NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ayah

Jodoh Pilihan Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Keluarga / Romansa / Dunia Masa Depan
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ummu Umar

Shofiyah yang memiliki kekasih yang mapan dan baik akhirnya berjodoh dengan lelaki sederhana bernama Ahmad pilihan ayahnya, lika liku pernikahan yang dia alami menjadikan perjalanan rumah tangganya kian kuat dan bisa tetap langgeng hingga tua dan memliki 7 orang anak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi Dari Rumah

Hari-hari kulalui dengan apa adanya mengalir seperti air. Aku yang selalu mendahulukan kepentingan keluarga kecilku dibandingkan keinginanku. Aku sangat bersyukur setelah pernikahan mama kami tidak pernah lagi memberikan uang kepada beliau kecuali jika beliau datang kesini baru kami memberinya sesuatu.

Kami hanya memberikan hadijah saja karena dia tinggal disini. Sekolah disini. Dia tinggal dirumah nenek karena dia tidak betah di tanah seberang pulau. Jadilah dia sekolah disini dan tinggal disini. Mungkin disana adikku tidak bebas dengan segala aturan ya memang adikku iparku yang satu itu memang terbiasa bebas karena dia tinggal dirumah nenek

Hari-hari demi hari kujalani dengan rutinitas yang kadang membuatku sangat bosan. Aku sungguh merindukan kehidupanku sebelum menikah. Siapa bilang diriku tidak stres menghadapi pekerjaaan sehari-hari yang membuat orang pasti akan jenuh dan bosan.

Aku juga jarang keluar rumah karena sangat lelah dan kurang tidur. Jangan tanyakan bagaimana kesehatan ku yang selalu tumbang. Aku yang dulunya sehat bugar dan bisa sangat menjaga penampilan sekarang sangat berbeda. Tak ada lagi Shofiyah yang cantik dan bersih terawat yang ada Shofiyah simata panda dengan tubuh kusam dan lepek. Bagaimana mau mengurus diri sendiri kalau aku sendirilah yang mengerjakan pekerjaan rumah dan menjaga semua anak-anak.

Aku terlalu sibuk dengan kegiatan rumah dan ketiga anakku yang tak berhentinya membuat ulah dirumah. Ya namanya juga anak-anak. Ada-ada saja yang mereka kerjakan dan buat. Belum lagi jika mereka bertengkar sesama saudara. Saat ini imanku berasa dititik paling rendah.

Aku dulunya bisa sholat malam, sholat sunnah sekarang sangat susah melakukannya. Anak-anak selalu memonopoli waktuku karena akulah yang memang mengurusnya sendirian. Sedangkan suamiku hanya membantu jika dia ingin saja dan yang paling membuatku muak kebiasaan magernya itu tidak pernah hilang.

Kadang aku berpikir aku ini seorang istri atau seorang pembantu. Dia dan orangtuanya sama saja, beberes jika ingin saja begitupun jika membantu ku mengurus rumah. aku selalu berpikir apakah ayahku salah dan memilihkan pasangan. Lelaki yang kuanggap memiliki pemahaman agama pasti akan membantu istrinya dan memperlakukan istrinya sebagai ratu tapi ini membantu pekerjaan rumah pun hanya sedang ingin saja.

Ya Allah Ya Robby.. Aku serahkan semua kepasrahan segala urusan rumah tangga ku kepadamu. Aku tak punya tempat mengadu selain dirimu. Merenungkan bagaimana kehidupan rumah tanggaku berjalan selama ini, tak ada rasanya gairah hidup seperti dulu hanya ada kepatuhan dan kewajiban sebagai istri dan orangtua saja. Tak ada semangat ku sebagai seorang perempuan biasa sebagai diri sendiri. Aku merasa sudah kehilangan jati diriku sendiri setelah menikah.

Saat ini aku jatuh sakit karena beberapa hari sebelumnya anakku semua sakit bersamaan begitupun dengan suamiku. Setelah mereka sudah sembuh malah aku lah yang jatuh sakit. Kalian tau pasti bagaimana jika seorang istri yang jatuh sakit. Semua masalah didalam rumah terbengkalai begitupun dengan urusan anak-anaknya. Aku berharap jika suamiku mau mengerti keadaanku ternyata sama saja. Dia bahkan membiarkan semua yang ada dalam rumah berantakan termasuk anak-anak yang kelaparan dan tidak berusaha untuk mencarikan makanan untuk mereka.

