Konsep Cerita:
Riku, seorang pemain bisbol berbakat, memulai perjalanannya dari turnamen tingkat SMA, mewakili Jepang di tim junior, hingga berkompetisi di Pacific League dan WBC. Dengan tekad dan kerja keras, ia membawa timnya meraih kemenangan gemilang, termasuk di ASEAN Games. Namun, seiring berjalannya waktu, Riku mulai merasakan panggilan baru: membimbing generasi berikutnya. Setelah berkarir gemilang sebagai pemain, Riku memilih untuk pensiun dan menjadi pelatih, berfokus pada pengembangan bakat muda. Dengan penuh kebanggaan, ia mengakhiri perjalanan panjangnya, menyaksikan warisan yang ditinggalkannya tumbuh berkembang dalam dunia bisbol, yang terus dihormati oleh para pemain dan penggemarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Bab 34: Pertarungan Melawan Tekanan
Setelah kemenangan dramatis melawan Triton High, tim Seikou High tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai. Jadwal turnamen yang padat membuat mereka harus bersiap menghadapi tim berikutnya dalam waktu dua hari. Lawan mereka kali ini adalah Vanguard Academy, sebuah tim terkenal dari Amerika Utara yang dikenal karena permainan agresif dan mental baja.
Tekanan yang Mulai Terasa
Pagi harinya, di ruang latihan hotel, suasana terasa berbeda. Sebagian besar anggota tim tampak lelah, bukan hanya secara fisik tetapi juga mental. Riku menyadari hal itu dan memutuskan untuk mengumpulkan semua orang sebelum latihan dimulai.
“Kalian tahu, kemenangan kita kemarin luar biasa,” kata Riku sambil menatap rekan-rekannya. “Tapi kalau kita tidak fokus pada pertandingan berikutnya, kemenangan itu tidak ada artinya.”
Shinji mengangguk setuju. “Benar. Vanguard Academy terkenal dengan kekuatan mereka. Mereka tidak akan memberi kita waktu untuk bernapas.”
Pelatih Tsubaki memasuki ruangan dengan ekspresi serius. Ia membawa laporan analisis tentang Vanguard Academy, termasuk video pertandingan terakhir mereka. “Lihat ini,” ujarnya sambil memutar video di layar.
Tim Vanguard terlihat seperti mesin perang. Pemain-pemain mereka memiliki fisik yang kokoh, teknik yang matang, dan pola permainan yang agresif. Pitcher utama mereka, seorang pemain bernama Damian Carter, dikenal karena lemparan cepatnya yang mencapai 150 km/jam. Selain itu, mereka memiliki batter yang mampu memukul home run dari bola apa pun.
“Kunci menghadapi tim seperti ini adalah tetap tenang,” lanjut Pelatih Tsubaki. “Kalau kalian terpancing bermain dengan tempo mereka, kita akan kalah sebelum pertandingan dimulai.”
Namun, tekanan mulai terasa. Kaito, yang biasanya tenang, terlihat gelisah. Haruto, yang biasanya penuh semangat, menjadi lebih pendiam. Bahkan Shinji, yang terkenal percaya diri, tampak lebih banyak berpikir daripada berbicara.
Sesi Latihan yang Menentukan
Latihan hari itu lebih intens daripada biasanya. Pelatih Tsubaki memfokuskan tim pada dua hal utama: meningkatkan kecepatan reaksi dan memperkuat mental mereka menghadapi tekanan.
“Damian Carter mungkin memiliki lemparan tercepat di turnamen ini,” ujar pelatih. “Tapi dia bukan tak terkalahkan. Kalau kalian bisa membaca pola pergerakannya, kita punya peluang.”
Haruto mengambil posisi sebagai catcher saat Riku dan Shinji bergantian memukul. Pelatih meminta Haruto melempar bola dengan kecepatan tinggi, mencoba meniru gaya Damian Carter.
“Fokus pada gerakan tangannya,” kata Haruto. “Dia cenderung menarik lengannya lebih panjang untuk lemparan fastball. Itu tanda yang bisa kita manfaatkan.”
Riku mencoba menerapkan saran itu, tapi awalnya ia kesulitan. Bola Haruto terlalu cepat, dan Riku beberapa kali gagal memukul dengan akurat. Namun, dengan latihan berulang, ia mulai memahami pola tersebut.
Di sisi lain, Kaito berlatih mencuri base, mencoba mengatasi kelemahan pertahanan Vanguard Academy yang terlihat lambat dalam transisi dari pitcher ke baseman.
“Kalau kita tidak bisa mengalahkan kekuatan mereka, kita harus memanfaatkan kelemahan kecil mereka,” ujar Kaito.
Latihan berlangsung hingga malam hari. Semua pemain bekerja keras, tetapi Riku tetap merasa bahwa tekanan yang dirasakan timnya belum sepenuhnya hilang.
Hari Pertandingan
Ketika hari pertandingan tiba, stadion kembali dipenuhi penonton yang antusias. Tim Vanguard sudah berada di lapangan, menunjukkan kepercayaan diri mereka yang tinggi. Damian Carter berdiri di tengah lapangan, melakukan pemanasan dengan ekspresi dingin.
