Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Keesokan paginya orang-orang isi rumah belum bangun terlebih waktu juga masih jam 7 pagi. Mungkin karena mereka kelelahan karena pulang bekerja larut malam.
Anna yang masih santai mengerjakan tugas didapur alias masak memasak sedangkan mbok Yun mengerjakan pekerjaan lain sehingga pekerjaan kami lebih ringan.
Pak Kasim pun ikut serta meskipun dia bekerja sebagai sopir pak Suryo tapi pak Kasim terkenal rajin kata si mbok.
Dia sering mengerjakan pekerjaan yang membuat waktunya tidak terbuang percuma apalagi dia orang nya tidak mau diem, apa-apa saja yang dia bisa dia akan lakukan selagi tidak ada perintah dari pak Suryo maupun anak-anaknya.
Satu jam lamanya.
Akhirnya masakan buatan Anna untuk sarapan selesai juga, meskipun mudah tidak mudah juga baginya untuk menghafal satu persatu kesukaan setiap majikannya.
"Sarapannya sudah siap, jusnya juga, susu, dan kopi juga buat mas Damar udah selesai. Tinggal disajikan deh." Oceh Anna yang tidak sengaja didengar Damar yang masih menggunakan piyamanya.
"Woi kamu! Pembantu baru! Jangan cuma bilang selesai doang anterin ke kamar saya sarapan nya. hari ini saya sarapan dikamar."ketus Damar dengan tatapan dinginnya. Mood Anna tiba-tiba berubah melihat sifat jutek majikannya yang satu ini.
Damar terkenal jutek dan memiliki sifat yang dingin termasuk kepada perempuan. Semenjak kepergian ibunya sifatnya mulai berubah sampai sekarang. Meskipun begitu dia salah satu orang yang sangat peduli pada sesama kata si mbok.
Anna segera menyiapkan sarapan paginya Damar dengan langkahnya yg semangat, gadis itu mulai berjalan menuju tangga kearah kamar Damar.
Tiba-tiba Angga pun kebetulan bangun lebih awal dia sudah rapih dengan kemeja juga jasnya penampilan yang sempurna bagi seorang karyawan kantoran.
"Pagi mas Angga." Sapa Anna.
"Eh, ada Anna." Menaikkan kedua alisnya.
"Pagi juga sarapan buat saya ya?"hendak meraih nampan yang di bawakan Anna. Seketika anak menarik nya dari jangkauan Angga karena memang itu bukan untuk Angga.
"Bu-bukan .. mas, i-ini buat mas Damar. Sarapan mas Angga ada di meja makan sudah saya siapkan semua," Ucap Anna terbata-bata.
"Oh buat si kodok dari kutub itu, kirain buat saya." Malas. Sedikit kedipan mata dari Angga bertujuan hanya untuk menggoda Anna, meski dari desa Anna memiliki paras yang menawan layaknya seorang anak dari kota.
"Sarapan mas sudah saya siapkan di meja, nanti mas bisa langsung makan. Kalo mas Damar katanya mau sarapan dikamar jadi meminta saya buat bawakan ke kamarnya." Kata Anna.
"Besok-besok saya juga mau dong di bawain sarapan nya ke kamar tapi kamu yang antar ya,"pinta Angga lagi-lagi Angga menggoda Anna dengan kedipan sebelah mata.
Damar merasa yang membawakan sarapan nya terlalu lama akhirnya di keluar dari kamar dan melihat Angga tengah berbincang dengan Anna sehingga membuat Anna terlambat membawakan sarapan paginya.
"Pantesan lama, ada anak kadal rupanya."gumam Damar.
"Iya mas, nanti saya bawakan juga buat mas Angga." Sahut Anna hendak melangkah pergi tiba-tiba damar sudah berada di belakang Angga.
Puk!
"Modus lu kadal, udah kebaca!" Celetuk Damar dari arah belakang.
Damar menjitak kepala Angga sedikit keras agar tidak menggangu Anna saat menyiapkan sarapan nya. Sedari tadi perutnya minta di isi dan berharap Anna segera membawanya namun tidak sengaja Angga malah mengajak Anna mengobrol.
"Aduh! sialan, dasar lu beruang kutub. Bisa gak sih lu lebih lembut dikit ngucapin selamat pagi adikku sayang ganteng," ucapnya Angga memegang bagian kepala nya yang sedikit sakit akibat jatakan Damar, bisa-bisa nya Angga pun masih sempat meledek Damar saat itu, dengan memberikan kode pada Anna agar tidak mau mengantar kan makanan Damar.
"Kerja sana, mau gue turunin jabatan lu ?"Ancam Damar dengan tatapan sinisnya.
".. Dan kamu antar makanan itu ke kamar saya." Imbuhnya menyadarkan Anna yang masih berdiri di depannya dengan membawakan nampan berisi makanan dan minuman.
"Ba-baik."secepat mungkin Anna pergi ke kamar Damar. Ngeri juga kalo kena sentilan dari Damar bisa-bisa dia juga kena seperti adiknya.
"An.."
"Eh kodok bisa gak sih lembut dikit amat cewek, walaupun dia tuh pembantu dia juga manusia, mana cantik lagi, seenaknya suruh ini itu." Mendengar ucapan Angga, Damar melengos begitu saja memutar bola matanya malas menanggapi Angga.
"Si anjir .. gue di kacangin,"kesal.
Tidak salah pandangan Anna atas paras damar memang begitu tampan nyaris sempurna dari sudut seorang wanita yang normal. Bukan hanya sekedar wajahnya yang tampan namun dari segi finansial dia juga memiliki segalanya harta, tahta, juga keluarga yang baik.
"Apa yang kamu liat?" Tanya damar menyadari Anna diam-diam memperhatikan nya sedari tadi.
Anna dibuat terperanjat, bagai orang yang tertangkap basah setelah mencuri. "Eh... Emm... Enggak mas. Maaf saya lancang."gugup.
Beberapa menit berlalu berdiri menunggu seseorang makan cukup membuat kakinya pegal, akhirnya dia bisa pergi juga dari sana dengan membawa kembali piring kosong.
Beberapa pekerjaan masih dikerjakan si mbok Yun, terlihat dari kejauhan si mbok tengah mengerjakan sesuatu. Satu persatu tuan rumah pergi bekerja hingga hanya tersisa beberapa orang Asisten rumah tangga.
****
Beberapa karyawan susah berada ditempat juga di ruangan masing-masing tak lupa menyapa Damar yang baru datang. Penampilan sang CEO muda itu berhasil mencuri banyak perhatian banyak orang termasuk kaum lawan jenisnya. Namun tidak ada satu pun yang membuat hati Damar tertarik, dia masih dengan sikap dingin nya yang acuh walaupun begitu Damar dikenal sebagai atasan yang baik terhadap bawahannya.
"Siang pak Damar?" Sapa salah satu karyawan.
Damar mengangguk tanpa menjawab, dia segera pergi bergegas menuju ruangan yang disana sudah terdapat banyak orang yang sudah menunggu kedatangan nya.
"Maaf, saya sedikit terlambat." Ucap Damar. Angga yang sudah standby di samping Damar dengan sengaja menguntungkan bibirnya dengan maksud mengejek nya.
"Gak usah komen, langsung aja." Ketus Damar sepertinya sudah hafal betul tingkah konyol Angga.
"Gue nggak ngomong apa-apa, kadal. "Protes tak terima. "Eh jangan-jangan lu ada maen sama pembantu baru ya, jadi telat?" Tuduhnya berbisik Angga. Ucapannya itu membuat Damar seketika mengetok kepalanya dengan sebuah buku di