Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.
Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?
"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."
"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Nona Penyelamat
Rumah nenek adalah tempat ternyamannya, sejak neneknya masuk kerumah sakit rumah itu terasa sepi dan kosong, Kani rindu dengan ocehannya yang selalu memarahinya karena hal kecil seperti makanan yang tidak habis atau berisik saat makan.
Di rumah itu Kani tumbuh besar dan diasuh sendiri oleh neneknya yang sambil berjualan di pasar dekat rumahnya, di setiap sudut rumah ini terdapat banyak kenangan yang tercipta membuat Kani sangat terikat dengan rumah ini.
Rumah neneknya ini cukup luas dengan taman kecil di depan gerbang yang tinggi menutupi hampir seluruh rumah dari depan jalan, terdapat juga lantai dua yang dulunya disewakan oleh sang nenek tapi sudah tiga tahun ini kosong, Kani cukup rajin merawat bunga-bunga kesayangan neneknya ada berbagai macam jenis tapi mawar putih yang paling disayangnya.
Keesokan pagi Chika sahabat karibnya datang menyampaikan berita kalau keponakannya akan pindah ke luar negeri dan itu berarti kerja sampingannya hilang, mata pencahariannya berkurang satu Kani tertunduk lesu mengetahuinya.
"Aku benar-benar di ujung tanduk sekarang. Bagaimana ini, Chika kau harus membantuku." Chika yang sedang sibuk di dapur memasak mie instan mendengus keras.
"Kita cari orang lain yang butuh guru privat, tenang saja nanti aku carikan," ucapnya sembari membawa semangkok mie dan bergabung dengan Kani yang duduk di ruang keluarga sambil menonton drama favoritnya.
"Lihat! Apapun bisa selesai dengan uang. Bahkan untuk sekedar mencari pacar palsu selama sebulan bisa didapatkan dengan mudah, ada gajinya pula. Apa ada yang seperti itu di dunia nyata? Pacar kontrak kedengarannya gila tapi kalau cuma sebulan kurasa tidak masalah." Chika tersedak mendengarnya, matanya tiba-tiba menatap tajam temannya itu ekspresi aneh meliputi wajahnya.
Kani mulai khawatir dan menduga muncul ide gila di kepala Chika saat ini, "Tidak usah punya pikiran aneh Chika. Aku hanya asal berkomentar lagipula orang gila mana yang punya akan memperkerjakan orang lain seperti itu, itu cuma didrama iya kan." Chika asal menenggak minuman di depannya.
"Orang gila yang kau bicarakan itu nyata Kani, benar-benar ada orang seperti itu."
"Hah?" Chika memegang pundak Kani dengan mantap disertai seringai licik dari sudut bibirnya.
"Kalau ternyata ada orang yang ingin mencari istri kontrak apa kau bersedia? ada bayarannya sepuluh juta perbulan." Kani tertegun dia ragu temannya serius atau sedang bercanda.
***
"Kenapa kita harus bertemu dengan pacarmu? maaf ya Chika bukan bermaksud kasar tapi aku tidak terlalu suka bergaul dengan pacarmu itu kurasa dia agak sedikit, gila," ujar Kani yang mengingat pertemuannya terakhir kali dengan pacar sahabatnya itu di mana mereka pergi berkaraoke bersama.
Kani sendiri tidak terlalu suka menyanyi karena memang suaranya tidak bisa dinikmati oleh orang lain dan pria itu yang Kani rasa suaranya lebih parah darinya bernyanyi tanpa malu dengan sangat liar, dia bergoyang kesana kemari dan itu bukan sesuatu yang indah untuk dilihat.
Namun anehnya Chika merasa itu salah satu pesonanya, sungguh malang temannya, "Itu karena kau belum mengenalnya, dia orang yang mempesona dengan caranya sendiri," ujar Chika dengan mata berbinar-binar, Kani lelah melihatnya.
“Apa kau yakin tentang hal ini?” tanya Chika khawatir sembari memegang tangan Kani.
“Aku tidak punya pilihan lain bukan.” Sejujurnya Kani ragu tapi jika diingat beberapa waktu yang lalu biaya perawatan neneknya mengalami kenaikan 10 persen, tentu dia ingin memberikan yang terbaik.
