Bagi Krittin, pernikahan ini bukanlah tentang cinta—melainkan tentang balas dendam. Bertahun-tahun ia menyimpan kebencian mendalam terhadap keluarga Velora, yang dianggapnya telah menghancurkan keluarganya dan merampas segalanya darinya. Kini, dengan perjodohan yang dipaksakan demi kepentingan bisnis, Krittin melihat ini sebagai kesempatan emas untuk membalas semua rasa sakitnya.
Velora, di sisi lain, tidak pernah memahami mengapa Krittin selalu dingin dan penuh kebencian terhadapnya. Ia menerima pernikahan ini dengan harapan bisa membawa kedamaian bagi keluarganya, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suami yang memandangnya sebagai musuh.
Ruang hati sang kekasih adalah kisah tentang pengkhianatan, luka masa lalu, dan perjuangan antara kebencian dan cinta yang tak terelakkan.
bagaimana kisah mereka? yuk kepoin kelanjutan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yarasary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Jayden menghampiri Gena yang terlihat begitu kacau. wanita itu terduduk di kursi depan ruang rawat Velora, tangan besar nya menangkup wajah, dan isakan tangis terdengar cukup keras.
" Gena? "
wanita yang di panggil mengangkat pandangan, sesenggukan dengan wajah basah dan mata memerah " tuan Jayden. "
" apa yang terjadi? kenapa kau duduk dan menangis di sini? apa terjadi sesuatu dengan nyonya? "
Gena menggeleng, tatapan nya kembali jatuh ke lantai. Jayden kebingungan, Gena memberi respon jika tidak ada yang terjadi pada majikan nya tapi kenapa wanita itu malah tak berhenti menangis.
" Gena, jika kamu lelah sebaiknya istirahat. kami akan menugaskan orang lain untuk menjaga nyonya. "
" tidak perlu tuan. " suara Gena keluar, bergetar dan lirih hingga hampir saja Jayden tak mendengar apapun dari bisikan nya.
" kalau begitu kamu masuk saja ke dalam, temani nyonya di sana. tapi aku tetap akan menyuruh seseorang untuk mengawasi jika saja nanti kamu perlu bantuan. " Jayden berusaha mengerti juga memenangkan.
Gena kembali menggeleng kan kepala " tidak perlu tuan. "
" Gena aku sungguh tidak mengerti. "
" tuan, nyonya sudah pergi. "
tubuh Jayden kaku, menyipitkan mata seakan mencoba menjernihkan pendengar nya yang do rasa mulai kabur karena keramaian lorong yang tiba-tiba ke datang banyak orang. suara branka di dorong dan darah berceceran di lantai juga tangan sang dokter yang ikut berjalan tergesa, seperti nya ada korban kecelakaan.
Jayden kembali fokus pada Gena, " apa maksud mu sudah pergi? Gena bicara lah ini tidak seperti yang aku pikir kan, bukan? "
" nyonya Velora pergi meninggalkan rumah sakit, aku tidak tahu karena dia tadi menyuruh untuk membeli camilan di kafetaria. tapi setelah kembali aku tidak menemukan siapa pun di ruangan, selang infus nya di lepas paksa. dan ada secarik kertas yang nyonya tinggal kan di atas nakas. "
tangan Jayden meraih kertas yang Gena berikan pada nya, tak ada pesan teruntuk siapa surat itu di tulis. tapi jika melihat love kecil di ujung kertas itu, seperti nya orang yang di tuju adalah Krittin, makanya Gena tak berani buka meski hampir dua jam ia menggenggam kertas itu.
" apa sebelum nyonya pergi dia ada mengatakan sesuatu? " tanya Jayden.
" tidak ada yang aneh tuan, nyonya hanya berpesan dia ingin istirahat, lalu menyuruh saya untuk pergi beli camilan. "
" baiklah, sebaiknya kamu kembali sekarang. aku akan menyampaikan pesan nyonya. " Jayden hendak beranjak pergi, namun Gena memanggil hingga mau tak mau ia tetap berdiri di sana hanya dengan kepala yang di biarkan menatap wajah Gena.
" tuan. "
"ada apa? "
" bisakah anda membawa nyonya kembali, saya khawatir karena keadaan nya belum stabil, tubuh nyonya juga masih sangat lemah akibat obat penenang itu. "
" aku tidak bisa berjanji, karena keputusan ada di tangan tuan Krittin. tapi akan berusaha untuk membujuk nya dengan memikirkan kesehatan nyonya. "
Gena kembali terduduk lesu, harapan nya pupus untuk menunggu Velora kembali. bagaimana mana mungkin dia berharap pada Krittin jika selama ini pria itu begitu tak menyukai Velora, tidak bisa dia berpikir jika saja Krittin merasa iba hanya karena kondisi nya, karena hal itu terdengar sangat aneh dan mustahil.
" nyonya anda di mana? jika ini memang pilihan yang terbaik untuk anda, saya hanya bisa berdoa untuk kebahagiaan anda. tolong hidup lah dengan baik, dan jangan bersedih lagi, semoga anda mendapat pasangan yang bisa menyayangi dan mencintai anda. "
di tempat lain, Krittin dan Hanian menoleh kala pintu ruangan terbuka begitu kencang. Jayden menunduk kala dua orang di sana melihat secara bersamaan ke arah nya, lalu dengan langkah lebar mendekati Krittin.