Tim Seikou High berkumpul di ruang ganti, mendengarkan kata-kata terakhir dari Pelatih Tsubaki.
“Ingat,” ujar pelatih. “Jangan biarkan mereka mengontrol permainan. Riku, kamu adalah kapten. Pastikan semua orang tetap fokus. Haruto, jangan biarkan Damian Carter mengintimidasi kalian dengan lemparannya.”
Riku mengangguk dan berdiri di depan rekan-rekannya. “Kita sudah bekerja keras untuk sampai di sini. Tidak ada alasan untuk takut. Ini adalah kesempatan kita untuk membuktikan bahwa kita layak menjadi juara.”
Sorakan semangat dari tim menggema di ruang ganti.
Awal Pertandingan
Pertandingan dimulai dengan Vanguard Academy yang mengambil giliran memukul lebih dulu. Damian Carter, yang selain pitcher juga seorang batter yang kuat, langsung menunjukkan kekuatannya dengan memukul bola ke arah luar lapangan. Beruntung, Haruto berhasil menangkap bola itu di udara, mencegah Vanguard mencetak angka di inning pertama.
Ketika giliran Seikou High untuk menyerang, Damian Carter menunjukkan kehebatannya sebagai pitcher. Lemparan pertamanya begitu cepat hingga Kaito, yang menjadi pemukul pertama, gagal sepenuhnya membaca arah bola.
Strike out!
Penonton bersorak mendukung Damian, sementara Seikou High mulai merasakan tekanan. Shinji, yang menjadi pemukul berikutnya, juga gagal memukul bola dengan baik.
Riku maju sebagai pemukul ketiga. Ia tahu bahwa timnya membutuhkan momentum. Damian meluncurkan bola dengan kecepatan luar biasa, tetapi Riku berhasil membaca gerakannya. Dengan ayunan kuat, ia memukul bola ke arah sudut lapangan, memungkinkan dirinya mencapai base pertama.
Namun, upaya itu belum cukup untuk mencetak angka. Damian dan timnya mempertahankan pertahanan ketat, membuat skor tetap 0-0 hingga inning keempat.
Pertempuran Mental
Di inning kelima, Vanguard akhirnya berhasil mencetak angka pertama melalui kombinasi serangan yang terorganisasi. Damian Carter memukul bola ke arah luar lapangan, memungkinkan dua pemain Vanguard kembali ke home plate. Skor menjadi 2-0 untuk keunggulan Vanguard.
Tim Seikou mulai kehilangan semangat. Riku menyadari bahwa tekanan ini bisa menghancurkan timnya.
“Jangan biarkan mereka menguasai pikiran kita!” teriak Riku di ruang istirahat. “Kita tahu bagaimana cara melawan mereka. Percaya pada latihan kita!”
Kata-kata Riku mulai membangkitkan semangat tim. Ketika giliran mereka menyerang, Shinji akhirnya berhasil mencuri base dengan memanfaatkan kelambatan transisi Vanguard. Haruto memukul bola dengan akurat, memungkinkan Shinji mencetak angka pertama untuk Seikou.
Skor berubah menjadi 2-1.
Momen Penentuan
Inning terakhir tiba dengan Vanguard masih memimpin. Damian Carter tetap di lapangan, mencoba mengunci kemenangan bagi timnya. Namun, Riku memiliki strategi terakhir yang belum mereka gunakan.
“Kaito, ini giliranmu,” ujar Riku. “Bermainlah seperti yang kita latih. Jangan takut mengambil risiko.”
Kaito maju sebagai pemukul pertama. Damian meluncurkan bola dengan kecepatan tinggi, tetapi Kaito, yang biasanya lebih defensif, memukul bola dengan penuh kekuatan. Bola itu melesat ke arah luar lapangan, memberikan waktu bagi Kaito untuk mencapai base kedua.
Dengan Kaito di base kedua, Shinji kembali mencuri base, sementara Riku menunggu giliran untuk memukul. Damian, yang mulai terlihat lelah, meluncurkan lemparan terakhirnya. Riku membaca gerakan itu dengan sempurna, memukul bola ke arah yang tidak terjangkau oleh pemain Vanguard.
Bola melayang jauh, memungkinkan Kaito dan Shinji mencetak angka tambahan.
Sorakan penonton menggema di seluruh stadion ketika Seikou High berhasil membalikkan keadaan. Skor akhir 3-2 untuk kemenangan Seikou!
Kemenangan yang Melelahkan
Setelah pertandingan, tim Seikou berkumpul di tengah lapangan, merayakan kemenangan mereka dengan penuh emosi. Riku, yang menjadi pahlawan pertandingan, merasa lega namun juga sadar bahwa pertandingan ini hanya salah satu dari banyak tantangan di depan.
“Kita menang karena kita percaya pada diri kita sendiri,” ujar Riku kepada timnya. “Dan itu yang harus terus kita lakukan.”
Tim Seikou melangkah ke babak berikutnya dengan kepala tegak, siap menghadapi siapa pun yang menanti mereka di lapangan.