Axel datang terlambat karena pasien terakhirnya bukan hanya kontrol gigi namun sekalian konsultasi masalah hidupnya, bukan salahnya punya wajah tampan yang membuat semua orang betah berlama-lama dengannya, dia bilang itu anugerah dari tuhan yang sangat dia syukuri.
Chika hampir mengamuk ketika melihat pacarnya yang terlihat buru-buru menghampiri mereka. Seperti biasa Axel mengutarakan semua alasan yang masuk akal demi menenangkan hati sang kekasih, "Jika pelayanannya bagus maka pasien akan datang kembali atau yang lebih baik membawa serta teman atau keluarganya, itu bagus untuk kliniknya kan sayang, semakin banyak pasien semakin bagus untuk pemasukanku," ujar Axel berusaha terlihat sebaik mungkin dalam membeberkan alasan keterlambatannya kali ini sementara Chika hanya bisa geleng-geleng kepala berusaha memaklumi pacar tampannya itu jika sekali lagi aku harus menunggu lama akan kupukul wajah tampanmu itu kata Chika dalam hati.
"Nah. Jadi ini sang penyelamat kita? Sungguh awalnya aku ragu ada yang setuju dengan ide gilaku, tapi tampaknya kita sama-sama gila," ucap Axel sambil tergelak menatap Kani yang sangat kesal dikatai seperti itu oleh orang yang menurutnya paling tidak beradab di muka bumi ini.
"Aku baru tau kau lucu sekali sampai-sampai aku muak mendengarnya," ucap Kani telak membungkam tawa lepas Axel.
"Ax. Tolong yang serius," ucap Chika berusaha mencairkan suasana hati temannya takut kalau setan dalam diri Kani keluar minta dicarikan mangsa.
"Baiklah. Aku akan bilang pada temanku kalau ada wanita yang bersedia terikat kontrak dengannya, mungkin nanti kalian bisa saling terhubung untuk membahas masalah 'itu' dan tenang saja dia sangat mudah diajak negosiasi."
Kani tampak menimbang-nimbang sesuatu dipikirannya, "Berapa bulan masa kontraknya? Bagaimana misalkan jika aku ingin berhenti sebelum masa kontraknya berakhir?". Axel tersenyum kecil sembari melirik Chika yang duduk di sampingnya.
"Kenapa aku merasa kau bersemangat tentang ini? Tapi itu bagus kan, kita harus totalitas terhadap apapun. Mengenai masa kontraknya hanya 7 bulan mungkin bisa berakhir lebih cepat tergantung situasinya nanti dan mengenai pertanyaan yang terakhir mungkin bisa kau tanyakan pada si pihak pertama, jujur aku hanya berkontribusi pada ide ini untuk keseluruhan silahkan berunding dengannya." Chika terseyum pada Kani yang tampak sudah mulai menemukan keyakinan akan ide gila ini.
Seperti tidak percaya hal ini ada di dunia nyata Kani bertekad untuk berusaha sebaik mungkin demi uang yang sangat dia butuhkan, demi kesembuhan neneknya.
“Kapan aku akan bertemu dengannya? Kami harus membahas kontraknya terlebih dahulu bukan? ucap Kani serius.
“Nanti dia akan menghubungimu. Sepertinya beberapa hari lagi, kurasa dia sedang di luar kota.” Axel menenggak habis minuman di depannya. Kani tertegun.
Tawaran itu seperti jalan keluar, tapi juga duri dalam hati. Menikah bagi Kani adalah sesuatu yang sakral, bukan sekadar kontrak. Namun, membayangkan senyum neneknya yang kembali ceria membuatnya rela mengesampingkan idealismenya.
Semoga takdir berpihak padanya dan pernikahan palsu ini bisa ia lalui dengan tenang tanpa ada masalah. Dia tidak peduli pada calon suami palsunya yang terpenting dia bersikap profesional. Hanya untuk tujuh bulan lamanya dia yakin akan sanggup bertahan, karena ia adalah wanita yang tangguh seperti apa kata neneknya.
** Note: Mungkin ada beberapa penulisan yang masih salah, maaf aku masih amatiran. Semoga aja kalian suka dengan cerita ini. Ditunggu bab selanjutnya ya.