banyak mengandung ***, tolong yang dibawah umur bijaklah dalam membaca setiap novel.
karya ini adalah karya saya di platform sebelah. terpaksa saya pindahkan disini sebab novel ini sudah hilang di platform sebelah. saya sudah menunggu beberapa bulan kembali nya novel ini tapi nyatanya tidak kembali lagi.
mengandung *** bijaklah dalam membaca
Zahra harus rela di nikahi oleh calon suami kakaknya, intan. sebab intan kabur di hari H pernikahannya. tak ada pilihan lain akhirnya Zahra menuruti keinginan orang tua angkatnya. ingin rasanya wanita itu menolaknya tapi hal itu menyangkut nama baik keluarga mereka.
William menyalahkan Zahra atas hilangnya calon istri saat menjelang pernikahan, pria itu mengira jika Zahra dalang dibalik semua ini karena iri dengan intan.
seakan buta mata dan hati, William terus saja menyiksa Zahra setelah menjadi istrinya. hari-hari dijalani Zahra penuh dengan penyiksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"ada apa lagi mbak Jihan dan ibu Marwah datang kesini ?". Tanya Zahra tanpa menyuruh tamunya masuk, karena tamu ini begitu berbeda dengan yang lain. Tamu menyebalkan dan juga suka bikin onar.
"Padahal saya sudah peringatkan kamu yah Zahra jangan pernah goda pak Nalendra". Jihan langsung menyosor dengan kata-kata yang tak pantas.
"Maksud mbak Jihan apa ? Pak Nalendra juga blm pulang dari kota. Beliau juga nggak pernah lagi kesini. Jadi maksud nya apa ". Tanya Zahra heran dengan kelakuan anak dari Marwah itu.
"Kamu kan yang nyuruh pak Nalendra supaya nggak mau ngangkat telepon aku kan ? Apa yang kamu katakan haaa. Kamu ngadu sama dia".
"Denger yah mbak Jihan, saya bahkan sedikitpun tidak pernah berkomunikasi dengan pak Nalendra semenjak dia ke kota. Jadi jangan pernah menuduh sembarangan nanti jatuhnya fitnah".
"Tapi kenapa dia tidak angkat telepon saya ?". Tanya Jihan dengan melotot.
"Yah mana saya tau, kenapa situ malah kesini. Dasar aneh".
"Ihh dasar yah tak bejek-bejek mulutmu dibilangin selalu ada saja jawabannya". Timpal Bu Marwah yang geram melihat Zahra karena tak merasa takut dengan mereka.
Semenjak ada Zahra dikampung itu entah kenapa anak dan ibu itu sangat tidak menyukai nya, padahal Zahra tidak pernah menganggu nya bahkan tak mengenalnya sama sekali, tapi mereka duluan yang selalu mencari gara-gara walau itu masalah sepele sekalipun.
"Loh Bu Marwah ini aneh, saya ini punya mulut tentu saja akan menjawab semua tuduhan yang tidak benar dari anak ibu. Jika kalian hanya datang kesini mencari keributan silahkan angkat kaki segera, karena saya tidak mau menerima tamu yang tidak ada itikad baiknya sama sekali".
"Eh eh kur*ng aj*r kamu yah sama ibu saya". Ungkap Jihan yang siap menampar Zahra tapi tertahan karena dari arah belakang terdengar suara yang begitu tidak asing ditelinga mereka.
"Siapa yang kurang ajar ?".
Deg
Jihan yang sudah mengangkat tangannya langsung segera menurunkannya, berbalik melihat sang pujaan hati. Dengan muka yang sengaja di poloskan seakan malu-malu.
"Eh pak Nalendra, ini pak Zahra, masa aku dan ibu mau bertamu tapi di usir sih kan kurang ajar namanya". Adunya pada Nalendra dengan suara dibuat manja.
Zahra memutar bola matanya malas melihat bagaimana dramanya Jihan bila ada Nalendra didekatnya.
"Cocok sih jadi artis abal-abal". Kata Zahra membuat Jihan melotot kan matanya.
"Apa begitu Zahra ?". Nalendra kini beralih menatap Zahra seakan menunggu jawaban.
"Iya betul kak, aku memang nggak Nerima tamu kayak mereka ini".jawab Zahra santai.
"Tuh benerkan pak apa kata aku, Zahra ini memang jahat orangnya. Padahal orang baru loh dikampung ini tapi belagu banget".
Nalendra menghela nafasnya, sebenarnya dia sudah tau jika Jihan selalu mendatangi rumah Zahra karena merasa cemburu dengannya. Bahkan Nalendra juga tahu jika selama ini Jihan sudah mengaku jika dia adalah calon suaminya tapi Nalendra hanya membiarkan saja dulu yang penting tak ada dirugikan.
Tapi setelah mendengar kembali laporan dari orang kepercayaannya, kali ini dia tidak akan membiarkan masalah ini berlarut-larut apalagi Jihan suka memarahi para pekerja dikebun dan memaksa menyuruh bekerja padahal sudah istirahat.
"Sudah-sudah saya sudah tahu semuanya". Jihan tersenyum senang karena mengira jika Nalendra percaya padanya begitupun Bu Marwah tak kalah senang.
