Kasih Di Rantau

Kasih Di Rantau

1. Jumpa denganmu.

Tolong lebih menghargai karya dan tidak mengkaitkan dengan satu pihak tertentu. Mari kita berhalusinasi di dunia fiksi.

🌹🌹🌹

Bang Ringgo memberikan penghormatan terakhirnya pada Almarhum Praka anumerta Zurman. Beliau adalah salah seorang prajuritnya yang gugur dalam membela bangsa dan negara di tanah ujung bagian timur. Terlihat olehnya tangis seorang wanita yang tengah mengandung usia empat bulan.

Langkah besar Bang Ringgo menghampiri Laras yang sedang menangis memeluk foto suaminya.

"Saya turut berduka cita atas kematian suamimu. Semoga amal ibadah almarhum di terima di sisi Allah SWT." Do'a tulus Bang Ringgo sambil berjongkok di hadapan Laras.

"Terima kasih banyak, Pak Ringgo." Jawab Laras dengan berat hati.

Bang Ringgo mengeluarkan sapu tangannya lalu menghapus air mata Laras. "Kamu masih simpan nomer saya?? Kalau ada apa-apa, kamu hubungi saya..!!"

Laras mengangguk tanpa menatap wajah Bang Ringgo.

Tak lama ingatannya kembali pada kekasihnya saat ini.

Flashback Bang Ringgo on..

"Kapan Abang bisa dapat kepastian, ini sudah ketiga kalinya Abang melamarmu tapi kamu tetap tidak memberikan jawabanmu. Abang sudah ingin sekali punya anak." Kata Bang Ringgo.

"Farin masih pengen kerja, Bang." Jawab Farin singkat saja.

"Abang tidak akan melarangmu bekerja, Abang hanya ingin kita segera menikah. Abang temui Papa dan Mama mu ya?"

"Jangan dulu, Bang. Kenapa sih Abang ingin terburu-buru punya anak??? Carilah perempuan lain kalau memang Abang tidak bisa menunggu..!!"

Flashback Bang Ringgo off..

"Arrrgghh..!!!" Bang Ringgo mengacak rambutnya.

Untuk ketiga kalinya Farin menolak lamarannya. Alasan Farin seakan tidak masuk akal dan hanya sekedar mencari alasan untuk menghindari dirinya saja. Hingga akhirnya kecurigaannya selama ini semakin menjadi.

ddrrtt.. ddrrttt..

"Selamat siang.. ijin arahan, jenderal..!!"

"Hari ini jadwalmu 'naik', kan??" Tanya jenderal.

"Siap, kami sudah berada di kediaman perdana menteri.. ijin arahan..!!"

"Mbak Niken kemarin baru pulang dari luar negeri usai belajar ilmu 'kepercayaan', perdana menteri minta kamu menemaninya keliling ibukota." Kata jenderal.

"Siap.. kami laksanakan..!!" Jawab Bang Ringgo yang tidak mungkin bisa menolak perintah atasan.

Masalah pribadi di hatinya tidak mungkin di kaitkan dengan pekerjaan. Panggilan telepon pun tertutup.

Bang Ringgo hanya bisa membuang nafas kasar mengetahui dirinya harus berurusan dengan putri perdana menteri yang selama ini selalu menjadi omongan di kalangan para ajudan karena kelakuannya.

...

Seorang gadis menaikan kakinya ke atas meja dengan sebatang rokok di sela jarinya. Matanya melihat penampilan Bang Ringgo dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Ini ajudan Papaku?? Tingginya boleh, tapi kulitnya segelap Om Rud dan Om Ribas.. Aahh.. Om siapa lagi itu ya???? Apa tidak bisa ya, laki-laki merawat dirinya agar lebih bersih." Oceh Niken Ayu Prada. "Beginikah pria yang yang disukai Kakak ku?"

Bang Ringgo mengepalkan kedua tangannya karena merasa jengkel namun tidak bisa menjawab apapun karena yang ada di hadapannya saat ini adalah putri perdana menteri.

"Hhh.. apa boleh buat. Nanti Om antar aku ke road race motor di Kotalama..!!" Perintah Niken sambil melihat nama dada pria di hadapannya.

"Maaf Mbak Niken, tempat itu sangat berbahaya untuk perempuan. Lebih baik tidak pergi kesana." Kata Bang Ringgo.

"Om Ringgo nggak usah cemas. Atau kalau Om nggak mau antar aku kesana, Om pergi saja ke tempat lain. Nanti usia acara baru Om jemput aku." Saran Niken memberikan pilihan.

"Saya sarankan tidak kesana..!!" Jawab Bang Ringgo masih teguh pendirian.

Mendengar jawaban itu, Niken pun meradang. Baru kali ini ada ajudan Papanya yang berani menentangnya.

Seperti sebelumnya, jika Niken tidak menyukainya maka ia akan menghubungi Papanya secara langsung.

"Paaaaaaa.."

