Entah apa yang di pikirkan oleh ayah dan sang ibu tiri hingga tiba-tiba menjodohkan Karin dengan pria yang tak memiliki apapun, apa mereka sengaja melakukan itu untuk menyingkirkannya?
Matteo Jordan, pria tak berguna yang di pungut oleh keluarga Suarez menyetujui menikah dengan wanita yang tak ia ketahui hanya demi sebuah balas budi.
Akankah cinta tumbuh di antara keduanya? Sementara Karin masih mencintai mantan kekasihnya, sedangkan Matteo pria sedingin es yang penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~35
Angela nampak berkali-kali menghubungi ponsel sang kekasih namun tak kunjung di angkat, entah ada di mana pria itu saat ini. Lalu ia harus meminta tolong pada siapa lagi untuk membayar jaminannya agar segera bebas, karena orang tuanya sendiri pun bukan orang kaya.
Sore harinya Matteo yang baru selesai meeting nampak terlihat sangat lelah setelah seharian ini melakukan banyak pekerjaan yang lumayan menguras tenaga dan juga pikirannya.
"Langsung pulang, tuan ?" Tanya Jimmy seraya menatap bosnya dari kaca spion depannya.
"Hm." Sahut Matteo, entah kenapa ia merasa jika rusunnya yang sempit itu mulai jadi tempat nyaman baginya. Mungkin karena ia telah berbicara dari hati ke hati dengan istrinya itu jika memang di antara mereka tak ada cinta dan mereka pun telah memiliki masing-masing kekasih. Jadi mungkin rasa persahabatan itu yang membuatnya merasa nyaman di sana.
Lagipula ia akui selain pandai memasak istrinya itu juga enak untuk di ajak bercerita, hingga membuatnya tak lagi merasa canggung dan terbebani seperti sebelumnya.
"Jim, apa kamu punya nomor telepon istriku maksudku nomor Karin ?" Ucapnya pada sang asisten.
"Iya tuan, apa anda tak memiliki nomernya ?" Sahut Jimmy kemudian.
"Tidak, aku tak pernah bertanya. Kalau begitu kirim pesan padanya aku akan makan malam di rumah !!" Perintahnya kemudian.
Jalanan lumayan macet jadi lebih baik ia memberitahu istrinya sejak sekarang jadi saat sampai rumah gadis itu sudah selesai memasak, selama ini ia pikir istrinya itu membeli makanan di restoran tapi nyatanya buatannya sendiri.
"Sudah sewajarnya wanita memang harus memiliki skill memasak." Gumamnya seakan enggan untuk memuji gadis itu.
Jimmy nampak menggeleng kecil, bagaimana bisa mereka yang sudah tinggal bersama beberapa waktu bahkan tidur seranjang tapi tidak saling menyimpan nomor telepon dan akhirnya pria itu pun segera mengirim pesan pada nyonya mudanya agar menyiapkan makan malam untuk tuannya.
Matteo segera mengambil ponselnya saat mengingat teleponnya itu telah ia matikan sejak tadi siang karena tak ingin mengganggu meetingnya, apalagi sang kekasih selalu tak berhenti menghubungi dan mengiriminya pesan.
Terlihat hampir 20 kali panggilan telepon tak terjawab dari wanita itu dan juga banyak sekali pesan yang masuk darinya.
"Sayang, tolong aku. Aku sedang mendapatkan masalah dan di bawa ke kantor polisi."
"Astaga kenapa lagi dengannya ?" Gerutu Matteo setelah membaca salah satu pesan yang di kirim oleh sang kekasih.
"Apa ada masalah tuan ?" Jimmy yang mendengar itu pun langsung bertanya.
"Kita ke kantor polisi dulu Jim, sepertinya Angela sedang mendapatkan masalah !!" Perintah pria itu kemudian.
Jimmy pun langsung mengangguk dan tak lagi bertanya karena bosnya itu kini pasti sedang pusing memikirkan kekasihnya yang sering sekali membuat ulah dan pada akhirnya pria itu juga yang membantu menyelesaikannya.
"Sayang, akhirnya kamu datang juga." Angela yang melihat kedatangan kekasihnya petang itu pun langsung memeluknya dengan mata sembab dan juga penuh lebam.
Sudah seharian ini ia berada di kantor polisi dan hampir saja masuk ke dalam sel jika pria itu tak kunjung datang, akhirnya Matteo pun terpaksa membayar jaminan sebesar 20 juta agar kekasihnya itu bisa bebas.
