Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA DELAPAN BELAS
Asap mengepul, matahari membakar, derum kendaraan membahana. Debu di jalan membentuk kabut tebal menyelimuti kota.
Seharusnya sudah sore, tapi matahari Surabaya mengalami kulminasi. Kota ini bagai oven raksasa di siang hari.
Klakson saling bersahutan, menciptakan simfoni bising yang menggema di antara bangunan-bangunan ruko di sisi jalan.
Wajah-wajah lelah berada di pandangan mata Kinara dan Alhambra saat ini. Keduanya masih dalam perjalanan mobil menuju gallery setelah satu jam lebih berada di pesawat.
Demi keamanan dan kenyamanan Alhambra, mobil khusus tunadaksa beserta sopir pribadi yang biasa mengantar Alhambra ke mana- mana sudah berada di Surabaya sejak satu hari yang lalu.
Kinara masih antusias, itulah yang membuat Alhambra semangat hari ini. Sebab sejatinya, Alhambra sendiri tidak pernah peduli dengan lukisannya.
Nyatanya, sebagus apa pun karya yang Alhambra torehkan di atas canvas-canvas, Daddy Sky takkan pernah menganggap jika itu pencapaian luar biasa yang patut diapresiasi.
"Kamu hati-hati." Sesuai kesepakatan, Alhambra akan tunggu Kinara di mobil saja.
Kinara sendiri yang akan menemui panitia kontes yang juga kurator pameran di mana lukisan Alhambra akan dipamerkan sebagaimana kearifan anak bangsa.
Kinara masih dengan fashion modern dan rambut ikal keritingnya, memang sangat cantik, itulah yang membuat pria muda di sepanjang jalan menatapnya.
Dari mobil saja Alhambra bisa menyimak bagaimana perilaku orang-orang di sekitar Kinara, itu karena Alhambra menyematkan kamera pengintai secara diam-diam di jaket istrinya.
Usai menunjukkan tiket khusus, Kinara diarahkan masuk ke dalam galery. Di mana langkahnya melambat dengan sendirinya, demi menikmati lukisan-lukisan luar biasa yang dijajar di dinding-dinding ruang ini.
Di sudut tempat, ada yang melambaikan tangan ke arah Kinara. Galang bersama dua orang; satu wanita paruh baya dan satu pria yang cukup muda.
"Apa ini yang namanya Kinara?"
Wanita di sisi Galang bertanya dengan antusias. Lalu mengulurkan jabat tangan yang segera disambut senyum Kinara.
"Yah, saya Kinara, Buk!"
"Panggil saya Madam Rose. Saya galerist, dan ini Firmansyah selaku kurator." Madam Rose menunjuk pria muda yang tersenyum di sisinya.
Kinara menunduk kecil. "Beruntung bisa bertemu dengan kalian."
"Mana AMR?" tanya Galang.
"Mmh, AMR hanya menitipkan ini."
Selembar kertas yang dimasukkan ke dalam amplop putih Kinara berikan kepada Madam Rose yang langsung membaca isi pesannya.
"Dia misterius sekali."
Firmansyah tidak heran dengan tingkah para pelukis. Biasanya kebanyakan para seniman memang lebih memilih tidak menunjukkan batang hidungnya di khalayak ramai.
Isi pesannya, AMR tidak bisa hadir di tengah-tengah acara. Dan penerimaan hadiah beserta sejumlah penghargaan akan diwakilkan oleh Kinara.
"Baiklah kalau begitu."
Madam setuju, lalu menepuk punggung Galang agar membawa Kinara masuk ke studio di mana penerimaan hadiah akan dilangsungkan.
"Selamat, Nara!" ucap Galang.
"Terima kasih atas semuanya, Lang!"
Kalau bukan karena Galang, Kinara tidak akan mendapatkan informasi apa pun terkait kontes dan pameran ini.
"Sama-sama." Galang menggiring Kinara untuk masuk ke studio. "Sekarang, kita akan menjadi bagian dari tribun. Kita tinggal tunggu, kapan nama AMR disebutkan!"
...\=//°°°®™©™°°°//\=...