"Assalamu'alaikum.. Ada apa?"

"Waalaikumsalam. Papa pecat ajudan Papa yang namanya S. A Pringgodani..!!"

Terdengar suara desah berat di seberang sana. "Ini sudah ke berapa kalinya?? Sekarang Letnan Ringgo ada salah apa sama kamu?"

"Buat masalah, Pa." Jawab Niken.

"Letnan Ringgo adalah salah satu militer pilihan. Sejak dulu Papa yang mendidiknya. Papa harus mengalahkan banyak pihak untuk bisa membawanya ikut bersama Papa. Papa juga tidak sembarang menarik ajudan. Sekarang masalah apa yang Letnan Ringgo buat?" Ujar Papa Ahlam Ghalib yang begitu mengenal putrinya.

"Beda prinsip sama Niken."

"Kamu tidak usah sok menaikan masalah dengan nada tinggi. Papa tau prinsip yang kamu jabarkan hanya sekedar bubur di aduk atau tidak di aduk." Omel Papa Ahlam sakit kepala dengan ulah putrinya. Satu-satunya putri yang membuatnya sakit kepala. "Berikan ponselmu ke Letnan Ringgo..!!"

Mau tidak mau Niken memberikan ponselnya pada Bang Ringgo seraya menggerutu.

"Selamat sore, Pak. Ijin arahan..!!" Dalam keadaan berdinas, Bang Ringgo akan menjawab atasannya secara formal.

"Kalau kamu rasa ada yang berbahaya dengan permintaan Niken, tolong kamu larang..!! Tapi kalau tidak bisa di atasi, terserah bagaimana caramu asalkan Niken tetap baik-baik saja..!! Niken sudah seperti adikmu sendiri, kan..!!" Perintah Papa Ahlam meskipun selama ini Letnan Ringgo tidak pernah melihat wajah Niken setelah sekian lamanya. Hanya gaung bahwa putri perdana menteri adalah gadis yang pintar dan lemah lembut.

"Siap.. kami menyesuaikan perintah..!!" Jawab Bang Ringgo.

Setelah menyelesaikan pembicaraan, Bang Ringgo menyerahkan ponselnya pada Niken.

"Apa kata Papa??? Harus nurut sama Niken, kan???" Tanya Niken penasaran sambil menerima ponselnya.

"Saya di perintahkan perdana menteri untuk melarang Mbak Niken pergi ke tempat berbahaya..!!" Jawab Bang Ringgo masih tetap formal.

Kening Niken berkerut ragu. "Benarkah?? Kalau tidak bisa melindungiku lalu untuk apa Om jadi ajudan??"

//

Deru nafas memburu mengurai rasa rindu sepasang anak manusia. Paham dirinya mulai tidak baik-baik saja, Bang Rudha pun menarik diri dan mengancingkan kembali pakaian Farin.

"Kita tidak mungkin seperti ini terus, dek..!! Abang bisa khilaf..!!" Kata Bang Rudha.

"Lamar Farin, Bang..!!" Pinta Farin.

Bang Rudha mengangguk, ia pun paham batasan diri saat bersama wanita yang begitu di cintainya. "Abang siapkan berkas untuk pengajuan nikah."

Farin memeluk Bang Rudha dengan erat. Setitik air matanya tumpah. Ada rasa bersalah di dalam hatinya namun sungguh perasaan cintanya hanya untuk Bang Rudha.

...

Ulah Niken membuat Bang Ringgo terpaksa menurutinya. Bukan karena tidak berani tapi semua demi harga diri. Seorang Ringgo pantang untuk di remehkan.

Niken begitu bahagia karena Letnan Ringgo mengabulkan keinginannya untuk hadir di acara road race motor.

Sebuah motor melaju dan berhenti tepat di depan Niken. Niken pun menyambutnya dengan ciuman singkat di bibir.

"Kamu bawa herder?" Tanya pria yang masih duduk di atas motor.

"Biasalah, jalur keamanan Papa..!!" Jawab Niken.

"Enak ya jadi orang berada, bagaimana caranya bisa jadi mantu Papamu?" Tanya pria tersebut.

"Lamar aku donk..!!" Pinta Niken.

"Boleh, tapi setelah acara ini, kita nge-room ya..!!" Ajak pria tersebut.

Belum sampai Niken menjawabnya, Bang Ringgo sudah menarik jaket pria tersebut dan menghajarnya tanpa ampun.

buugghhh..

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

siti muhlihah

siti muhlihah

aku mampir lgsg mba nara,aaa aseeek up karya barunya,senengnya aki,trmksh mba nara🥰🥰😍😍😘😘

2024-11-10

2

NauraHaikal

NauraHaikal

baru sempet mmpir mb' nara.. tp selalu suka sama karya² author Nara 👍👍🥰

2024-11-18

1

Setyaningsih

Setyaningsih

ada notif langsung cusss karya mb Nara

2024-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!