Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rain
Hana pun menenggak air mineralnya, karena terburu-buru air nya membasahi kemeja nya. Leon melihat Hana kemeja putihnya nampak basah.
"Kau tidak mengeringkan rambutmu??" Tanya Leon melihat rambut Hana yang setengah kering.
"Aku lebih suka begini" singkat Hana.
Tiba-tiba Leon memberikan satu potong udang dan menyodorkan nya ke mulut Hana.
"Aaa.. Cobalah" perintah Leon.
"Aku tidak mau" tolak Hana lalu melihat tatapan sipit Leon tanda menuntut, dengan terpaksa Hana memakan udang tersebut. Yaa rasanya tidak kecewa karena memang enak.
"Kau sendiri yang memanaskan ini??" Tanya Hana yang mengambil sumpit ditangan Leon. Dan mencoba berbagai hidangan, ia sungguh menikmatinya.
Leon hanya bisa menyender sambil melihatnya makan, padahal Leon sudah menyiapkan sumpit untuknya.
Beberapa lama Hana lah yang menghabiskan semuanya.
"Habis?? Ouhh.. Habis semua" tutur Leon yang senyum kecil melihat makanan nya habis.
"Ini salahmu, aku jadi menghabiskannya" omel Hana.
Decih Leon yang mulai membersihkan meja makan, Hana merasa tidak enak, ia juga ikut bangkit ingin membantu.
"Duduk diam" perintah Leon melarangnya ikutan melihat ke Hana.
Hana pun menurut ia duduk disofa besar, melihat TV besar dan sebuah pajangan serta lukisan yang menghiasi ruangan.
"Lukisan ini.. Siapa yang membuatnya??" Tanya Hana.
"Aku" singkat Leon yang telah selesai.
Hana hanya mengangguk, tidak diragukan dia pintar, dan ahli menggambar.
"Dan.. Apa itu senapan asli??" Tunjuk Hana melihat senapan dipajang.
"Iya, mau coba??" tawaran menakutkan Leon.
"Aku.. Tidak bisa" tolak Hana.
Leon langsung mengambil satu gelas dan sebotol wine lalu ia membawanya ke lantai atas.
"Kalau begitu jangan" singkat Leon yang berjalan begitu saja.
Hana hanya melihat Leon yang berjalan ke atas, Tak percaya dengan sikap Leon, seharusnya dia tidak kaget namun sikapnya sangat cocok untuknya.
Akhirnya Hana pun mengikuti ke lantai atas namun ia melihat banyak ruang yang pintunya tertutup dipastikan kamar lain, ia pun menghampiri dan mencoba membuka ruang tersebut, namun semua terkunci membuat Hana tak menyerah mencoba ruang lain juga terkunci.
Hanya satu kamar utama lah yang tidak terkunci, Hana pun mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum membukanya. Ia masuk setelah mendapat jawaban.
Hana menutup pintunya setelah masuk ia melihat Leon yang sedang duduk disofa single dengan laptop terbuka, ditangannya ada segelas wine.
Tubuh Hana yang kecil memakai kemeja milik Leon yang terlihat kebesaran, dan ia terlihat sangat manis.
"Apa tidak ada kamar lain??" Tanya Hana.
"Aku memakai villa ini terburu-buru, jadi yang menjaga kunci hanya membuka satu kamar utama, yang lain belum dibersihkan. Kenapa??" Tanya balik Leon yang tidak menatap Hana fokus dengan laptopnya.
"Lantas, dimana Aku tidur??" Tanya Hana.
"Disini ada kasur, tidurlah lebih dulu" jawab Leon lalu ia menyesap wine nya.
"Tidur berdua?? Disana kan ada sofa" tutur Hana.
"Kau saja" usul Leon.
"Aku kan wanita" protes Hana berhasil membuat Leon menoleh dengan mata sipitnya.
"Ini villa milik ku, tidurlah atau Aku yang akan menidurkan mu??" Tawar Leon berhasil juga membuat Hana terdiam.
Hana pun segera mendekat ke kasur, dan menyibakkan selimutnya lalu naik meski terdengar pelan Hana mendengar suara guntur. Bola mata Hana langsung bergerak-gerak membayangkan sesuatu.
Memang terlihat dari jendela besar ada kilatan, Hana langsung tiduran merapatkan selimutnya.
Dan benar kilat mulai terlihat disertai guntur, Leon yang sadar akan hal itu ia menutup laptopnya, dan tangan putihnya menutup hordeng besar itu.
Lalu mendekat ke kasur dan mulai rebahan disamping Hana yang merapatkan selimutnya. Tak lama terdengar hujan gerimis, Leon berbalik mematikan lampu, lalu tangan membuka laci bawah terdapat satu pistol, ia mengambilnya dan menaruh dengan santai di bawah bantalnya.
