NovelToon NovelToon
Star Of Death Heavenly Destroyer

Star Of Death Heavenly Destroyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Light Novel
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Leluhur

Update Sebulan Sekali (Opsional)
Local Galactic Group, dimensi yang menjadi ajang panggung pertarungan para dewa dalam siklus pengulangan abadi. Noah, Raja Iblis pertama harus menghadapi rivalitas abadinya, Arata, Dewa Kegilaan akan tetapi ia perlahan menemukan dirinya terjebak dalam kepingan-kepingan ingatan yang hilang bagaikan serpihan kaca. The LN dewa pembangkang yang telah terusir dari hierarki dewa. Mendapatkan kekuatan [Exchange the Dead] setelah mengalahkan dewa Absurd, memperoleh kitab ilahi Geyna sebagai sumber kekuatan utama.'Exchange the Dead' kemampuan untuk menukar eksistensi dan mencabut jiwa sesuka hati, mampu menukar kematian ribuan kali, menjadikannya praktis tak terkalahkan menguasai kitab ilahi Dathlem sebagai sumber kekuatan tambahan menciptakan makhluk-makhluk rendah dengan satu bakat sihir sebagai perpanjangan kekuasaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Leluhur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dewi Kehancuran Alnaturyu Kekasih

Saat kabut keunguan mulai memudar, pemandangan yang menyambut Noah dan Lera membuat mereka terpaku. Ifthur Eidifnator ternyata bukanlah dunia energi murni seperti yang mereka bayangkan - melainkan sebuah alam yang gelap dan mencekam. Langit berwarna merah darah, dengan awan-awan hitam yang bergerak lambat seperti asap. Di kejauhan, terdengar jeritan-jeritan samar yang membuat bulu kuduk mereka meremang.

"Ini..." Lera berbisik, "seperti..."

"Neraka," Noah menyelesaikan kalimatnya. "Ifthur Eidifnator adalah neraka."

Mereka berdiri di atas tanah yang retak dan hangus, sementara di sekeliling mereka, sosok-sosok transparan melayang-layang - jiwa-jiwa yang tersesat, terperangkap dalam keabadian yang kelam.

"Selamat datang di kerajaanku."

Suara itu datang dari segala arah, lembut namun penuh kekuatan. Udara di hadapan mereka berpendar, dan perlahan sosok seorang wanita muncul. Tubuhnya diselimuti cahaya keemasan yang kontras dengan kegelapan di sekelilingnya. Rambutnya yang kuning keemasan panjang mengambang seolah berada dalam air, dan matanya bersinar dengan api abadi.

"Dewi Alnaturyu," Lera membungkuk hormat.

Noah terpana. Di hadapannya berdiri dewi yang terkenal akan kecantikan dan kekuatannya - penguasa alam bawah, penjaga jiwa-jiwa yang telah meninggalkan dunia dan sumber kehancuran yang sangat absolute.

"Noah," Alnaturyu tersenyum, suaranya seperti melodi yang menghipnotis. "Akhirnya kita bertemu. Aku telah lama menantimu."

"Menantiku?" Noah bertanya heran. "Tapi mengapa?"

Alnaturyu melangkah mendekat, setiap gerakannya anggun dan mengalir. "Karena kau berbeda, Noah. Di antara semua yang pernah mencoba mencapai Juranghaya, kaulah yang pertama memahami arti sejati dari keseimbangan."

"Tapi... kupikir Ifthur Eidifnator adalah sumber energi murni?"

"Dan apa yang lebih murni dari jiwa?" Alnaturyu mengangkat tangannya, dan ribuan cahaya kecil - jiwa-jiwa yang tak terhitung - berputar di sekitar mereka. "Di sinilah semua bermula dan berakhir. Kematian dan kehidupan, kegelapan dan cahaya - semuanya adalah satu."

Noah merasakan kristal-kristalnya beresonansi lebih kuat dari sebelumnya. Alnaturyu memperhatikan hal ini dengan senyum penuh arti.

"Kristal-kristal itu," dia berkata, "adalah perpanjangan dari kekuatanku. Venuszirad diciptakan dari essensi tubuhku sendiri."

