Novel ini terinspirasi dari novel lain, namun di kemas dalam versi berbeda. Bocil di larang ikut nimbrung, bijaklah dalam memilih bacaan, dan semua percakapan di pilih untuk kata yang tidak baku
-Entah dorongan dari mana, Dinar berani menempelkan bibirnya pada mertuanya, Dinar mencoba mencium, berharap Mertuanya membalas. Namun, Mertuanya malah menarik diri.
"Kali ini aja, bantu Dinar, Pak."
"Tapi kamu tau kan apa konsekuensinya?"
"Ya, Saya tau." Sahutnya asal, otaknya tidak dapat berfikir jernih.
"Dan itu artinya kamu nggak boleh berenti lepas apa yang udah kamu mulai," kata Pak Arga dengan tegas.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon An, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Netra Pak Arga sekilas menatap Dinar, sialnya, Dinar merasa canggung. Dia memutuskan untuk lebih baik menghindar.
"Mas, aku mau ke dapur dulu." Vano mengangguk, kembali melanjutkan obrolan keduanya. Di dapur, Dinar terdiam sejenak. Dia memukul kepalanya menyadari kekeliruan apa yang sudah Dinar lakukan. Bagaimana bisa dia terbuai, dan ikut berlarut dalam cumbuan Pak Arga?
Memang Dinar akui kalau pesona mertuanya juga sangat memikat. Mungkin, perempuan mana-pun yang akan di cumbu oleh lelaki itu pasti tidak akan bisa menolak.
"Gimana bisa kamu terbuai dengan mudahnya, Dinar, gimana bisa?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi buta, kembali pada aktivitasnya menyiapkan sarapan untuk keluarga. Di rumah hanya ada dia, suaminya, dan mertuanya. Arin? Perempuan itu masih menginap di rumah temannya, mungkin siang, atau sore, dia akan kembali ke rumah.
Dengan hati yang berbunga, Dinar memasakan makanan spesial. Makanan untuk menyambut kepulangan suaminya. Sayur sop jagung, dengan sambal terasi, rebusan daun ubi, tidak lupa tempe goreng dan kerupuk udang.
Vano sangat sederhana, tidak neko-neko. Untuk urusan makan, dia hanya meminta menu yang itu-itu saja. Selebihnya apa yang Dinar masak, dia akan menghabiskannya.
Setelah selesai menyiapkan makanan di meja makan, Dinar menuju ke kamar untuk membangunkan suaminya. Saat dia buka pintu kamar, Vano ternyata sudah membuka mata. Mata pria itu kini berkutat pada ponsel yang ada di genggaman-nya. Dinar pun mendekat. Menyentuh lengannya, menegurnya dengan pelan.
"Mas, sarapannya udah siap."
Vano yang masih sibuk dengan ponselnya, lalu mengangguk. Dia menatap Dinar lalu tersenyum tipis, "Bangunkan Bapak aja dulu. Mas masih ngurus kerjaan sebentar."
Dinar menghela napas, bibirnya mengerucut ke depan, "Baru aja pulang, masih aja membahas pekerjaan. Kamu ini nikah dengan orang apa dengan kerjaan kamu, Mas?"
"Jangan merajuk. Maafin Mas. Yaudah, Mas nggak akan ngelanjutinya, maaf."
Dinar tersenyum mendengarnya, "Yaudah, kamu bersih-bersih sama turun buat makan. Aku bangunin Bapak dulu."
Dinar bangkit dan kemudian pergi menuju kamar Pak Arga. Dia berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Dia sudah melupakan kejadian sebelumnya.
Sampainya di depan kamar, Dinar menghela napas, dan mulai mengetuk pintu. "Pak, sarapannya udah siap."
Kembali di ketuk pintu kamar itu, namun juga tidak ada sahutannya. "Bapak, sarapannya udah siap. Mari kita makan sama-sama!" Teriaknya sedikit kencang.
Tidak kunjung ada jawaban juga, Dinar lalu memberanikan diri memutar engsel pintu kamar Pak Arga. Saat pintu terbuka, kamarnya kosong.
"Loh, di mana Bapak? Kok kamarnya kosong?" Gumamnya heran.
Dia yang terheran, berjalan melangkah ke dalam, namun, tidak ada tanda-tanda kehadiran Pak Arga-pun di dalam.
"Apa Bapak lagi ke luar?"
Dinar memutuskan untuk berbalik ke luar. Namun, saat tubuhnya berbalik, dia menabrak dada bidang.
Deg!
Sialan! Tubuhnya hampir saja jatuh, jika sebuah tangan tidak merengkuhnya. Pak Arga sigap merengkuh tubuhnya. Melingkarkan tangan pada pinggang Dinar.
"Apa yang kamu cari?" Gumamnya parau.
Dinar mengerjapkan mata. Pria itu muncul tidak mengenakan apapun di atas tubuhnya. Hanya celana boxer berwarna merah kotak-kotak, yang dia kenakan.
Memang Pak Arga menginjak kepala empat, namun tubuhnya masih segar seperti atletis dengan perawakan wajah yang tampan. Apakah ini yang dikatakan pesona pria matang?
"Kamu dengarin Bapak ngomong gak?" Dinar tersadar, lalu melerai jarak diantara mereka. Dinar mundur satu langkah dengan gugup. Sambil merapikan rambutnya.
"Dinar datang buat panggil Bapak sarapan. Tapi, gak ada sautan dari dalam, jadi, Dinar masuk, Pak."
"Oh, Bapak lagi di kamar mandi tadi."
"Ah gitu. Yaudah, Dinar keluar dulu. Mas Vano mungkin udah nyari Dinar," Alibinya.
Saat Dinar hendak ke luar, tangannya di tahan. Dinar berdegub kencang sekali. Dia beranikan diri menoleh ke belakang, menatap Pak Arga. Pak Arga menatapnya.
"Semalam,-"
"Dinar paham! Ini cuman salah paham, gak berarti apa pun. Dinar juga salah, ikut terbuai dan merespon semalam. Bapak gak perlu khawatir. Dinar gak akan salah paham lagi," Katanya langsung.
Tapi respon mertuanya di luar duga'an, lelaki matang itu terkekeh, "Salah paham pun enggak masalah."
Kening Dinar mengerut. "Maksud Bapak?"
Pak Arga melangkah maju, lalu mendekat. Tangannya terangkat dan memegang dagu Dinar, mengangkat wajah wanita itu untuk menatap matanya lekat.
"Semalam, saya sungguh menikmatinya. Apa kamu tidak?" Tanyanya serius.
...BERSAMBUNG,...
Dinar sll membayangkan sentuhan lembut pak arga sll memabukan dan sll ketagihan sentuhan mertuanya...
Pak arga sll memperlakukan dinar sangat so sweet dan romantis bingit dan sll nyaman berada di dekat pak arga....
lanjut thor..