Sedangkan Hana menutup wajahnya dengan selimut nya.
JEDAAARRR
Suara mengagetkan guntur membuat Hana tambah merapatkan selimutnya, Leon peka itu namun ia terlihat cuek.
"Mau wine??" Tawar Leon tiba-tiba.
Hana menurunkan sedikit selimutnya, hanya sampai bawah matanya.
"Tidak, besok aku harus berangkat kerja" tutur Hana dalam balutan selimut.
"Kau lupa aku bos mu?? Libur sehari tak apa" tutur Leon.
"Atasanku Direktur James, dia punya pertemuan banyak, Aku harus sedia membantunya" jawab Hana.
Tiba-tiba Leon merasa cemburu tapi tetap diam, hanya perkataan Hana padahal itu bagian dari pekerjaannya.
"Aku punya kuasa untuk memindahkan mu ke bagian lain" tutur Leon.
"Kenapa?? Aku sudah terbiasa" tolak Hana.
Hujan pun semakin deras, Hana menutup wajahnya dengan selimut.
Tengah malam dalam guyuran hujan deras, beberapa mobil hitam melewati hutan, mengarah sebuah villa milik Leon. Tentu tanpa sepengetahuan pemilik villa.
Dikamar Leon yang hampir tertidur, mendengar suara guntur sangat menggelegar hingga membuat Hana tangannya gemetar.
Leon pun menggeret pinggang mungil Hana untuk mendekat ke arahnya.
Sreeeett
"Jangan takut.. Hm, kau tidak sendiri" ucapan menghangatkan Leon sambil memejamkan matanya membuat Hana menatap kearah nya.
Meski dia terlihat cuek, namun terkadang perhatian, Hana pun tidak lagi gemetar bahkan ia membalik badan nya menghadap Leon dan mengeratkan dekat dengan tubuh Leon sembari memejamkan matanya.
Tanpa Hana tau Leon tersenyum sambil memejamkan matanya.
20 menit berlalu mobil itu sampai didepan gerbang tepat berdirinya villa Leon. Dua orang berpakaian hitam memaksa masuk gerbang yang terkunci bahkan merusak alat gerbang otomatis, dan mobil pun memasuki pekarangan nya.
Didalam Leon masih terlelap dengan nyenyak, sampai orang itu memaksa masuk dan menggebrak pintu hingga menimbulkan suara keras.
Braaakk
Mata Leon langsung terbuka setelah kupingnya mendengar sesuatu yang asing. Hana pun ikut terbangun.
"Ada apa?" Suara serak Hana.
"Ssshh" desis Leon yang bangun dan mengambil senjata dari bawah bantalnya. Hana tentu terkejut kenapa senjata bisa dibawah bantalnya.
Leon pun menjulurkan tangannya pada Hana tanda suruh bangun, Hana pun meraih nya dan ikut berdiri. Leon menuntun nya menuju lemari pakaian dan menyuruhnya masuk ke dalam.
"Jangan keluar sampai aku yang membukanya sendiri, kau mengerti" perintah Leon.
"Kau bagaimana?" Tanya Hana khawatir.
"Mana anggukkan mu??" Tak memperdulikan pertanyaan Hana malah menyuruh Hana mengerti.
Akhirnya Hana mengangguk pun berdiri didalam lemari.
"Good girl" ucap Leon sembari menutup pintu lemarinya.
Dilantai bawah pria itu melihat isi villa mewah milik Leon. Pria tersebut adalah Kelvin tepatnya anak buah Santos.
"Agustddddd...." Teriak pria tersebut suaranya memenuhi ruangan.
"Yeaaahh.. Villa yang sangat mewah, dia sangat menghabiskan uang untuk ini" tambah pria tersebut dengan beberapa anak buahnya yang memegang kayu bahkan tongkat bisbol.
Dilantai atas Leon keluar dari kamar dan langsung bersembunyi dibalik tembok untuk melihat siapa yang datang.
"Yak! Periksa, dan bawa dia padaku" perintah pria tersebut pada anak buah nya. Yang langsung mematuhi perintahnya.
Belum sampai lantai atas, Leon menargetkan lampu gantung miliknya yang besar.
Shuungg
Satu tembakan mengenai besi lampu gantung tersebut dan jatuh secara vertikal kebawah, yang dibawah terdapat pria pimpinan tadi.
Pyaaaarrrr
Suara pecahan kaca terdengar kencang, karena lampu gantungnya ini besar.
Bahkan suara nya sampai lantai dua di tempat Hana bersembunyi.
"Suara pecah apa itu??" Hana yang bersembunyi melebarkan matanya sekaligus khawatir.