"Kita ke rumah sakit sekarang !!" Perintah Matteo pada sang asisten setelah memasuki mobilnya.
"Tidak usah sayang, aku baik-baik saja kok ini hanya luka kecil di kasih salep juga pasti sembuh. Aku tidak ingin ke rumah sakit karena yang ku perlukan saat ini hanya kamu, aku akan merasa lebih baik jika selalu bersamamu." Tolak Angela lantas semakin mengeratkan pelukannya di pinggang kekasihnya tersebut.
"Tapi lukamu harus di obati." Ucap Matteo.
"Tentu saja, tapi kamu yang obati ya? Kamu sudah janji loh malam ini untuk menemaniku." Mohon Angela lagi dengan wajah cemberutnya.
"Hm." Akhirnya Matteo mengangguk kecil dan membuat sang kekasih langsung menyunggingkan senyumnya.
"Kita ke Apartemen Angela, Jim. Malam ini aku akan menginap di sana !!" Perintah Matteo kemudian.
"Tapi tuan, bagaimana dengan...." Jimmy menjeda ucapannya ketika bosnya itu nampak menggeleng menatapnya dari kaca spion depannya.
"Baik Tuan." Akhirnya pria itu mengikuti perintah sang atasan dan setelah ini ia akan menghubungi nyonya mudanya jika bosnya itu tak jadi makan malam di rumah.
Setelah mengantar mereka Jimmy pun segera pulang dan pria itu pun menghubungi nyonya mudanya untuk membatalkan permintaan bosnya tapi ponsel gadis itu tak bisa di hubungi.
Pesannya tadi juga cuma di baca saja tapi tak di balas, mungkin istrinya bosnya itu sedang marah pada sang tuan. "Baiklah, lebih baik aku pulang saja." Gumamnya yang tak ingin ikut campur lantas segera melajukan mobilnya menuju apartemennya.
Sementara itu Karin yang berada di rumahnya terlihat sibuk di dapur, beberapa saat lalu ia mendapatkan pesan dari nomor yang tidak di kenal dan mengaku jika suaminya sedang meminjam ponsel temannya untuk mengabarinya kalau ingin makan malam di rumah. Sayangnya, belum sempat gadis itu membalasnya baterai ponselnya sudah habis.
Ponsel lawasnya memang cepat sekali kehabisan daya tapi mau bagaimana lagi ia tidak bisa membeli yang baru meskipun memiliki uang, ia harus berhemat sampai mendapatkan pekerjaan yang baru. Apalagi ia sudah sepakat dengan suaminya untuk membagi dua kebutuhan rumah mereka.
Akhirnya gadis itu pun segera memasak menu kesukaan suaminya, sebenarnya pria itu menyukai semua masakannya karena selalu habis di makannya. Ia akui memang bisa masak apapun karena sejak kecil di paksa ibu tirinya untuk membantu ARTnya di dapur dan untuk itulah ia banyak belajar dari pembantunya tersebut.
Terlihat keringat membasahi keningnya tapi gadis itu tetap saja bersemangat melakukannya dengan senang hati hingga beberapa saat kemudian beberapa menu masakannya pun telah terhidang di meja makan.
Sembari menunggu suaminya datang Karin bergegas membersihkan dirinya, karena ia tahu pria itu sangat menyukai kebersihan. Meskipun mereka bukan layaknya suami istri tapi menjaga kenyaman adalah tugas mereka bersama karena memang tinggal dalam satu atap.
Karin juga bersyukur Matteo bukan pria pemalas, pria itu tak segan ikut membersihkan rumahnya jika berantakan dan juga kotor. Pria itu juga sering mencuci piring bekas makannya dan sesekali menggiling pakaiannya sendiri di mesin cuci jika ia tak sempat melakukannya.
Setelah membersihkan dirinya dan memakai pakaian rapi dan bersih, Karin pun segera menunggu suaminya di meja makan. Gadis itu terlihat menghidupkan ponselnya yang sejak tadi mati dan di lihatnya 2 panggilan tak terjawab dari nomor yang tadi memberinya pesan.
Namun karena tak ada pesan apapun, Karin pun berpikir tak ada yang penting dan gadis itu pun menunggu suaminya pulang sembari berselancar di media sosial. Hampir satu jam ia menunggu, mungkin sebentar lagi pria itu akan datang pikirnya dan kini tanpa sadar Karin pun ketiduran di sana.