"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ijin pulang
"Tuan.."
Mata Sasmita membulat saat melihat Riko berada dibelakangnya.
"K-kenapa Tuan ada di sini?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Sasmita, membuat wanita itu memejamkan mata.
'Lalu siapa yang sedang bercinta didalam,' Batinya.
Riko berlalu pergi dengan kursi rodanya, membuat Sasmita yang penasaran mengikuti kemana Riko pergi.
Taman belakang, ternyata Riko menuju taman belakang yang jarang di kunjungi penghuni rumah, namun begitu masih tetap terawat dan rapi. Penerangan yang cukup nyaman untuk duduk sambil mencari udara segar.
"Tuan," Ucap Sasmita yang sudah berdiri dibelakang kursi roda Riko, Sasmita meremat kedua tangannya di depan tubuhnya. Pikirannya melayang pada suara yang tadi ia dengar, Sasmita pikir yang didalam adalah sepasang suami istri, mengingat kamar itu adalah kamar yang ditempati Briana. Tapi keterkejutannya saat kepergok Riko justru semakin membuatnya Sasmita penasaran.
"Untuk apa kau mendatangi kamar Briana?" Tanya Riko tanpa membalikkan tubuhnya.
Sasmita mengigit bibir bawahnya, ia tentu saja malu karena kepergok menguping tapi kan dirinya tidak sengaja.
"Saya hanya ingin meminta ijin untuk pulang," Cicitnya dengan suara pelan.
Namun Riko masih bisa mendengarkannya dengan baik.
Riko membalikkan posisi duduknya, pria itu menatap lurus Sasmita yang berdiri.
"Untuk apa malam-malam begini, apa kamu begitu merindukan suamimu hingga tak sabar pulang diwaktu malam begini."
Riko menatap tajam Sasmita yang baru saja menatapnya.
Namun tatapan tajam itu perlahan menyusut saat melihat tatapan sendu Sasmita.
"B-bukan begitu Tuan." Jawabnya dengan suara tertahan.
Sasmita hanya mengingat bagaimana ibu mertuanya mengirimnya foto serta kata-kata yang membuat dadanya sesak, hingga tanpa sadar setetes air mata meluncur begitu saja di pipinya.
Sasmita buru-buru menghapusnya, kepalanya menunduk.
"Tapi sepertinya Nyonya sedang sibuk, jadi besok saja saya meminta ijin," Katanya lagi setelah perlahan kembali menguasai dirinya, meskipun rasa sesak itu masih ada.
"Kamu ada masalah?"
Riko memejamkan matanya saat mulutnya tak bisa diam dan justru mengeluarkan pertanyaan yang seharunya bukan menjadi urusannya. Tapi melihat tatapan Sasmita entah kenapa rasanya ada yang berbeda.
"Lupakan! Lagi pula itu bukan urusan ku," Ucap Riko dengan wajah datarnya.
Sasmita masih diam berdiri dengan senyum tipisnya.
'Memangnya siapa yang akan peduli dengan masalah ku,' Batinya miris.
Riko menghela napas kasar, rasanya ini bukan dirinya, melihat kesedihan di wajah Sasmita membuatnya tak bisa merasa tenang.
'Kenapa dengan diriku,' Batinnya merutuk.
Riko membawa dirinya maju, berhadapan dengan Sasmita yang masih berdiri.
"Pulanglah jika kamu ingin pulang, pak Hengki akan mengantar mu,"
Sasmita yang sedang menunduk mengangkat wajahnya, kini tatapan keduanya bertemu.
Riko bisa melihat kesedihan di kedua mata Sasmita seolah wanita itu sedang mengalami masalah berat. Tapi Riko tidak ingin ikut campur dia tidak ingin melampaui batasnya.
"Terima kasih Tuan, besok pagi saya akan kembali, Terima kasih sudah mau mengerti saya, saya pasti tidak akan bisa tidur nyenyak jika saya belum mendapat jawaban." Seulas senyum terbit dari bibir Sasmita.
Meksipun air matanya meleleh, tapi bibirnya benar-benar tersenyum dengan tulus.
"Em," Riko hanya bergumam, ia memalingkan wajah saat melihat Sasmita tersenyum diatas tangisnya, seberharga itukan ijin darinya.
*
*
Kepulangan Sasmita tak ada yang tahu, ia pun tak memberi pesan pada suaminya jika malam seperti ini akan pulang, beruntung Sasmita memiliki kucing cadangan. Setelah sampai Pak Hengki pun langsung pulang, karena tugasnya cuma mengantar saja.
Sasmita membuka pintu rumah dengan kunci yang dia pegang, melihat kesamping Sasmita tak menemukan alas kaki wanita lain selain punya ibu mertuanya, itu berarti wanita itu tidak berada dirumah ini.
'Memangnya siapa dia, sampai berani menginap, Sasmita kamu berpikir terlalu jauh,' Batinya merutuk dirinya sendiri.
Sasmita menaruh tas selempang nya keatas meja, ia berjalan pelan menuju kamarnya.
Saat membuka pintu Sasmita dikejutkan dengan keadaan Hardi, keduanya justru sama-sama terkejut.
"S-sayang," Ucap Hardi dengan suara gugup.
Sedangkan Sasmita memalingkan wajahnya dengan senyum kecut.