Aku diam seribu bahasa karena percuma memberitahukan kepadanya agar mau membantu pekerjaan rumah padahal harusnya tanpa diminta pun dia bisa melakukannya. Karena semua anak itu anak kami bersama. Mereka selalu beranggapan semakin kita banyak berkorban semakin banyak pahala pula yang didapat padahal mereka lupa kalau rumah tangga itu adalah kerjasama untuk hidup bersama bukan tinggal bersama.

Aku membersihkan dan tetap mengerjakan semua pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak padahal badan belum fit betul bahkan aku sampai pingsan didepannya.. Aku sudah sangat lelah bahkan tidak bisa berdiri tapi masih harus mengerjakan pekerjaan rumah.

Ya Allah inikah balasan yang kuterima setelah semua pengorbanan yang kulakukan kepadanya. Tidak kah dia menganggapku sebagai istri??. Apakah dia hanya menganggapku pembantunya??..

Begitupun hari berikutnya selama aku sakit. Aku yang tidak tahan memilih diam dan tetap mengerjakan semuanya. Aku juga mencari pekerjaan yang memiliki tempat tinggal, aku sudah lelah tinggal dengan suami yang seperti ini, padahal ayahku yang seorang lelaki saja mau mengerjakan pekerjaan rumah membantuku begitupun dengan adikku..

Setelah mendapatkan pekerjaan yang kuinginkan aku memasukkan pakaian ku dan anak-anak ke koper dan membawanya keluar dihadapannya.

"Ayo nak kita pergi dari sini!!". Anakku kepada ketiga anakku itu.

"Dek mau kemana??". Tanyanya dengan raut penasaran

"Aku mau pergi dari sini!! ". Ucapku dengan ketus menggendong anakku yang kecil

"Kenapa??". Tanyanya dengan wajah terkejut.

"Hidup saja dengan dirimu sendiri, to selama ini kamu tidak menganggap keberadaanku selain sebagai pengurus rumah kan??". Ucapku dengan ketus

"Dek"..Ucapnya dengan melas.

"Aku sudah lelah, kau dan keluargamu selalu memperlakukanku seperti pembantu, sudah uang kurang tenaga terkuras habis. Kasih sayang pun kurang untuk apa aku disini??, lebih baik aku bekerja dan hidup sendiri tanpa suami, jika aku hidup dengan mu tapi tak diperlakukan seperti istri!!".

"Kau enak-enakan main hape dan aku setengah mati mengurus rumah hanya karena kau bekerja, kau mengabaikan keadaan istrimu bahkan keadaan sakit sekalipun!!". Ucapku meninggikan suaraku.

"Bahkan kamu tidak memiliki rasa empati kepada anakmu ketika aku sakit dan mereka kelaparan, kau tidak coba mencarikan makanan mereka sampai mereka terus meronrongku, padahal bahkan untuk bangun dari tidur pun tak bisa". Ucapku menangis pilu

"Tidak sampai disitu bahkan setelah aku pingsan dan pulang kerumah pun kamu tak sadar diri untuk membantu istrimu. Aku ini istri atau pembantumu?? ". Teriakkk lagi.

"Jika hanya karena kau bekerja, biar kutunjukkan padamu bahwa aku tidak membutuhkanmu jika hanya perkara uang saja. Aku bisa mendapatkannya bahkan lebih baik darimu!! ". Tunjukku dengan murka dan mendorongnya dengan kasar.

"Ayo nak kita semua pergi dari sini!! ". Ucapku membawa anak-anak keluar rumah.

"Dan kau jangan lupa ini adalah rumah yang dibangun oleh harta warisan orangtuaku jadi lebih baik kau tau diri untuk tidak menempatinya!!".

Meninggalkan dirinya yang mematung dengan tindakanku

Aku menyeret koperku dan anak-anak ku, kebetulan mobil sewaan yang aku pesan sudah ada.

"Dek.. Dek..panggilnya dengan lemah.

"Ini sisa uang mu yang kupegang, aku pamit sama anak-anak!!".

"Tidak boleh keluar kau sudah tau hukumnya seorang istri yang keluar dari rumah tanpa izin suaminya!!". Ucapnya dengan tegas berusaha menghentikan ku.

