Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 Tidak Mengakui.
Melihat hal itu membuat Bi Asih tersenyum dan sementara Adara terlihat gugup yang sejak tadi saling memencet jarinya. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.
William masih saja tetap bengong yang melihat dirinya, William seperti tidak pernah melihat wanita cantik saja.
Mungkin William merindukan masa-masa bersama dengan Adara sewaktu mereka pacaran. Kala dulu bagaimana pasangan itu kerap kalis bersama dan pasti telinga Adara sudah kebal mendengar pujian dari William.
"Tuan William!" tegur Bibi.
Sekali menegur ternyata tidak membuat William sadar yang membuat Bibi menegur kembali dan akhirnya William tersentak saja. William seperti orang yang sudah kehilangan kesadaran saja.
"Tuan!" suara Bibi yang sedikit keras.
"Ha, iya," sahut William dengan terbata yang tampak salah tingkah dengan canggung dan malah terlihat seperti orang bodoh.
"Nona Adara sudah selesai tuan," ucap Bibi.
"Oh. Iya," sahut William yang benar-benar kebingungan harus berbicara apa sampai garuk-garuk kepala dan William mematikan telepon tersebut tanpa berpamitan. Tidak ingin terlihat bodoh di depan Adara yang membuat William langsung buru-buru masuk ke dalam mobil.
"Tuan William kenapa melamun? Apa Nona Adara cantik?" tanya Bi Asih yang sengaja menggoda William.
"Hah!" William tidak tahu harus dijawab apa.
"Bibi bicara apa! ayo cepat," ucap William yang berusaha untuk tenang yang membuat Bibi menganggukkan kepala.
"Ayo Nona masuklah!" titah biasa yang membuat Adara menganggukkan kepala.
Dengan jalan yang begitu cantik menggunakan heels tersebut Adara memasuki mobil yang pintunya dibukakan oleh Bibi. Adara yang duduk di bangku belakang bersama dengan William karena mereka disetir oleh supir. William mungkin malas untuk menyetir.
Setelah mengantarkan Adara dan mobil itu juga pergi Bibi menghela nafas yang akhirnya masuk ke rumah.
William dan Adara yang berada di dalam mobil yang terlihat duduk saling berjauhan sama-sama di dekat pintu.
"Kau jangan besar kepala atau memikirkan apapun dengan aku mengajakmu,"
"Aku terpaksa membawamu. Karena apalagi jika bukan perintah dari Nenek!" lanjut William yang tidak direspon oleh Adara.
"Jangan membuat masalah apapun di pesta dan jangan banyak bicara. Aku tidak mengizinkanmu untuk mengatakan satu hal pun, hanya bisa berbicara atas perintahku!" tegas William yang sejak tadi memberikan peringatan dan tidak sekalipun dijawab oleh Adara.
Mungkin Adara merasa tidak ada gunanya berbicara dengan William dan lebih baik diam saja.
"Entah hari apa ini? kenapa aku begitu siang sekali harus pergi dengan wanita sepertimu!" umpat William dengan menyergah nafas kasar ke depan yang terlihat melonggarkan dasinya.
Padahal di dalam mobil itu ac-nya sangat dingin, tetapi bisa-bisanya William sampai keringatan yang kegerahan dan entah apa yang membuatnya seperti itu. Sementara Adara tetap saja santai yang tidak peduli dengan apapun yang dilakukan William.
***
Akhirnya mereka berdua sampai juga di acara pesta yang diadakan di gedung mewah. Banyak mobil-mobil yang terparkir dengan rapi dan banyak orang yang memasuki gedung tersebut dengan pakaian yang mahal-mahal dan pasti berpenampilan sangat cantik dan tampan yang berpasang-pasangan dan ada juga yang sendiri-sendiri.
Entahlah acara apa itu, Adara juga tadi tidak sempat mempertanyakannya pada Bi Asih yang mungkin saja berurusan dengan hotel. Adara juga sudah lama tidak ke hotel dan tidak tahu bagaimana dan apa event yang diadakan.
Pintu mobil William dan Adara dibuka oleh penjaga yang mana mereka berdua langsung keluar dari mobil. William yang tiba-tiba memberikan tangannya agar digandeng Adara. Hal itu cukup membuat Adara heran.
"Aku juga terpaksa melakukan hal ini!" tegas William.
Adara diam dan tidak ingin menggandeng tangan itu.