"Penciptaan Venuszirad, aku tau."

"Menciptakan dan menunggu seseorang yang layak memahaminya sepenuhnya." Alnaturyu kini berdiri sangat dekat dengan Noah. Aromanya seperti bunga-bunga malam yang memabukkan. "Seseorang sepertimu, Noah."

Lera mengambil selangkah mundur, merasakan atmosfer yang berubah di antara Noah dan sang dewi.

"Noah," Alnaturyu melanjutkan, suaranya lebih lembut. "Kau telah membuktikan dirimu layak. Kau memahami keseimbangan, kau mengerti bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada dominasi. Dan karena itu..." dia mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Noah dengan lembut, "aku ingin kau menjadi pendampingku."

Noah tersentak. "Pendamping? Maksud Anda..."

"Jadilah suamiku, Noah," Alnaturyu berkata tegas namun lembut. "Bersama, kita akan menjaga keseimbangan antara dunia atas dan dunia bawah. Kristal-kristal itu telah memilihmu, dan kini... aku juga memilihmu."

Udara di sekitar mereka menjadi lebih berat, dipenuhi dengan ketegangan yang nyata. Noah menatap mata Dewi Alnaturyu yang berkilau dengan api abadi, mencari jawaban atas pertanyaan yang bahkan belum dia rumuskan.

Di belakangnya, Lera menahan napas, menunggu respon kakanya. Sementara di sekeliling mereka, jiwa-jiwa yang tak terhitung terus menari dalam kegelapan abadi Ifthur Eidifnator.

Noah mengambil langkah mundur, menjauh dari sentuhan Alnaturyu. Matanya yang teduh menatap sang dewi dengan campuran rasa hormat dan keteguhan.

"Maafkan aku, Dewi Alnaturyu," kata Noah lembut tapi tegas. "Aku tidak bisa menerima tawaranmu."

Seketika, atmosfer di sekitar mereka berubah drastis. Cahaya keemasan yang menyelimuti Alnaturyu berubah menjadi merah menyala menciptakan retakan realitas. Matanya yang semula penuh kehangatan kini berkobar dengan amarah yang mengerikan [Apocalypse: Ajberyu] mata sihir kehancuran, garis dimatanya membentuk pola penuh kerumitan bagaikan perasaannya.

"Kau... menolakku?" suara Alnaturyu bergetar, campuran antara ketidakpercayaan dan kemarahan. "BERANI-BERANINYA KAU MENOLAKKU!"

Tanah di bawah kaki mereka bergetar. Jiwa-jiwa yang melayang di sekitar mereka menjerit kesakitan, terpengaruh oleh mata sihir yang membara karena amarah sang dewi.

"Aku tidak bermaksud menyinggungmu," Noah mencoba menjelaskan. "Tapi aku telah belajar bahwa kekuatan sejati bukan tentang dominasi atau kepemilikan. Bahkan dalam cinta sekalipun."

"DIAM!" Alnaturyu menjerit, suaranya menggetarkan seluruh Ifthur Eidifnator. "Kau pikir kau lebih bijak dariku? Kau pikir kau memahami cinta? AKU ADALAH CINTA ITU SENDIRI!"

Lera bergerak mendekati kakaknya, tapi Noah mengangkat tangannya, memberi isyarat pada adiknya untuk tetap di tempat. Vianemur berpendar siap dalam genggaman Noah.

"Aku menciptakan Venuszirad dari essensiku sendiri," Alnaturyu melangkah maju, setiap langkahnya membakar tanah yang dipijaknya menciptakan retakan besar sekaligus merusak realitas mahkluk hidup lemah. "Aku menunggumu selama jutaan tahun. Dan ini balasanmu? PENGHINAAN INI?"

Udara di sekitar mereka menjadi sangat panas. Api hitam mulai muncul dari retakan-retakan di tanah, sementara jiwa-jiwa yang berkeliaran semakin gelisah dan ketakutan.

"Kalau begitu," Alnaturyu mengangkat tangannya, dan sebuah pedang hitam legam muncul dari ketiadaan, "mari kita selesaikan ini dengan cara lama. Bertarunglah denganku, Noah!"

