NovelToon NovelToon
Hot Duda Mafia

Hot Duda Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Duda / Janda / Cinta Terlarang
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author:

"Kau masih gadis?"

"I-iya, Tuan."

"Bagus. Kita akan membuktikannya. Kalau kau berbohong, kau akan tahu apa akibatnya."

Bab 28

Sedikit saja pintu kamar tidak diketuk lebih cepat, Ariella yakin ia akan dicium habis-habisan,karena ia sungguh tidak punya tenaga untuk melawan.

"Tuan Rutherford, dokter sudah tiba." Suara seorang pelayan terdengar.

Carlton masih berada di tempatnya, di sana, saling bertatapan dengan Ariella.

Mata hijaunya menatap Ariella dengan tajam dan penuh hasrat, lalu pria itu berkata serak, "Kau beruntung kali ini, Ariella."

Carlton menarik tubuhnya untuk berdiri, bersamaan dengan itu seorang dokter masuk.

"Maaf, Tuan Rutherford. Mobilku mogok di tengah jalan."

Carlton hanya melirik dokter itu dan berkata, Cepat periksa dia dan menyingkir dari hadapanku!"

Dokter memeriksa keadaan Ariella, ia juga memeriksa luka gores di leher yang diderita gadis itu.

Dan, ketika dokter mencoba melihat luka di bagian dadanya, Carlton yang bukan siapa-siapa Ariella, mulai bertindak posesif.

Mafia kejam itu berkata ketus pas sang dokter, Luka di sana sama dengan luka di lehernya."

"Baik, Tuan."

Dokter itu sudah terbiasa dengan kepribadian Carlton, ia langsung mengerti bahwa Carlton tidak ingin dirinya melihat sang nona.

Kini, pria itu memeriksa detak jantung, tekanan darah dan juga reaksi Ariella terhadap sesuatu.

Setelah berbicara lembut pada Ariella. Dokter berdiri, lalu pria itu berbalik ke arah Carlton.

"Nona Ariella mengalami anemia, shock dan juga kelelahan. Hanya butuh istirahat yang cukup.

Aku akan memberikannya obat tambah darah dan vitamin."

"Bagaimana lukanya?"

"Lukanya akan mengering, hubungi aku jika terjadi infeksi."

Maka setelah percakapan singkat selesai, si dokter berkepala botak itu pergi dari sana.

Carlton mengalihkan perhatiannya pada Ariella, yang tahu-tahu saja sudah tertidur, begitu lelap di atas ranjang yang luas dan empuk, seperti seorang putri.

Maka tanpa mengatakan apa pun, Carlton pergi dari sana.

"Awasi dia," katanya pada salah satu pelayan.

Pelayan itu menunduk hormat.

"Baik, Tuan."

Carlton berjalan menyusuri lorong panjang yang dihiasi lampu gantung kristal dan karpet tebal.

Langkahnya mantap, tapi pikirannya berkecamuk.

Kejadian sebelumnya terputar lagi dalam benaknya.

Suara tembakan, jeritan Ariella, dan amarahnya yang datang tanpa ditahan.

Carlton bukan tipe orang yang mudah

menunjukkan emosi selain amarah, dan mendapati dirinya sedikit cemas terhadap Ariella

membuatnya merasa sangat janggal. Perasaan tidak nyaman itu berkobar di dadanya bagaikan perapian besar.

Carlton tiba di ruang kerjanya.

Meja besar dari kayu mahoni berdiri megah di tengah ruangan, dengan tumpukan dokumen dan komputer yang menyala.

Dia mengambil segelas bourbon dari bar kecil di pojok ruangan, lalu duduk dengan tubuh bersandar di kursi kulit yang mahal.

Namun, minuman itu tidak memberikan ketenangan yang ia harapkan. Tubuhnya gelisah karena menginginkan Ariella.

Ia bahkan tidak tahu kenapa dirinya begitu terobsesi dengan gadis itu.

Padahal pertemuannya dengan Ariella bisa dibilang hanyalah kebetulan.

"Apakah terobsesi dengan seseorang harus punya alasan?"

Carlton tidak tahu, tetapi sebagai pria rasional.

Ia selalu menekankan bahwa, selalu ada alasan dari setiap keputusan. Ia hanya belum menemukannya saja.

**

Di kamar, Ariella menggeliat dalam tidurnya.

Mimpi buruk menghampirinya, menggantikan keheningan malam.

Dalam mimpinya, dia kembali berada di tempat itu-ruang sempit dengan dinding beton yang dingin.

Tangan-tangan kasar mencengkeramnya, suara teriakan mengisi udara, dan bayangan Carlton datang menyelamatkannya. Namun, dalam mimpi itu, Carlton tidak cukup cepat. Ia terlambat.

Ariella terbangun dengan napas

terengah-engah, matanya terbuka lebar menatap langit-langit.

Pelayan yang ditugaskan Carlton segera masuk, wajahnya penuh kekhawatiran.

"Anda baik-baik saja, Nona?" tanya pelayan itu dengan suara lembut.

Ariella mengangguk pelan, meskipun jantungnya masih berdetak kencang.

"Air," katanya singkat.

Pelayan itu bergegas menuangkan segelas air, memberikannya kepada Ariella.

Gadis itu meminumnya perlahan, berusaha menenangkan diri.

Ia tahu dirinya aman sekarang, tapi bayangan-bayangan gelap yang betumpuk dan samar dari masa lalu masih terus membayang di kepalanya.

1
Kazuo
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
Hoa thiên lý
Tidak sabar lanjut baca
yongobongo11:11
Duh, kalau dikasih pilihan 1 antara jalan-jalan atau baca cerita ini, pasti saya milih ini 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!