Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia
Emilio Dragomir. Nama dari pahlawan legendaris yang berhasil mengalahkan raja iblis Vivian.
Yah, setidaknya itulah yang dipercayai oleh banyak orang kecuali untuk orang-orang tertentu, contohnya Kian.
Dahulu kala, Emilio hanya seorang petinggi negara biasa. Jabatannya merupakan hasil kerja keras dari leluhurnya dan Emilio hanya perlu menikmati hasilnya.
Berita tentang kekejaman raja iblis Vivian memang sudah tersebar di area yang ia awasi. Untungnya, tidak ada satupun iblis yang mengacau ci wilayahnya.
Kejadian ini menyebabkan masyarakat berspekulasi jika Emilio memiliki kekuatan yang membuat bangsa iblis tidak mau macam-macam tanpa alasan yang jelas. Rumor tak jelas itu membuat Emilio disebut sebagai pahlawan legendaris.
Nyatanya, memang raja iblis Vivian tidak pernah sekalipun keluar dari wilayah sendiri. Bangsa iblis juga tidak bisa keluar dari sana kecuali diberi ijin oleh sang Raja.
Hingga suatu hari, manusia yang mulai merasa lebih kuat dari raja iblis pun masuk dan membuat kekacauan. Tindakan mereka mirip seperti membangunkan naga yang tertidur.
Vivian pun mengijinkan bangsanya melakukan hal yang mereka mau pada manusia. Sejak saat itulah rumor mengenai kekejaman Vivian yang awalnya hanya buah bibir semata menjadi kenyataan.
Wilayah Emilio tentunya juga sempat terkena serangan dari bangsa iblis.
Karena panik sekaligus takut kejayaannya hilang, Emilio membuat sebuah sayembara untuk seluruh ksatria-ksatria pemberani yang mau membantunya membunuh sang raja iblis.
Sayembara itu berjalan baik, sayangnya Emilio tahu jika tidak ada satupun dari ksatria di sana yang cukup kuat untuk mengalahkan sang raja iblis.
Hingga akhirnya, di tengah perjalanan menuju tempat Vivian berada, Emilio bertemu dengannya.
Seorang pemuda tampan yang mampu mengalahkan beberapa iblis dengan senjata seadanya. Emilio pun meminta si pemuda untuk ikut bersamanya membebaskan umat manusia dari jajahan bangsa iblis dengan imbalan kekayaan dan kehormatan bagi di pemuda dan keluarganya.
Ketika sampai di wilayah raja iblis, Emilio sudah bersiap untuk melarikan diri. Namun, siap sangka jika si pemuda itu mampu membunuh raja iblis Vivian.
Kabar gembira itu pun terdengar ke seluruh penjuru dunia.
Naasnya, sang pahlawan yang sebenarnya malah tidak mendapatkan kesenangan apapun. Vivian, di serangan terakhirnya memberikan sebuah kutukan bagi orang yang berhasil membunuh dirinya.
Kutukan gelap yang membuat si pemuda terus bertarung dengan dirinya. Bukan dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk mental.
Kekuatan Vivian yang besar rupanya tidak hilang begitu saja. Ia tinggal di dalam kepala si pemuda dan terus berusaha mengambil alih tubuh layaknya parasit. Sedangkan jiwa raja iblis itu pergi ke suatu tempat yang jauh.
Janji Emilio pada pemuda itu tentang kekayaan dan kehormatan juga tidak ditepati, membuat Pemuda itu hampir menyerah.
Untungnya, kutukan raja iblis itu tidak abadi. Butuh waktu lama bagi si pemuda untuk bebas dari pertarungan mental yang melelahkan.
Akhirnya, kutukan raja iblis itu pun menghilang ketika pemuda itu berusia 30 tahun. Meski, kutukan itu membuat sekujur tubuh si pemuda dipenuhi bercak hitam yang mengerikan.
Nama Pemuda yang membiarkan orang-orang bahagia di atas penderitaannya itu adalah Tiego Shantara.
"Lalu? Mana buktinya?" Tanya Ekilah yang sudah bosan mendengar dongeng Kian.
Kian mengambil ponselnya. Dia memperlihatkan pada Ekilah sebuah foto batu kristal yang mengeluarkan aura berwarna kemerahan.
"Ini adalah sisa energi dari raja iblis Vivian yang memadat. Benda ini disimpan di markas guild kami."