"Aku tidak ingin bertarung denganmu," Noah menjawab tenang.

"KAU TIDAK PUNYA PILIHAN!" Alnaturyu mengayunkan pedangnya, menciptakan gelombang api hitam yang melesat ke arah Noah. "Kau telah memilih untuk menjadi musuhku. Dan musuh-musuhku..." matanya berkilat berbahaya, "tidak pernah bertahan lama."

Noah berhasil menghindar di detik terakhir. Kristal-kristal Venuszirad dalam genggamannya berdenyut kuat, merasakan kemarahan dari energi yang menciptakan mereka.

"Kak Noah!" Lera berteriak khawatir.

"Tetap di sana, Lera!" Noah berseru sambil terus menghindar dari serangan Alnaturyu. "Ini pertarunganku!"

"Pertarunganmu?" Alnaturyu tertawa getir. "Ini bukan pertarungan, Noah. Ini PENGHAKIMAN!"

Dewi itu mengangkat kedua tangannya ke langit, dan seluruh Ifthur Eidifnator seolah merespons. Langit merah semakin gelap, petir hitam menyambar-nyambar, dan ribuan jiwa mulai mengerang kesakitan.

"Kau bisa memiliki segalanya!" Alnaturyu berteriak, suaranya penuh kepedihan dan amarah. "Kekuasaan! Keabadian! Cintaku! Tapi kau memilih untuk menolak semuanya!"

"Karena itu bukan cinta," Noah menjawab tegas, akhirnya mengangkat kristal-kristalnya. "Cinta sejati tidak menuntut, tidak memaksa. Dan cinta sejati..." dia menatap mata Alnaturyu dengan berani, "tidak pernah datang dari rasa takut."

"LANCANG!" Alnaturyu menjerit murka. Api hitam menyelimuti seluruh tubuhnya, membentuk sayap-sayap raksasa yang mengepak mengancam. "Akan kutunjukkan padamu, Noah... akan kutunjukkan padamu apa artinya menolak cinta dewi kehancuran!"

Pertarungan yang akan menentukan nasib bukan hanya Noah, tapi mungkin seluruh dimensi, akan segera dimulai. Di satu sisi, seorang dewi yang dikuasai amarah dan patah hati.

"Kembalikan apa yang sudah aku ciptakan Noah," kata Dewi Alnaturyu merebut bagian-bagian Venuszirad dengan paksa.

Noah benar-benar dalam situasi paling mendesak, baginya tidak ada pilihan lalu bertanya kepada Lehfilma - tidak ada jawaban.

"Lehfilma!" Noah berseru dalam batinnya, mencoba berkomunikasi dengan roh yang bersemayam dalam Vianemur. Tapi hanya keheningan yang menjawab. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar sendiri.

Sementara itu, Alnaturyu mengangkat tangannya tinggi ke udara. Kristal-kristal Venuszirad yang tadinya berada dalam genggaman Noah mulai bergetar hebat, berusaha melepaskan diri.

"Kembali padaku!" Alnaturyu menjerit. "Kembali pada penciptamu!"

Satu per satu, kristal-kristal itu terlepas dari tangan Noah, melayang menuju Alnaturyu. Noah bisa merasakan kekuatannya berkurang drastis seiring lepasnya kristal-kristal tersebut.

"Lera," Noah berkata pelan, matanya tidak lepas dari sosok Alnaturyu yang semakin mengerikan. "Mundur sekarang juga."

"Jangan berbuat kekerasan kak—"

"MUNDUR!" Noah berteriak, suaranya penuh urgensi yang belum pernah Lera dengar sebelumnya. "Pergi sejauh mungkin dari sini."

Lera bisa melihat perubahan di mata kakaknya. Ada sesuatu yang gelap, sesuatu yang final dalam tatapannya.

"Jangan..."

Dengan berat hati, Lera mulai melangkah mundur. Dia tahu apa yang akan dilakukan Noah — sesuatu yang tidak bisa dia cegah.