" tuan ada yang ingin saya sampaikan pada anda. "
" apa itu penting. "
" seperti nya iya, "
" seperti nya? itu terdengar... " Krittin melihat ada guratan gelisah di wajah asisten nya, lalu beralih pada Hanian " aku akan bicara sebentar di luar, sementara kamu akan di temani dokter Arsenal. "
Hanian mengangguk menyetujui, melempar senyum manis pada Krittin sebelum melihat dokter Arsenal yang baru masuk dan perlahan berjalan mendekat ke arah Hanian.
" ada apa? " tanya Krittin setelah berada di luar ruangan.
" tuan, tolong benar-benar pikirkan perasaan anda. "
" Jayden aku tidak ingin mendengar mu... "
" nyonya pergi tuan, dia benar- benar pergi sekarang. " jayden menyela cepat, ia bisa menangkap keterkejutan di wajah datar Krittin.
" apa maksud mu? " Krittin berusaha tak panik.
Jayden menyerahkan secarik kertas yang ia dapat dari Gena tadi, " tidak tahu apa sebabnya, Gena hanya menemukan itu. catatan itu di tinggal kan di atas nakas, dan seperti nya itu di tulis untuk anda. "
Krittin membuka lipatan pada kertas itu dengan gusar, sebuah barisan kalimat terlihat jelas. susunan kata nya rapih, hingga terlalu rapi nya sampai menyentuh hati seorang Krittin.
" ini belum terlambat jika anda ingin mencari nya tuan, mungkin nyonya masih ada di sekitar kota ini... "
" tidak, " Krittin menyela cepat, mendengus kesal " tidak perlu mencari nya, biarkan saja. "
" Tuan... " jika saja ada aturan boleh menampar untuk menyadarkan asal ia tak di pecat, sungguh Jayden akan menjadi orang yang sering melakukan itu karena gemas melihat sikap keras kepala tuan nya.
Arsenal keluar, melihat pada dua pria yang masih berdiri di sana " apa yang kalian lakuan? "
" kertas apa itu, jelek sekali. " lanjut nya saat melihat secarik kertas di tangan Krittin, niat nya hanya mengejek, karena dia tidak tahu apa yang terjadi.
" itu kertas wasiat. "
" hah? siapa yang meninggal? aku rasa aku tidak akan meninggalkan berita itu? "
" nyonya kabur, meninggal suami keras kepala nya. " jawab Jayden dengan gamblang.
" K-kau berani... "
" eitts, " Arsenal menyelai " maksud kamu nyonya Velora pergi tanpa permisi begitu? " pertanyaan nya di jawab anggukan oleh Jayden.
" bagaimana bisa, kondisi nya buruk. "
" tidak ada yang tahu. bahkan Gena orang terdekat nya saja tidak di beri sinyal sedikit pun. "
" biarkan saja kenapa kalian memikirkan nya. " sanggah Krittin, abaikan tatapan kesal kedua pria di sana dan berlalu pergi, mengendarai mobil nya dengan kecepatan penuh hingga berhenti di jembatan yang menampilkan pemandangan sungai dan re rimbunan tumbuhan.
" akhirnya kau menyerah. " gumam Krittin dengan kepala menyandar pada roda kemudi. kembali mengeluarkan kertas yang sempat ia simpan dari saku nya.
......teruntuk suamiku... aku tidak tahu apakah ini akan sampai dan terbaca oleh mu... yang jelas aku berharap Gena bisa memberitahu mu suatu hari kelak, tentang alasan aku pergi. aku minta maaf jika selama ini begitu mengganggu mu, dan membuat mu berada di situasi yang tak menyenangkan. ......
...aku mencintaimu, tapi aku harus pergi untuk membuat mu tetap hidup. aku tidak menyerah, karena sampai kapan pun, perasaan tak berakal ini tetap menempatkan mu di ruang terdalam yang spesial....
...tolong hidup lah dengan baik, jaga diri mu. kalau ini terbaca oleh Gena, tolong bantu aku jagakan suami ku. perhatikan dia seperti Gena melakukan nya padaku, karena dia adalah tuan mu sekarang. tapi jika surat ini tidak sampai ke siapa. aku tidak punya harapan lagi....
Tangan Krittin terkepal kuat, dada nya sesak dengan mata memanas " ini gila, gila! kenapa perasaan ini menyakiti ku?! "
memukul setir berulang kali untuk menyalurkan rasa sakit di hati nya, dan terus membuang nafas kasar dan melempar secarik kertas itu ke sembarang arah.
" aku melepaskan mu Velora, aku mengizinkan mu pergi. tolong jangan biarkan dirimu di sakiti lagi oleh orang lain, jaga diri mu dengan baik Velora. aku tidak bisa berbuat banyak untuk mu, aku hanya berharap kau menemukan kebahagiaan di sana meski suatu saat aku akan terluka jika melihat mu bersanding dengan orang lain. "
" aku mencintaimu Velora, biarkan saja aku sendirian yang merasakan sakit nya merindu hingga membuat ku sekarat. aku sungguh mencintaimu, maafkan aku Velora. "
Next
Jangan lupa komen, like dan subscribe. Bintang lima nya juga ya....
Terimakasih, lop yuu....