Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Celaka.
Bang Ringgo berlari mendahului Bang Arre dan mengedarkan pandangan ke segala arah mencari Dara di sebuah diskotik.
"Kenapa kamu tau kalau Dara ada disini??" Tegur Bang Arre.
"Karena kami suka kesini." Jawab Niken singkat saja karena sejak kepulangannya dari luar negeri, memang mereka sering ke diskotik dan hal itu wajar saja terjadi di luar negeri.
"Apa katamu??? Ora beres.. bocah wadon salah kedaden." Bentak Bang Arre.
Tak lama terlihat Dara tengah menikmati alunan musik bersama beberapa para pria. Bang Arre dan Bang Ringgo segera menghampiri.
"Astaghfirullah hal adzim, Daraaa..!!! Sampai lemas begini kamu, dek..!!" Bang Ringgo mengusap wajah Dara yang penuh dengan peluh.
"Allahu Akbar, mabok kah ini anak??" Gerutu Bang Arre.
Secepatnya Bang Ringgo membawa Dara keluar dari tempat tersebut.
:
"Apa kamu tau tempat seperti itu sangat berbahaya bagi perempuan?????" Lagi-lagi Bang Arre menegur keras Niken.
Niken yang merasa terpojok menjadi jengkel dengan Bang Arre. Keningnyaa berkerut, ingin sekali rasanya berkelahi dengan pria yang namanya pernah tercatat sebagai ajudan resmi negeri.
"Apa memang begini kelakuan para anak menteri? Tidak tau aturan dan sembarang keluar masuk diskotik" Omel Bang Arre lagi.
Memang pria satu ini begitu emosional tak jauh berbeda dengan kedua Abangnya.
"Sudahlah, Ar..!! Fokus dengan Dara dulu..!!!" Kata Bang Ringgo lumayan panik karena adiknya tidak sadar juga dari kondisi mabuknya.
"Bawa ke kontrakan Abang..!! Papa bisa ngamuk kalau lihat anak perempuannya mabuk begini..!!" Pinta Bang Arre.
"Nggak bisa, bawa dia ke kontrakan mu..!!" Tolak Bang Ringgo mentah-mentah.
"Kontrakan Abang lebih dekat dari tempat ini..!!" Ujar Bang Arre.
"Tapi kamu lebih pantas membawa Dara daripada Abang." Jawab Bang Ringgo memutuskan perdebatan mereka.
"Pantas darimana nya, Abaaaang.. tidak ada yang pantas di antara kita. Yang jelas saat ini kita harus segera menyadarkan adik perempuan kita..!!"
"Ja_di.. kalian berdua ini.. Abangnya Dara?"
"Iyaa..!!" Jawab Bang Ringgo dan Bang Arre bersamaan.
Niken menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. "Whaaatt????" Rasa kaget membuatnya seakan tak sanggup untuk bernafas.
...
Bang Arre dan Bang Ringgo mondar-mandir di luar kamar. Mereka gelisah dengan keadaan Dara yang tidak biasa. Di dalam kamar itu hanya ada Niken dan Dara.
"Ada apa, Dara??" Tanya Niken pada sahabatnya.
Dara menggeleng menyimpan isi hatinya sendiri dan akhirnya Niken keluar dari kamar Bang Ringgo.
~
Niken pun menggeleng tak mendapatkan info apapun dari Dara.
"Masa tidak ada apapun yang Dara katakan??" Tanya Bang Ringgo.
"Tidak ada, Dara hanya diam. Tidak bicara apapun."
Bang Ringgo dan Bang Arre saling lirik. Ada perasaan tidak nyaman dalam hati kedua Abang.
"Apa Dara punya masalah??" Gumam Bang Arre.
Kini tatapan mata Bang Ringgo dan Bang Arre beralih pada Niken.
Bang Arre menghampiri Niken dan berkacak pinggang di hadapannya. Tapi kemudian Bang Ringgo menghadangnya.
"Kalem, boss..!!" Tegur Bang Ringgo karena dirinya paham tingkat emosional adiknya.
Sebagai seorang laki-laki jelas Bang Ringgo merasakan hal yang sama seperti Bang Arre namun ada hati tidak tega untuk memarahi Niken meskipun ada rasa jengkel dalam hatinya.
"Tolong kooperatif dan katakan dengan jelas ada permasalahan apa. Sebab kalau saya yang menemukan bukti 'di luar jalur', kamu bisa habis di tangan saya..!!" Ancam Bang Ringgo. Nadanya sangat tenang namun terdengar cukup menakutkan bagi siapapun yang mendengarnya.
Niken menelan ludah dengan kasar, namun bukan Niken namanya kalau tidak bisa bersikap 'tinggi' di hadapan semua orang.
Bang Ringgo mengambil alih posisi Bang Arre lalu mengarahkan dan mengangkat dagu Niken agar bisa menatap wajahnya. "Katakan.. sekarang..!!"
Niken berusaha menunduk tapi Bang Ringgo tetap pada perlakuan dan tatapan tajamnya.
"Itulah sebabnya Niken meminta tolong Om Ringgo"
"Ada apa??????" Bentak Bang Arre.
Bang Ringgo menahan adiknya. "Biar ini jadi urusan Abang..!! Kamu sadarkan Dara..!!"
Bang Arre pun mundur dan menghindari Abangnya. Ia masuk ke kamar Bang Ringgo dan melihat keadaan Dara.
Sekilas Bang Ringgo melirik adiknya kemudian pandangan matanya kembali fokus pada Niken.
"Katakan..!!"
"Sebenarnya.. kami.........." Niken mulai terlihat ragu mengatakannya.
Bang Ringgo menggebrak lemari hias di ruang tamu hingga Niken benar-benar ketakutan meskipun sekuat hati dirinya mencoba untuk berani.
"Kami.. ingin lepas dari seseorang tapi sulit. Mereka mengancam membunuh jika kami lepas dari mereka." Kata Niken.
"Kalian kenal dimana???? Kenapa bisa sampai kenal manusia macam itu????? Apa sebelum melakukan sesuatu kalian tidak memikirkan orang tua kalian?????" Tanya Bang Ringgo tak habis pikir dengan ulah putri perdana menteri.
Niken terdiam namun jelas terlihat gadis itu membawa ketakutannya.
Tau Niken begitu ketakutan, Bang Ringgo pun menjadi tidak tega. Entah ada dorongan apa, Bang Ringgo menarik Niken hingga bersandar pada dadanya. "Wedhok iki ngopo to yoo, ora gawe ulah sedino wae opo koyo segoro kurang uyah." Gumam Bang Ringgo. "Wes ngene dadine terus piye, dek??"
.
.
.
.
petinggi ma anak buah jg tenang
😂😂