Diam dan nikmati saja kehidupanmu yang sekarang! Wanita miskin sepertimu bukankah hanya menginginkan harta dari orang kaya sepertiku!
Kata-kata itu yang selalu Calista dengar setiap hari dari suaminya saat ia menginginkan kebebasannya.
Calista adalah gadis miskin yang dipersunting oleh seorang tuan muda kaya raya.Namun rupanya pernikahan yang ia dambakan akan indah hanya jadi khayalannya saja.
Nyatanya dia terkurung dalam sangkar emas milik suaminya.
Hidup bergelimang harta tak membuatnya bahagia.
Hinaan, cacian,bahkan kata-**** ***** selalu Calista dengar dari mulut suaminya.
Akankah Calista bisa bebas dari jerat suaminya,akankah dia bisa keluar dari sangkar emas suaminya?
Simak kisah selengkapnya..
Haii readers,minta dukungannya ya untuk karyaku yang terbaru.Semoga karyaku yang ini bisa bersinar dan menghibur kalian semua..🫰🫰🫰🫰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CL 4
Kediaman Akbar....
" Aku mohon mas,izinkan aku pergi kerumah orangtuaku sekali ini saja.Hiks aku sangat hawatir dengan keadaan mereka." Ucap seorang perempuan cantik yang bersimpuh dikaki suaminya.
" Tidak! Aku bilang tidak ya tidak! Apa kamu tuli Calista? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kamu tidak akan pernah aku izinkan keluar dari istanaku ini!" Sentak suami Calista.
" Tapi mas,bukankah dulu mas bilang tidak akan pernah membatasiku dengan keluargaku.Bukankah diawal pernikahan kita kamu bilang aku bebas menemui keluargaku mas,tolong mas tolong!"
Calista terus mengiba kepada suaminya namun Akbar tetap bergeming.
" Mas tolong mas bapak sakit dan dia butuh aku mas.Apa mas tega membiarkan bapak kesakitan disana.Mas aku mohon!"
Calista tetap berusaha memohon kepada suaminya.Berhatap hatinya terketuk dan luluh akan air mata Calista.
" Diam! Apa mulutmu tidak lelah sedari tadi terus berteriak memohon kepadaku! Sampai orangtuamu mati sekalipun kamu tidak akan pernah bisa menemuinya Calista.Hahahahahah!" Suara Akbar menggema dirumah besar itu.
" Mas! Dia orangtua ku mas!" Sentak Calista.
" Apa kamu fikir aku akan perduli? Tidak Calista sayang." Suara dingin Akbar membuat Calista merinding.
Sorot matanya yang tajam membuat Calista mundur satu langkah dari suaminya.
Meskipun sudah menikah duabulan lamanya Calista tetap gak bisa mengenali suaminya.
Terkadang Akbar menjelma menjadi sosok suami yang romantis dan penuh cinta,namun terkadang Akbar seperti seorang monster yang menakutkan.
" Hiks hiks aku mohon mas,aku hanya ingin menemuinya sebentar.Stelah mengantarnya berobat aku akan pulang mas aku janji." Callista mulai melemahkan nada bicaranya.
" Tidak! Sekali tidak tetap tidak! Masuklah kekamarmu atau aku akan menggoreskan ujung pisauku ini kelehermu yang mulus ini!"

" Mas!"
"Masuk Calista! Jangan mendebatku lagi,aku tidak akan segan-segan menyakitimu." Bisik Akbar.
" Kamu jahat mas! Hiks hiks,tega kamu mas." Isak Calista.
" Hahahaha aku memang jahat Calista,orangtuamu sudah mendapatkan seratus juta dariku.Apa itu tidak cukup,jika bapakmu yang sialan itu sakit lantas kenapa tidak kedokter! Dengan kamu datang itu tidak akan membuatnya sembuh Calista." Ujar Akbar.
Braaaak
Klek kleek
Setelah mengunci pintu dan mengurung Calista didalamnya Akbar lantas pergi kebawah.
" Makan siang sudah siap Tuan." Ucap seorang Art yang dipekerjakan oleh Akbar hanya untuk bersih-bersih dan membuat makanan saja.
Akbar memang tidak terlalu suka jika rumahnya dihuni banyak orang.Rumah berlantai tiga itu hanya dihuni oleh Calista dan Akbar.
Para bodyguard Akbar diberi tempat khusus dipaviliun,sementara dipos satpam hanya ada dua satpam dipos depan dan belakang.
Akbar menyewa lima orang Art namun tidak menginap dirumahnya.
Para art hanya akan datang diwaktu pagi dan pulang disore hari.
" Em!" Jawab Akbar singkat.
" Mau kemana kamu asih!" Suara bariton Akbar membuat asih hampir saja kehilangan keseimbangannya saat hendak melangkah menaiki anak tangga.
" Ma-mau panggil nyonya tuan!" Jawa asih dengan suara bergetar.
