Hidup satu atap dengan pria yang berstatus sebagai suami namun sikapnya dingin dan mungkin tidak menganggap kita ada itu rasanya sakit.
Humaira seorang gadis yang setuju di jodohkan dengan pria pilihan orang tuanya. Humaira setuju di jodohkan agar semua orang yakin dan percaya lagi pada dirinya dengan apa yang telah dia lakukan pada istri sang om.
Namun nasib berkata lain, pria yang dia nikahi adalah pria yang sangat membencinya karena tau kelakuan Humaira.
Namun Humaira berusaha untuk menjadi istri baik hingga dirinya jatuh cinta pada sang pria namun sikapnya masih sama seperti pertama mereka menikah.
Apa Humaira sanggup bertahan atau memilih mundur?.
Yu baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan dengan cara seperti ini.
Hubunganku dengan Renaldi benar-benar dingin kita bicara jika ada hal penting saja dan itu membuat aku muak. Hingga akhirnya aku mutusin buat cari perhatian dapatkan cintanya agar pernikahan ini selayaknya pernikahan pada umumnya. Sudah waktunya aku mengalah dan memikirkan perasaan orang-orang yang sayang padaku dan berharap pernikahanku dengan Renaldi bahagia. Setelah satu minggu kami menikah pagi ini aku mulai menjalankan peranku sebagai istri pada umumnya. Aku bangun pagi lalu aku menyiapkan semua keperluan Renaldi berangkat kerja dari mulai menyiapkan baju lalu turun ke bawah untuk menyiapkan sarapannya.
"Pagi ma" sapa ku saat masuk dapur karena disini sudah ada mama Tania sedang membuat sarapan.
"Pagi sayang, kok sudah bangun? masih pagi lo" ucapnya dengan lembut.
"Ma, bang Renaldi biasa sarapan apa? " tanya ku karena aku ingin menyiapkan sarapan untuk suami ku sendiri.
Mama tersenyum karena sepertinya dia mengerti.
"Di biasanya sarapan roti dengan memakai selai coklat lalu susu" jawab mama dan aku pun mulai membuat susu lalu membawanya ke meja makan dan tak lupa aku menyiapkan roti bakar untuknya. Setelah selesai aku bawa ke meja makan dan tak lama Renaldi turun dengan memakai baju yang sudah aku siapkan.
Dia pun memakan sarapannya dan tidak banyak bicara atau menunjukan rasa heran kenapa semuanya sudah siap.
Malamnya pun seperti itu aku membantu mama dan bibi masak dan menyiapkan baju ganti saat Renaldi mandi lalu turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam. Semua itu berlangsung hingga satu bukan namun kami tidak bicara karena aku merasa Renaldi menghindari ku. Namun aku tidak mau ambil pusing yang penting aku sudah melakukan peranku sebagai istri.
Namun pagi ini tidak biasanya Renaldi telat turun untuk sarapan.
"Kamu panggil suami mu" titah mama dan aku pun mengangguk lalu naik ke atas ke kamar kami.
Saat aku masuk aku terkejut karena bang Renaldi sepertinya mencari sesuatu.
"Abang cari apa? " tanya ku membuat Renaldi melirik ku sekilas tanpa menjawab pertanyaan ku.
Tak laman dia mengambil sesuatu di laci lalu memasukannya ke dalam tas.
"Malam ini gak usah nunggu gue pulang" ucap Renaldi saat melewati ku.
Aku pun berbalik mengikutinya turun ke ruang makan. Saat sedang sarapan tiba-tiba ayah berkata"jadi.kamu temui orang dari grup ZF? ".
" Jadi, nanti malam yah"jawab Renaldi dan sekarang aku tau kenapa dia menyuruh aku untuk tidak menunggunya.
"Aku berangkat dulu" pamitnya dan aku langsung mencium tangannya dan itu sudah kebiasaan aku sejak menikah dengan nya karena Renaldi minta jika di depan orang tuanya kami harus layaknya suami istri.
Setelah semua orang pergi aku pun memberikan meja makan namun tiba-tiba mama menghampiriku.
"Sayang kamu hari ini gak sibukkan? " tanya mama.
"Enggak ma, kenapa? " tanya ku.