Ekilah berpikir sebentar. Kemampuannya dalam mengontrol energi membuat dirinya tahu jika potret yang ditunjukan oleh Kian itu asli.
Tapi, perempuan berambut putih itu teringat akan impian masa kecilnya.
"Aku akan pikir-pikir lagi jika guild kalian memberikan gaji besar."
Setelah tiba di rumah, Ekilah menyodorkan kartu Awakening nya pada sang ibu yang sedang menjemur pakaian.
"Aku lolos."
Rahayu tersenyum dia mengambil kartu awakening itu dan memberikan keranjang berisi pakaian yang perlu digantung.
"Upahnya tempe penyet ya." Setelah mengatakan itu Rahayu pun pergi meninggalkan sang putri sendirian.
"Apa ini?" Ekilah menatap keranjang pakaian di tangannya. "Sekarang aku jadi pekerja upah rendah gitu? Tidak adil sekali."
.
.
.
Sore itu, Sanika yang hendak membereskan mejanya didatangi oleh seseorang yang pernah membawanya ke UKS.
"Sanika, kamu ada waktu gak buat ke pasar malem sama anak-anak hari ini?" Siswi itu memiliki rambut kuning mencolok.
Mata hitam Sanika melirik ke arah name tag yang bertuliskan 'Salsa'.
"Aku lagi gak ada uang."
"Oh pas sekali. Ini urusan OSIS kok, kami kekurangan orang jadi kalau kamu ikut gratis kok, cuman perlu bantu-bantu sedikit. Nanti kamu juga bakalan kebagian uang hasil penjualan kok."
"Urusan apa?" Sanika sebenarnya tahu. Dia hanya pura-pura bertanya.
Salsa pun menjelaskan jika OSIS sekolah ingin menjual jajan berupa sosis bakar dan lemon tea di pasar malam untuk menambah kas uang angkatan.
Sayangnya ada beberapa anggota OSIS yang tidak bisa hadir karena sakit, urusan keluarga, atau karena urusan pribadi yang lain. Salsa selaku anggota OSIS disuruh mencari pengganti mereka.
Tugas Sanika di sana hanya perlu membantu mendirikan dan merapikan stand.
Hal yang tidak diketahui oleh Salsa dan yang lain adalah, adanya ruang gelap di pasar malam nanti. Untungnya ada beberapa Awakening yang berada di lokasi dan mampu mengamankan banyak orang tapi tidak semua.
Fenomena ruang gelap ini muncul di dalam rumah hantu. Hal itu mengubah suasana pasar malam yang awalnya meriah menjadi mencekam.
Sanika pun memutuskan untuk ikut. Dia hanya ingin melihat kembali pertarungan para awakening sembari mengingat beberapa kenangan lama.
Malam harinya, Sanika sedang mencari Salsa. Dia tidak tahu di mana stand OSIS berada.
Selang beberapa menit, gadis berambut hitam itu akhirnya menemukan sang teman.
Persis seperti ucapan Salsa di sekolah. Sanika hanya perlu membantu anggota OSIS yang lain untuk mendirikan stand.
Waktu pun terus berjalan, para pengunjung mulai berdatangan. Sanika memperhatikan para pengunjung yang berlalu-lalang di sekitar stand.
"Karena aku tidak melakukan perubahan apa-apa sampai saat ini, itu berarti masa depan tidak akan berbeda jauh." Batin Sanika.
Berdasarkan yang Sanika ketahui, kemunculan ruang gelap di pasar malam ini selalu menyebabkan hilangnya warga sekitar. Setelah Awakening berhasil menyelesaikan masalah tersebut, sekitar seminggu kemudian ruang gelap itu akan muncul kembali di lokasi yang sama.
Ruang gelap ini terus-menerus muncul karena tertarik pada sesuatu yang belum diketahui oleh para awakening. Sesuatu yang memiliki energi gelap dan terkubur jauh di dalam tanah.
"Siapa yang bisa menyangka ada kota bawah tanah bersejarah di daerah Gunung Tua," batin Sanika tertawa miris.
Dia ingat jika banyak awakening level perunggu serta warga yang mati dalam insiden ruang gelap ini.
"Jika aku menolong mereka... Ah, tidak. Itu bukan tugasku lagi," gumam Sanika.