"Sudah tidak ada lagi yang menghalangi," Noah berkata pada Alnaturyu, suaranya tenang namun dingin. "Ini antara kita berdua."

"Oh?" Alnaturyu tersenyum kejam. "Akhirnya berani menghadapiku sendiri?"

"Tidak," Noah menggeleng. "Akhirnya aku mengerti apa yang harus kulakukan."

Dalam sekejap, Noah mengerahkan seluruh kekuatan sejati dalam dirinya. Noah membuang pedang Vianemur jauh-jauh darinya dan tidak membutuhkannya lagi.

"Angkuh sekali kau Noah —" Alnaturyu terhenti, merasakan perubahan energi yang drastis di sekitar mereka.

Udara di sekitar Noah bergetar dengan energi yang berbeda - murni, mentah, dan sangat kuno. Ini bukan lagi kekuatan dari Venuszirad atau Vianemur. Ini adalah sesuatu yang jauh lebih dalam, sesuatu yang selama ini tersembunyi dalam dirinya.

"Apa ini?" Alnaturyu menyipitkan matanya, merasakan perubahan pada lawannya. "Energi ini..."

Noah mengangkat kepalanya, dan matanya kini bersinar dengan cahaya keemasan murni. Aura di sekelilingnya berubah menjadi pusaran energi putih keemasan yang menggetarkan seluruh realitas dunia.

"Kau bukan satu-satunya yang dipilih oleh takdir, Alnaturyu," suara Noah bergema dengan otoritas yang belum pernah terdengar sebelumnya. "Aku adalah kandidat Dewa Utama kedua."

"Ayo kita mulai pertempuran ini, lupakan semuanya hanya ada kita dalam pertarungan!"

Noah melangkah maju, setiap langkahnya meninggalkan kerusakan di tanah neraka. "Mengapa kau pikir aku bisa menggunakan Venuszirad dengan sempurna? Mengapa kau pikir aku bisa mencapai keseimbangan yang bahkan para dewa pun sulit capai?"

"DIAM!" Alnaturyu menerjang dengan kecepatan yang membelah udara, sabit hitamnya [Initdonoa] terayun untuk membelah Noah menjadi dua.

Tapi Noah menangkap sabit itu dengan tangan kosong. Darah mengalir dari telapak tangannya, tapi dia tidak bergeming. "Kenapa? Kau belum serius menghadapi aku Alnaturyu!"

"Kau!" Alnaturyu melepaskan gelombang energi kehancuran dari seluruh sihir mata, [Apocalypse: Ajberyu] berubah menjadi pola yang semakin rumit mata sihir mutakhir dapat menghancurkan realitas dunia dan merusak esensial Dewa-dewa—

Ledakan energi hitam kemerahan menghantam Noah telak, menciptakan kawah raksasa di tanah Ifthur Eidifnator. Tapi dari kepulan asap, Noah melangkah keluar tanpa luka berarti.

"Bagaimana...?" Alnaturyu mundur selangkah.

"Mari kita selesaikan ini," Noah mengambil kuda-kuda bertarung kuno, postur yang sudah ribuan tahun tidak terlihat di alam semesta. "Dengan cara para dewa yang sesungguhnya."

Mereka bergerak secara bersamaan - dua entitas dengan kekuatan setara namun berbeda esensi. Tinju Noah bertemu dengan tendangan Alnaturyu, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan segala yang ada di sekitar mereka.

 "Ahed Ryo Alt" Noah menangkap lengan Alnaturyu, mengikat tubuhnya dengan tali rantai - daya panas luar biasa dari rantai membuat tanah-tanah tidak bisa menahan suhu panas.

Alnaturyu membalas, armor kehancurannya berpijar dengan energi neraka.

Mereka bergulat dalam pertarungan yang melampaui pemahaman magis. Setiap bantingan menciptakan retakan di dunia Ifthur. Setiap cengkeraman menggetarkan fondasi realitas. Keduanya mengerahkan teknik bertarung yang telah hilang sejak awal penciptaan.

