan ini," Vega mengatakan dengan perasaan teramat sedih.
Vega tidak menyangka pertunangan yang dia nanti-nanti sejak beberapa hari kemarin akan rusak tepat di hari H tiba.
"Veg, kami menuju rumahmu." kata Wasa dan mematikan panggilan.
Vega mengangguk seakan mereka melihatnya dan memasukan ponsel ke dalam saku celana kembali.
🍭🍭🍭🍭
Mobil mewah milik Arman telah sampai di garasi rumah. Sherina turun dari mobil dan langsung berlari menuju kamarnya.
Sherina langsung memasuki kamar dan menutup pintu dengan keras. Dia merasa sedih dan kecewa dengan apa yang terjadi. Dia tidak mengerti mengapa Vega bisa berubah begitu cepat dan tidak percaya padanya.
Citra dan Arman saling menatap, mereka khawatir dengan keadaan Sherina. Mereka memutuskan untuk memberi Sherina waktu untuk sendirian dan memproses apa yang terjadi.
Sementara itu, di rumah Vega, Wasa, Vario, Supra, dan Suzu telah tiba. Mereka melihat Vega yang sedang berdiri di balkon dengan wajah sedih.
"Veg, apa yang terjadi?" tanya Wasa dengan khawatir.
Vega menghela napas. "Aku melihat Sherina bersama Ari, dan aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pertunangan ini."
Mereka semua terkejut mendengar kabar tersebut. Mereka tidak menyangka bahwa Vega bisa berubah begitu cepat.
"Veg, kamu yakin dengan keputusanmu?" tanya Suzu dengan khawatir.
Vega mengangguk. "Aku yakin. Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan dengan seseorang yang tidak jujur padaku."
Mereka semua diam sejenak, mencoba memahami keputusan Vega. Lalu, Wasa berbicara.
"Veg, kamu harus mencoba memperbaiki hubungan ini. Kamu tidak meminta penjelasan pada, Sherina?"
Vega menggelengkan kepala.
Mereka semua diam sejenak, mencoba memikirkan solusi untuk memperbaiki hubungan Vega. Tapi, apakah mereka akan berhasil?
lnjut thor