"Ada apa? kau tidak ingin melakukannya dan sok jual mahal?" tanya William.
"Bukankah kamu tadi mengatakan terpaksa. Jadi untuk apa aku harus melakukannya," ucap Adara.
"Adara aku di sini tidak menyuruhmu untuk memilih kau suka melakukannya atau tidak. Jadi lakukan apa yang aku mau!" tegas William yang membuat Adara menghela nafas dan mau tidak mau melakukannya yang sekarang sudah menggandeng lengan suaminya itu dan mereka berdua memasuki gedung pesta tersebut.
Di dalam sudah banyak sekali orang yang terlihat saling mengobrol satu sama lain dan ketika berpapasan dengan William mereka juga menyapa William dan William memperlihatkan senyum ramahnya kepada para tamu tersebut.
"William, Adara," langkah mereka terhenti ketika Raka menghampiri mereka berdua.
"Kamu datang juga William ke acara ini dan kamu padahal kemarin mengatakan kepadaku tidak ingin datang. Kamu juga membawa Adara," ucap Raka.
"Jika tiba-tiba aku berada di sini yang artinya aku sangat terpaksa!" tegas William dan Adara yang berusaha untuk tuli agar tidak mendengarkan perkataan William yang selalu saja bicara dengan suka-sukanya.
Raka hanya tersenyum tadi yang sepertinya menyesal menanyakan semua itu kepada William yang pasti menyakiti perasaan Adara.
"Adara aku senang kamu ada di sini," ucap Raka mengalihkan suasana yang sedikit canggung itu.
Adara menganggukkan kepala dengan mereka berdua yang sama-sama tersenyum.
"Tuan William!" langkah William terhenti ketika ada yang memanggilnya.
"Tuan Andreas!" sapa William yang menyapa pria tersebut dan mereka bahkan berpelukan. Pria yang terlihat berusia sekitar 40 tahunan itu juga tersenyum kepada Adara dan pria itu juga membawa seorang wanita yang mungkin saja istrinya.
Adara berusaha bersikap sopan yang juga tersenyum ramah.
"Siapa wanita cantik ini tuan?" tanya wanita tersebut yang sangat penasaran yang sudah memuji kecantikan Adara.
"Dia sekretarisku," sahut William yang tidak mengakui Adara sebagai istri yang membuat Adara menoleh ke arah William.
Bukan hanya Adara. Raka saja begitu terkejut dengan pengakuan William yang benar-benar tega. Pernikahan mereka yang diadakan secara privat yang memang pasti tidak ada yang tahu kalau Adara adalah istri William.
"Kamu cantik sekali!" puji wanita itu yang baru pertama kali bertemu dengan Adara yang sepertinya sangat menyukai kecantikan natural.
Tidak ada respon dari Adara yang mana wajahnya masih terlihat sangat dingin yang melihat ke arah William begitu santainya yang tidak ingin mengakui dirinya. Tetapi apa yang diharapkan Adara untuk semua itu. Lagi pula mana mungkin William mengakui dia sebagai istrinya.
"William benar-benar sangat keterlaluan," batin Raka yang justru sangat kesal dengan sahabatnya itu.
"Tuan Wiliam, tuan Raka, dari pada kita berdiri tidak jelas. Alangkah baiknya kita langsung duduk saja," ucap Andreas yang mempersilahkan.
William menganggukkan kepala dan langsung duduk yang kebetulan memang ada kursi di sana. Raka juga ikut bergabung.
Pelayan yang langsung menghidangkan makanan pada mereka.
William dan pria itu yang terlihat berbicara yang mungkin pembicaraan mereka mengenai bisnis. Adara sudah mulai tidak nyaman berada di situasi itu. Masih terngiang di benaknya bagaimana William tidak mengakui dirinya sebagai istri.
Adara yang makan dengan rasa masakan yang tidak tahu rasanya seperti apa. Sementara William yang memang belum makan sama sekali dan mungkinkah dia juga tidak selera untuk makan.
"Kamu baik-baik saja Adara?" tanya Raka dengan pelan yang sejak tadi memperhatikan ekspresi wajah wanita yang tampak gelisah itu. Adara menganggukan kepala.
Jika Raka mengajak Adara untuk berbicara dan William pasti akan melirik yang benar-benar kepo dengan pembicaraan itu.
Bersambung.....