"Tidak usah bawah agama jika kau saja tidak beres dalam agama. Istri tidah hanya butuh nafkah tapi juga kebutuhan bathin dan kau tidak pernah memberikanku itu. Kau hanya tau menyuruhku seperti pembantumu!!". Ucapku menamparnya kemudian berlalu menaiki mobil pesanan.

"Dek.. Dek.. Dek.. Maafkan aku". Ucapnya menggedor-gedor pintu mobil

"Dek"..ucapnya sambil berteriak

Aku yang sudah dalam mobil tidak menoleh sama sekali.

Aku sudah lelah biarkan saja dia hidup sendiri dan merenungi dirinya sendiri..

"Jalan pak!!".. Perintah ku pada pak sopir yang menyaksikan pertengkaran ku.

Mobil kami pun pergi meninggalkan pekarangan rumah.

"Dek.. Dek..maafkan aku!! ". Teriaknya dengan keras.

"Selamat tinggal".. Ucapku dalam hati

Hari berganti minggu berganti bulan aku pun bekerja dengan baik dan aku bersyukur gajinya bahkan lebih besar dengan gaji suamiku walau aku membawa seluruh anak-anak. Bosku sangat baik dan hangat kepadaku bahkan tak segan-segan memberikan bonus yang bagus bahkan hasil sisa dari uang belanja kebutuhan karyawan pun diberikan kepadaku sebagai bonus. Sekolah Umar hanya daring dan VC sementara. Karena dia sudah masuk semester 2 lewat jadilah dia tidak bisa pindah Sekolah makanya dia hanya Sekolah sementara dirumah.

Kami bahagia disini karena aku sering mengajak anak-anak untuk jalan-jalan untuk menghibur diri dari segala aktivitas yang kujalani akhir-akhir ini dan aku selalu pergi ke salon untuk pijat setiap pekan, ya karena aku sangat lelah. Aku bisa menikmati hidupku sangat berbeda dengan saat aku tak memiliki pekerjaan..

Sedangkan suamiku selalu menelpon begitupun dengan mama mertua, tapi aku tidak pernah memperdulikan nya dia saja tidak perduli kepadaku, ngapain buang-baung waktu untuk meladeni manusia yang hanya tau kalau mau dilayani, tapi dia lupa bagaimana kewajiban yang seharusnya dia tunaikan hanya karena dia bekerja. Dia lupa kalau akulah penopang nya ketika apapun terjadi pada dirinya saat dia tidak memiliki apapun.

Drt.. Drt..

"Hallo assalamu'alaikum". Ucapku dengan malas.

"Wa'alaikumussalam Bagimana kabarmu nak dan anak-anak?? Tanya mertuaku

"Alhamdulillah baik, kenapa menelpon??". Ucapku dengan sedikit ketus.

"Mama hanya mengabarkan kalau suamimu kecelakaan saat pulang kerja. Nda bisa kita pulang uruski??

"Maaf saya tidak bisa, saya harus kerja to uangnya juga untuk anak-anak. Dia saja begitu kan. Ngapain cari saya karena sakit, lagian saya bukan perawat yang bisa ngurus orang sakit. Kalian saja to kalian keluarga nya!!".

"Urus saja dia jangan hanya mau uangnya saja giliran dia sakit dilemparkan kepada saya dengan alasan saya istrinya sedangkan dia saja hanya memperlakukan ku seperti pembantu bukan istri. Jangankan digaji dibantu saja juga hanya kalau ingin, padahal aku sedang sakit dan anak-anak tidak bisa makan tapi dia tidak mau mengurus seolah-olah anak-anak itu hanya anakku saja!!". Ucapku dengan jengkel mengingat perlakuannya kepadaku selama ini.

"Maafkan suamimu nak.. Jangan seperti itu!! ". Ucap mertuaku dengan mengiba.

"Maaf saya sudah terlalu banyak mengalah pada kalian, jadi maaf saya tidak bisa dan tidak mau pulang kesana, to saya disini bekerja dan dapat uang. Bukan bekerja gratis seperti dirumah kalian dan dirumahku sendiri!!"..

"Nak..??". Mertuaku masih ingin berbicara.

"Aku tutup dulu karena aku sedang banyak pekerjaan urus saja dia, biarkan dia tau kalau punya istri atau suami sangat tidak baik diabaikan apalagi tidak dibantu!!".

"Assalamu'alaikum".. Menutup telpon sepihak

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!