Di mobil, Alhambra masih menyimak setiap apa pun yang terjadi di studio. Termasuk bagaimana cara Galang memperlakukan Kinara yang lebih terkesan manis.
Pasalnya, Kinara memang bukan wanita yang peka terhadap perasaan lawan jenis, dan jika dilihat dari gestur pemuda itu, Alhambra yakin Galang menyukai Kinara.
Acaranya kurang lebih tiga jam, dan puncaknya saat Kinara maju ke depan panggung untuk menerima penghargaan dan hadiah atas kemenangan lukisannya.
Tak lama, Alhambra menatap ke arah lobby bangunan berdinding kaca-kaca. Di mana, Kinara dan Galang keluar dan saling melambaikan tangan setelah Kinara menolak dengan halus ajakan pulang bersama.
Pak sopir lega setelah sedari tadi, Tuan mudanya hanya merutuk bahkan tak jarang meninju kabin mobil demi melampiaskan ketidak sukaannya selama menunggu di mobil yang hampir tiga jam.
Kinara justru asyik-asyik saja di dalam sana, bahkan masih tersenyum bahagia saat masuk ke dalam mobilnya. "Akhirnya--"
Alhambra ingin mengomel, tapi saat melihat lelah di wajah Kinara, dia diam membiarkan istrinya beristirahat di sandaran jok mobilnya.
Sementara itu, Alhambra menyuruh sopirnya jalan, mereka akan menginap di hotel untuk malam ini. Alhambra masih belum bicara apa pun sampai Kinara yang lebih dulu bersuara.
"Dapat lima puluh juta cuma modal cat sama canvas saja, kebayang nggak kalau aku yang bisa melukis, kayaknya aku langsung kaya raya tanpa harus jadi sopir taksi online."
"Matre!!" Alhambra mengumpat tanpa mau menatap wajah Kinara. Entahlah, Alhambra tidak fokus pada kemenangan lukisannya, ia justru mengingat bagaimana Galang menawarkan tumpangan pada Kinara.
Sampai di hotel yang dipesan satu hari sebelum mereka tiba. Kinara dan Alhambra langsung membersihkan diri, kemudian menikmati hidangan lezat ala bintang lima.
Kamar termahal tentunya. Di mana mereka melakukan ritual malam bersama di kursi dan meja bundar yang dihiasi taplak putih dan lilin lilin aromaterapi.
Lelah seharian ini, dibayar dengan sertifikat, piala, serta uang lima puluh juta. Ini, pertama kalinya Alhambra menghasilkan uang sendiri.
Steak yang Alhambra iris, dia ulurkan untuk Kinara yang lekas menyantapnya. "Kok yang ini lebih enak, ya?"
Alhambra angkat bahu kecil. "Ini medium rare. Yang punya kamu well done. Kamu suka yang mana?"
"Yang punya kamu."
"Punya aku yang mana?" Alhambra sedikit konek ke hal lain kalau menyebut kepunyaan.
"Ya, steak-nya lah, Alhambra!"
"Bukan stik-nya?" Alhambra tertawa dan Kinara menarik rambut pemuda itu. Akhirnya setelah seharian cemberut, Alhambra bisa tersenyum.
Kriing... Panggilan masuk ke ponsel milik Kinara, gadis itu segera meraih gawai tipisnya demi mencari tahu siapa peneleponnya.
📞 "Malam, Kinara--"
"Malam, Galang." Kinara meraih tisu dari tempatnya sementara Alhambra memutar bola mata malas, lagi dan lagi Galang.
📞 "Ra! Kamu tahu nggak! Lukisan AMR, sudah ada yang mau beli satu milyar."
"Uhuk-uhuk!!" Kinara yang barusan minum, tersedak secara spontan. Satu milyar sebelum dilelang? "Serius, Lang??"
📞 "Iya__ Dia bilang, dia suka sama gadis yang ada di lukisannya. Dia yang akan bayar paling mahal di lelang besok malam."
Alhambra menyimaknya. Tunggu ... menyukai gadis yang ada di lukisan? Sekarang, giliran Alhambra yang tersedak mendengarnya.