Noah membanting Alnaturyu ke tanah, tapi sang dewi membalas dengan tendangan yang mengirim Noah terbang ke udara. Mereka saling menangkap, membanting, dan bertarung dalam gulat kosmik yang mengancam keberadaan Ifthur Eidifnator sendiri.

Ketika pertarungan mencapai puncaknya, Noah menyadari satu hal - dia tidak bisa sepenuhnya menghancurkan Alnaturyu. Sebagai sesama kandidat Dewa Utama, keberadaan mereka terikat dalam keseimbangan kosmik yang tak bisa diputus begitu saja.

"Kau tidak bisa membunuhku, Noah!" Alnaturyu tertawa di tengah pertarungan mereka. "Kita adalah dua sisi dari koin yang sama!"

"Aku tidak berniat membunuhmu," Noah menjawab tenang, tangannya mulai membentuk segel kuno. "Tapi aku bisa membagi essensimu."

Mata Alnaturyu melebar ketika menyadari apa yang akan dilakukan Noah. "Itu tidak akan terjadi!" Alnaturyu menjauhi Noah.

"[Sihir Pemisah: Ilysu Arole]!"

Secepat kilat menghampiri, Noah menghentakkan telapak tangannya ke dada Alnaturyu. Cahaya kemerahan dan keunguan memancar dari titik kontak mereka, menyebar seperti retakan di kaca.

Alnaturyu menjerit - bukan jeritan kesakitan, tapi jeritan transformasi. Tubuhnya mulai terbelah menjadi dua entitas energi yang berbeda. Yang pertama, energi murni Dewata, terkungkung dalam segel yang dibuat Noah. Yang kedua energi gelap sumber kehancuran, melayang bebas di udara.

"Apa yang kau lakukan padaku?" Alnaturyu yang tersegel menggeram.

"Memisahkan esensi kehancuranmu membuat ulang Venuszirad," Noah menjawab, keringat membasahi wajahnya karena teknik ini menguras hampir seluruh kekuatannya.

Noah mengulurkan tangannya, dan energi kehancuran Alnaturyu beresonansi. Dalam sekejap, energi itu berkondensasi, membentuk sebilah pedang baru - manifestasi fisik dari kekuatan penghancur Alnaturyu.

Alnaturyu yang tersegel menatap tidak percaya - memejamkan mata kemudian menjadi sebuah Castle raksasa kemerahan.

"Inilah keseimbangan sejati," Noah berkata, menggenggam pedang baru yang terbentuk dari esensi murni Alnaturyu. "Kehancuran akan tetap ada, tapi terkendali. Dan kekuatan Dewata akan terus hidup dalam bentuk yang baru, membantu menjaga keseimbangan."

Lera, yang mengamati dari kejauhan, bisa merasakan perubahan di udara. Pertempuran telah usai, tapi ini bukanlah akhir - melainkan awal dari era baru. Era di mana kekuatan kehancuran tidak lagi bertentangan, tapi berjalan beriringan dalam keseimbangan yang rapuh namun indah.

Noah menatap pedang di tangannya, merasakan energi yang familiar namun berbeda. Ini bukan lagi Venuszirad yang dulu dia kenal, tapi sesuatu yang lebih murni - simbol dari transformasi dan harapan.

Noah menggenggam erat pedang barunya, merasakan aliran energi kehancuran yang kini telah terkendali dalam genggamannya. Matanya beralih pada Castle kemerahan yang menjulang – penjelmaan dari Alnaturyu yang tersegel.

"Tempat ini tidak akan bisa menahanmu selamanya," Noah berbisik, tangannya terangkat ke udara. "Kau membutuhkan dimensi atau dunia khusus."

Energi keemasan mulai mengalir dari tubuh Noah, membentuk lingkaran-lingkaran rumit di udara. Simbol-simbol kuno bermunculan, menciptakan pola yang belum pernah terlihat sejak zaman para dewa pertama.

Udara di sekitar mereka mulai bergetar hebat. Realitas seolah tertarik dan terlipat, menciptakan distorsi yang bahkan membuat Lera yang jauh di kejauhan merasa pusing.

"Apa yang sedang kau lakukan?" suara Alnaturyu bergema dari dalam Castle.