"Ikut mama yu, teman mama ngadain syukuran jadi kamu ikut ya! " ucapnya dan aku pun mengangguk. Selesai membereskan semuanya aku naik ke kamar untuk bersiap karena ini acara syukuran berati aku harus memakai baju yang sopan. Aku mengambil sebuah rok yang aku padukan dengan kemeja dan tak lupa kerudung yang senada dengan rok. Setelah rapi barulah aku turun dan aku bisa melihat mama kaget dengan penampilanku.
"Cantik banget sayang" puji mama "coba saja kalau Renaldi lihat dia pasti akan senang" lanjut mama dan aku hanya tersenyum.
"Ya sudah ayo kita berangkat" ajak mama dan kami pun berangkat. Karena mama pergi denganku jadi aku yang bawa mobil. Tibanya di tempat acara aku dan mama turun ternyata dugaan ku benar karena ini acara pengajian jadi aku gak salah kostum.
Aku pun ikut mama masuk namun saat di dalam aku malah bertemu dengan Dea cewek yang tempo hari menabrak ku. Aku yang sudah bersikap cuek namun entah kenapa saat aku melewati kerumunan ibu-ibu aku mendengar mereka membicarakan jelek tentang ku.
"Lo harusnya bersyukur Renaldi masih mau sama cewek kaya lo. Lo tuh sebenarnya gak pantas buat Renaldi, cowok baik. kaya dia kenapa harus dapat cewek murahan seperti lo" ucap Dea menghinaku saat kamu bertemu di toilet.
"Lo hina gue, apa lo pikir lo lebih baik dari gue? " tanya ku dengan nada kasar.
"Ya iyalah, gue lebih baik dari lo di banding lo yang jadi piala bergilir teman-temannya Gilang" balasnya membuat aku kaget karena ternyata selama ini semua orang menganggap aku wanita seperti itu.
"Bay" ucapnya lalu pergi dan aku terdiam memikirkan ucapan Dea tadi. Apa ini yang membuat Renaldi benci aku. Aku pun segera keluar karena aku tak mau mama menunggu terlalu lama.
Saat aku ke luar ternyata benar saja mama mencari ku.
"Kamu gak apa-apa sayang? " tanya mama dan aku yakin mama pasti dengar semua orang membicarakan aku.
"Ma, maafin aku" ucapku dan mama dia hanya tersenyum lalu mengusap tanganku.
"Ayo kita pulang" ajaknya.
Kami pulang sudah sore dan jalanan lumayan macet karena jam pulang kantor. Namun saat di lampu merah aku melihat mobil bang Renaldi dan aku melihat di dalamnya ada seorang cewek cantik dan aku tidak tahu dia siapa. Aku pun langsung menjalankan mobilnya kembali karena sudah lampu hijau dan kami pun sampai.
Renaldi benar saja dia sampai malam belum pulang bahkan sekarang sudah jam sebelas malam tidak ada tanda-tanda dia pulang hingga akhirnya aku ketiduran. Namun tepat pukul satu malam ponselku berdering dan ada panggilan masuk dari Renaldi aku pun segera mengangkatnya.
"Halo"...
.......
"Iya iya aku turun" jawab ku dan langsung mematikan ponsel lalu turun ke bawah membuka pintu. Saat aku buka aku melihat keadaan Renaldi yang sepertinya mabuk.
"Makasih" ucapku pada orang yang mengantar Renaldi.
Aku membantu Renaldi naik ke kamar dan sampainya di kamar Renaldi langsung mendorong ku ke tempat tidur membuat aku kaget.
"Abang mau ngapain? " tanya ku dengan gemetar.
Renaldi dia tidak menjawab melainkan dia membuka bajunya lalu menindih ku.
"A.. bang nga... pain" tanya ku dengan suara gemetar.
"Lah gak usah sok suci, lagian lo istri gue dan gue berhak atas lo" balasnya membuat aku semakin takut.
"Aku tau, aku istri abang, tapi gak gini caranya nya bang" ucapku namun Renaldi tidak mau mendengar dia malah semakin brutal dan aku hanya berusaha melawan tidak berani berteriak karena disini posisi kami suami istri.
Renaldi menarik paksa bajuku hingga sobek dan dia berhasil mengambil ke suci-an ku dengan paksa. Aku hanya bisa menangis mendapat perlakuan seperti ini.
Bukan seperti ini yang aku mau, tanpa dian paksa aku akan menyerahkannya.