"Jadi bapak Tau kan kalau Zahra selama ini pura-pura polos saja seakan dia paling suci". Ungkap Jihan menatap Nalendra penuh harap
Nalendra menggeleng kepalanya melihat tingkah Jihan, jika bukan karena pak Tarto yang merekomendasikan anaknya untuk menjadi sekretaris mungkin dia tidak akan menerima seorang Jihan apalagi kerjanya terbilang tidak ada yang becus bahkan selalu lelet.
Pak Tarto dulunya juga sekretaris Nalendra yang begitu cekatan tapi beliau harus meninggal karena kecelakaan tapi sebelum itu memang beliau merekomendasikan anaknya seakan mengetahui ajalnya sudah dekat.
"Sebelumnya maaf yah Jihan dan juga Bu Marwah, selama ini saya mempekerjakan Jihan menjadi sekretaris mengantikan almarhum pak Tarto karena memang permintaan beliau sebelum meninggal. Saya kira kemampuan yang dimiliki beliau bisa menular pada anaknya tapi ternyata saya salah besar. Jihan bahkan tak tahu apa-apa mengenai apa yang dikelolanya. Dan juga saya mendengar jika selama ini Jihan dan Bu Marwah selalu semena-mena pada para pekerja bahkan mengaku jika saya calon suami kamu Jihan".
Nalendra kembali menghela nafas panjang "sebenarnya sudah lama saya mendengar jika selama ini Jihan mengaku jika saya ini calon suaminya, saya hanya diam bukan karena saya suka tapi saya hanya berfikir mungkin itu hanya sesaat. Tapi lama-kelamaan kalian ngelunjak dibelakang saya jadi saya tekankan jangan pernah mengaku bahwa saya ini calon suami kamu, bahkan rasa suka tak pernah timbul dihati saya untuk dirimu Jihan. Jadi dengan ini saya memecat kamu Jihan, orang kepercayaan saya yang akan mengurus gaji dan juga pesangon kamu nantinya". Sambunya lagi menatap Jihan dan ibu Marwah secara bergantian.
Jihan bagai dihantam batu besar, rasanya begitu sakit mendengar orang yang dia suka selama ini mengatakan itu depan banyak orang bahkan didepan orang yang paling dia benci akhir-akhir ini. Seketika tubuhnya lemas untung ibu Marwah segera menahannya agar tak terjatuh.
Kini orang-orang mulai berbisik bahkan ada juga yang menertawakan mereka. Ibu Marwah merasa geram dengan semua ini.
"Apa salahnya pak Nalendra membalas perasaan anak saya, Jihan bahkan lebih baik dari Zahra bahkan lebih cantik anak saya". Kata Bu Marwah menatap sinis Zahra.
"Ini bukan tentang cantik Bu Marwah, tapi memang saya tidak pernah mencintai anak ibu dan mengenai untuk membalas perasaan anak ibu, saya rasa itu tidak bisa dipaksakan saya punya kriteria sendiri dalam mencari pasangan hidup dan jangan pernah ibu melibatkan Zahra dengan semua ini karena dia tidak tahu apa-apa!!!!". Tegas Nalendra menatap tajam Bu Marwah dan Jihan.
"Saya tidak terima semua penghinaan ini, awas saja kalian tunggu pembalasanku dan untuk kamu Zahra jangan senang dulu, saya tidak akan pernah akan membuat mu bahagia karena sudah membuat anak saya seperti ini. Ingat itu!!". Kata Bu Marwah dengan mata melotot bahkan kini mukanya sudah memerah karena merasa malu bercampur marah.
"Huuuuu dasar Mak lampir, dia yang salah malah nyalahin neng Zahra".
"Hee Bu Marwah ini aneh kenapa juga situ marah-marah sama neng Zahra. Mala segala ngacam lagi".
"Situ waras nggak sih Bu".
"Sudah gila kali mereka berdua itu karena ditolak mentah-mentah sama pak Nalendra".
Ucap beberapa tetangga yang memang tidak menyukai mereka berdua yang sok berkuasa, diiringi tawa para warga akhirnya ibu Marwah dan Jihan segera meninggalkan tepat itu karena sudah terlalu malu sudah diangkat tinggi malah dijatuhkan kembali.
Setelah kepergian dua orang itu akhirnya para warga pada bubar menuju ruang masing-masing.
"Kamu nggak apa-apa kan ?". Tanya Nalendra menatap zahra.
"Saya nggak apa-apa kok kak, tenang saja". Jawabnya tanpa melihat lawan bicaranya.
"Maaf yah, gara-gara aku kamu harus menghadapi dua orang itu". Ungkap Nalendra merasa bersalah.
"Santai saja kak, memang dia itu nggak pernah suka sama saya semenjak tinggal disini entah kenapa padahal kakak dan saya tidak ada hubungan apa-apa dan juga dengan Jihan pun begitu tapi rasanya selalu saja dia mencari kesalahan yang tidak pernah saya buat".
"Sudah jangan pikirkan mereka lagi. Oh iya aku ada kabar bagus untuk kamu. Tentang William". Kata Nalendra seakan antusias.
Sedangkan Zahra memalingkan wajahnya menghela nafas berat entah kabar apa bagus apa yang dibawa Nalendra mengenai suaminya itu. Menurut nya tak pernah ada kabar bagus jika mengenai laki-laki itu hanya ada kesakitan yang tertanam di hatinya.
Bersambung...