"Menciptakan rumah barumu," Noah menjawab, tangannya bergerak dalam pola-pola kompleks. "Dimensi yang akan menjadi penjara sekaligus sanctuary-mu."

Lapisan-lapisan realitas mulai terkelupas, memperlihatkan void dimensional – ruang hampa antara dunia-dunia. Di dalam void itu, Noah mulai menenun realitas baru.

"Enesberno," Noah mengucapkan nama dunia itu dengan penuh makna. "Tempat di mana waktu mengalir terbalik, di mana kehancuran justru menciptakan, dan di mana keabadian memiliki arti yang berbeda."

Castle kemerahan mulai terangkat, tertarik oleh gravitasi dimensional yang diciptakan Noah. Dinding-dinding realitas baru mulai terbentuk – langit berwarna ungu dengan tiga bulan yang selalu purnama, tanah yang berkilau seperti kristal, dan hutan-hutan yang terbuat dari cahaya murni.

"Kau tidak bisa mengurungku selamanya!" Alnaturyu menjerit, tapi suaranya mulai melemah seiring Castle-nya tertarik masuk ke dimensi baru.

"Tidak," Noah mengakui. "Tapi aku bisa memberimu waktu untuk merenungkan arti sesungguhnya dari kekuatan dan keseimbangan. Di Enesberno, kau akan melihat bagaimana kehancuran dan penciptaan adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan."

Dengan gerakan terakhir, Noah menutup segel dimensional. Castle Alnaturyu kini sepenuhnya berada dalam Enesberno – dimensi yang akan menjadi rumah sekaligus penjaranya untuk waktu yang sangat lama. Alnaturyu tertidur..

"Selesai," Noah berbisik, menurunkan tangannya.

Di atas mereka, melalui retakan dunia yang perlahan menutup, mereka bisa melihat sekilas pemandangan Enesberno – dunia yang Noah ciptakan khusus untuk Alnaturyu. Sebuah dunia yang paradoksal, di mana kehancuran dan penciptaan berdansa dalam harmoni abadi.

"Apakah ini benar-benar berakhir?" Lera bertanya pelan.

Noah menggeleng. "Tidak ada yang benar-benar berakhir, Lera. Ini hanya bagian dari siklus yang lebih besar." Dia menatap pedang barunya yang hitam pekat. "Dan kita masih punya banyak hal yang harus kita lakukan."

1
IamEsthe
Maaf. aku enggak paham alur ceritanya sama sekali, atau emang genre nya di luar biasa aku kuasai/mengerti.
IamEsthe
bla bla bla terpana akan kecantikan rupaku (wujudku) sendiri.
Legenda: jatuh cinta saat memandang rupa malaikat
total 1 replies
IamEsthe
ribet kalimatnya, susah dimengerti.


apa maksudnya begini,

Mengapa Dia hanya memikirkan hiburan untuk dirinya hingga membuat kita mati mempertahankan sebuah 'nyawa'.
Legenda: iya mungkin. Membangkang banget sama Tuhan/author dia punya kemauan sendiri ga dikendalikan sama The Creator
IamEsthe: Dewa Azura, kisah dewa Azura.
total 5 replies
IamEsthe
Untuk siapa aku diciptakan, Tuhan? Di ambang kekalahan kenapa aku masih mempersalahkan persoalan konyol ini.


mungkin bagus jika kalimatnya begitu. coba dipertimbangkan.
IamEsthe
alangkah baiknya mendeskripsikan kondisi tubuh pake makna kias. mungkin bagus
IamEsthe: dicoba dikit2 gitu, kias2an.
Legenda: aku kurang soal kias makna.
total 2 replies
IamEsthe
dibuang, bukan di buang
IamEsthe
jangan angka 1 ribu, tp satu ribu. ini ada aturannya, aku lupa yg mana penjelasannya
IamEsthe
narasi ini kayaknya jangan dalam satu kalimat panjang begini. kembangkan lagi beberapa kalimat biar penjelasannya tidak rumit dan berbelit
IamEsthe
typo dialog
Protocetus
okiro
Legenda: hah! lawak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!