" Kembali ketempatmu jika kamu masih ingin bekerja disini." Ucap Akbar,suaranya lirih namun terdengar menakutkan ditelinga asih.
" I-iya tuan!"
...****************...
Rumah sarkum dan Karlina.....
" Bu apa Calista bisa datang?" Tanya sarkum dengan suara yang semakin melemah lantaran menahan sesak dalam dadanya.
Penyakitnya kambuh setelah beberapa bulan dinyatakan sehat.Sarkum dan Karlina pindah rumah dan membeli rumah baru yang lebih layak dihuni dipinggiran desa.Tak terlalu jauh dari tempat asalnya namun tempat barunya lebih baik dari tempat sebelumnya.
Berbekal uang hasil penjualan rumah dan tanah yang lama dan uang seratus juta pemberian Akbar,Karlina dan sarkum memutuskan untuk membuka usha kecil-kecilan dengan berjualan nasi rames didepan rumahnya.
Kebetulan rumahnya terletak didepan jalan desa,jalan yang menjadi satu-satunya jalan alternatif yang dilalui hampir semua warga yang berkerja diperkebunan dan juga dekat dengan pabrik obat-obatan milik Akbar.
Namun karena kelelahan membantu istrinya akhirnya sarkum jatuh sakit lagi.
" Sudahlah pak,jangan berharap Calista akan datang.Mungkin suaminya tidak mengizinkan Putri kita menemui kita." Ujar Karlina dengan yang sudah merah menahan laju airmatanya agar tak menetes didepan suaminya.
Semenjak hari dimana Calista diperistri oleh Akbar,sejak hari itu pula pertemuan terakhir Calista dengan orangtuanya.
" Bu! Ada apa?" Tanya sarkum saat melihat istrinya tiba-tiba diam.
" Tidak ada pak,sudah ayo kita kedokter sendiri saja.Ibu mau siap-siap,bapak tunggu disini jangan bangun dulu sebelum ibu kembali." Setelah mengatakan itu Karlina lantas pergi kekamarnya.
" Bapak tau Bu,anadi dulu kita tidak menerima uang itu.Hidup susah tapi kumpul,meskipun makan seadanya tidur ditempat yang keras tapi hidup kita tenang.Maafkan bapak ya Bu,semua gara-gara bapak.Bahkan kita tidak tau seprti apa keadaan anak kita disana.Semoga putri kita bahagia bersama suaminya." Tes tes
Tanpa sadar airmata sarkum menetes,bersamaan dengan itu Karlina keluar dari kamarnya.
" Astaga pak,maaf ya ibu kelamaan dikamarnya.Pasti sakit sekali ya pak,ayo pak kita kerumah sakit." Ucap Karlina sembari membantu suaminya bangkit dari sofa.
Tiiin tiiiin
Bersamaan dengan itu,mobil angkot yang disewa Karlina sudah sampai.
" Ayo pak aji bantu saya mapah suami saya pak!" Seru Karlina dari dalam rumahnya.
" Iya Bu kar siap!" teriak pak aji sembari berlari menuju kehalaman rumah Karlina.
" Saya kira setelah jadi orang kaya pak sarkum tidak akan sakit lagi.Bukankah kalian sudah punya banyak uang,apa lagi menantu kalian itu kan orang terkaya,sultan kan dia." Ujar pak aji.
" Hem! Mau orang kaya mau orang miskin,kalau sakit ya sakit aja pak aji! Penyakit datang tidak memandang bulu,lagi pula saya tegaskan ya pak aji! Yang kaya itu suami anak saya bukan saya dan suami saya,memang hidup saya dan suami saya jauh lebih baik dari kehidupan kami yang dulu,tapi bukan berati kami itu kaya.Lagi pula uang itu juga uang ha..."
" Ibu!" Sentak sarkum membuat Karlina tersadar jika dia hampir saja kelepasan berbicara.
" Astaghfirullah!" Ucap Karlina membuat sarkum menggelengkan kepalanya,sementara aji tampak penasaran dengan apa yang hendak Karlina sampaikan.
...****************...
Dikamar Calista.....
" Hiks hiks,bagaimana keadaan bapak,bagaimana jika tidak ada yang membantu ibu." Racau Calista.
" Apa gunanya hidup punya banyak harta,suami kaya raya tapi hidupku tersiksa.Jangankan teman,membuka pesan dari orangtuakupun harus izin dulu kepada suamiku.Aku ini apa,istrinya atau tawanannya, sebenarnya siapa suamiku,kenapa dia selalu menjelma menjadi monster yang menakutkan!"
Bugh bugh
Calista memukul-mukul bantalnya untuk meluapkan amarahnya.Tanpa dia tau suaminya melihatnya melalui kamera pengawas yang dipasang secara sembunyi-sembunyi oleh Akbar dikamarnya.
" Entah mengapa aku sangat bahagia melihatmu menangis Calista." Ucap Akbar dengan senyum yang sangat menakutkan saat melihat Calista melalui ponselnya.
Bersambung......