Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan Zeline
"Banak teman sini ya, Tak." Ucap Zeline memperhatikan banyaknya anak-anak yang sedang bermain disekitarnya.
"Iya... Zel mau berkenalan dengan mereka tidak?" Tanya Naina menatap wajah putrinya.
"Inda ah, Tak. Malu Zel tuh." Ucapnya malu-malu. Apalagi anak-anak yang berada disekitarnya saat ini di dominasi anak laki-laki.
"Kan ada juga anak perempuannya." Tawar Naina.
"Inda deh, Tak. Malu loh rame gini. Zel tapek juga." Keluhnya lalu menyandarkan kepalanya di lengan Naina.
Naina mengelus rambut pirang putrinya. "Tadi katanya gak capek. Kok sekarang capek sih." Goda Naina. Naina tahu jika putrinya itu masih canggung jika berdekatan dengan orang baru.
"Tapek uga... Malu uga loh." Ucapnya lalu tertawa.
Naina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mau main ayunan?" Tawar Naina.
"Leh, Tak. Ayo! Pelgi itu olang na!" Tunjuknya pada ayunan yang sudah kosong.
Naina mengangguk. Supaya lebih cepat sampai ke tempat ayunan, Naina pun menggendong putrinya lalu melangkah cepat.
"Ahahaha... Ahaha..." Suara tawa Zeline terdengar begitu lucu saat ayunan mulai diayunkan.
"Pegang kuat-kuat, ya!" Perintah Naina lalu kembali mengayun tali ayunan.
"Ya, Tak!"
Seharian bermain bersama putrinya, Naina pun mengajak Zeline untuk pulang setelah melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul lima sore.
"Pulang ya, Dek. Udah sore ini. Nanti Ibu cariin kita." Ajak Naina pada Zeline yang masih terlihat senang memandangi sekitarnya.
"Yah... Pulang ya, Tak..." Keluhnya.
"Iya... Nanti Ibu nyariin kalau lama pulang." Ucap Naina memberi pengertian.
"Ibu cali ya, Tak." Zeline pun segera berdiri dari duduknya. "Ayo pulang, Tak." Ucapnya menurut.
"Kakak gendong ya. Kelihatannya Zel sudah capek." Ucap Naina yang diangguki oleh Zeline.
"Boneka masih ada tuh, Tak." Ucap Zeline begitu senang saat melihat bonekanya masih terikat di atas motor.
"Iya... Kan Paman sudah jagain..." Ucap Naina tersenyum lucu.
"Dah Paman... Maci lo dah jagain boneka bluang, Zel." Ucap Zeline pada petugas parkir.
Petugas parkir itu nampak tersenyum. "Iya .. Sama-sama, Dek."
"Blangkat, Tak!" Seru Zeline saat sudah duduk di kursi boncengnya.
"Iya, iya." Ucap Naina lalu menghidupkan mesin motornya.
Motor pun mulai melaju membelah keramaian di sore hari. Naina nampak begitu hati-hati saat menyalip kendaraan yang menghalangi jalannya. Apa lagi membawa Zeline seperti saaat ini membuat Naina merasa waspada akan keselamatan ia dan putrinya.
"Ngeng... Kenceng, Tak! Ndak ada olang itu!" Seru Zeline saat jalanan sudah mulai sepi.
"Gak boleh kenceng-kenceng ih." Ucap Naina merasa gemas dengan tingkah putrinya.
Saat di tengah perjalanan, Naina dikejutkan dengan hujan deras yang turun tiba-tiba.
"Tak... Ujan ini..." Seru Zeline menutupi wajahnya dengan tangan saat air hujan mulai membasahi wajahnya.
"Tutup kaca helmnya, Zel!" Perintah Naina. Naina pun melirik ke arah kanan dan kiri untuk mencari tempat berteduh.
"Teduh sana, Tak!" Perintah Zeline menunjuk pada ruko yang nampak sudah tutup dan banyak pengendara motor yang berteduh di sana.
Naina memelankan laju motornya lalu membelokkan motornya ke arah kiri. Dan segera berteduh di bawah atap ruko bersama pengendara motor yang lainnya.
"Boneka basah itu, Tak!" Ucap Zeline merasa sedih saat melihat plastik bonekanya terkena air hujan.
Naina pun segera memutar kepalanya ke arah jok belakang. "Tidak basah kok. Kan diplastikin." Ucap Naina menenangkan hati putrinya.
Beberapa menit berlalu hujan pun turun semakin lebat bersamaan dengan hari yang semakin gelap. Beberapa pengendara yang merasa tidak sabar menunggu hujan reda nampak mulai meninggalkan ruko tempat mereka berteduh. Sedangkan Naina masih memilih berteduh karena tidak ingin putrinya kehujanan.
"Dingin, Tak..." Ucap Zeline memeluk erat tubuh Naina.
Naina semakin mengeratkan pelukannya pada putrinya. "Maaf ya, Dek. Kakak lupa bawa jaket cadangan tadi." Sesal Naina melihat putrinya yang nampak kedinginan.
"Hiks... Zel atut, Tak..." Isak Zeline saat hari semakin gelap dan orang-orang mulai pergi meninggalkan mereka.
"Jangan nangis... Ada Kakak di sini..." Ucap Naina. Naina pun tak dapat menahan air matanya saat mendengar tangisan Zeline semakin kencang.
"Hiks... Tak... Ibu... Ayah..." Ucap Zeline semakin terisak seakan meminta pertolongan pada keluarganya di rumah.
Naina semakin tak dapat menahan tangisannya. Hingga beberapa saat sebuah mobil bewarna hitam pun nampak terparkir di depan mereka.
"Kak Aga..." Ucap Naina merasa terkejut saat melihat pria yang keluar dari dalam mobil dengan membawa payung di tangannya.
***
Selamat membaca☺
lanjut??
Mohon beri dukungan untuk karya author dengan cara memberikan like, komen dan votenya☺
Semakin banyak dukungannya... Maka author juga makin semangat upnya, hihi☺☺
Buat mengetahui jadwal update, kalian bisa bergabung di grup chat author, ya☺