Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Gagal.
Keindra turun dari mobil, menggandeng Ammar dengan terus bercanda ria. Tak jauh para bodyguard pun ikut berpencar, sementara Brian tak ikut karena sedang menangani kasus teman-teman Keindra yang dilaporkan oleh Arya setelah mereka keluar dari rumah sakit.
Ammar naik beberapa wahana untuk anak seumuran dirinya, bahkan Keindra ikut naik satu dan dua wahana sebab Ammar mengajaknya.
Keseruan Ayah dan anak itu begitu kental terasa, bahkan Keindra bernostalgia sebab sudah lama ia tak datang ke tempat bermain.
"Haus, Nak?"
"Um, haus Daddy! Tapi Ammar mau makan itu juga Daddy!" tunjuk bocah itu ke salah satu gerai makanan.
"Ya udah, kita isi perut dulu. Daddy juga laper!"
Keduanya masuk ke salah satu gerai makanan, tak lama keduanya makan dengan lahap.
Tiba-tiba, perut Keindra terasa melilit. Begitupun Ammar, keduanya masuk ke dalam toilet bersama-sama.
Di dalam sana lah semuanya terjadi begitu cepat, Keindra yang sibuk dengan urusan perutnya dan membiarkan Ammar dengan urusan anak itu di bilik toilet sebelahnya.
"Ammar, Nak! Kamu udah selesai?" Keindra mengajak bicara putranya seraya menyelesaikan panggilan alam nya.
Hening!
Tak terdengar jawaban dari anaknya di sebelah, padahal sebelum masuk ke bilik masing-masing Keindra meminta Ammar menjawab nya jika ia bicara.
"Nak!?" Keindra mulai panik, ia menyudahi pembuangan alam nya meski perut masih terasa melilit.
Brak!
Keindra mendorong pintu bilik toilet tempat ia melihat Ammar masuk ke dalamnya, namun kini kosong.
"Ammar!!!" Keindra berteriak seperti kesetanan, ia menggedor-gedor pintu yang tertutup dan orang di dalam yang memakai toilet menjawab jika mereka bukan Ammar.
Keindra berlari keluar toilet pria, ia menyisiri lorong dari toilet ke arah ruangan utama di gerai itu.
Keindra memegang kepalanya frustasi, saat itu lah para bodyguard berdatangan.
"Ada apa Tuan muda?" Bopeng bertanya, dia diberikan tugas oleh Brian sebagai pengganti laki-laki itu saat tak ikut mengawal.
"Anakku hilang! Cari dia!!! Periksa resto ini ke serupa penjuru! Periksa Cctv, berikan kartu nama Adiguna pada penanggung jawab resto ini dan jika ada kerugian saat kalian menggeledah... katakan agar mereka boleh meminta ganti rugi! Cepat!!"
Keindra tak lepas tangan, ia ikut mencari keberadaan sang anak namun nihil. Cctv di lorong toilet tiba-tiba rusak dan tidak merekam kejadian saat Keindra dan Ammar masuk ke toilet bahkan sampai Keindra maupun Ammar keluar dari toilet.
Brak!
Keindra menendang kursi, "Kalian nggak becus jadi pengawal! Kerja kalian apa? Hah??!! Melindungi anakku saja kalian nggak bisa!!"
"Tuan muda, kami akan mencari berkeliling taman hiburan. Maafkan kelalaian kami dalam melindungi Tuan muda kecil, kami akan segera mencarinya." Bopeng lalu mengintruksikan semua bodyguard berpencar meninggalkan Keindra dengan kebingungan pria itu.
"Astaga! Jika terjadi sesuatu pada Ammar, jangankan Papa dan Alsya yang pasti akan kecewa padaku... aku bahkan akan membunuh diriku sendiri sebelum mereka membunuhku! Beg0 lu Kei! Dasar Ayah to l0l!!!" maki Keindra pada dirinya sendiri.
"Enggak! Enggak! Aku harus cari anakku! Bukan saatnya memikirkan apapun selain mencari Ammar!"
Keindra keluar dari resto mulai mencari keberadaan putranya, berkeliling menyusuri tempat anaknya tadi menaiki wahana berharap Ammar kembali ke tempat tadi.
.
.
.
Alsya dan Arya baru saja saling memuaskan tubuh pasangan nya, setelah pertengkaran singkat di tengah jalan mereka menghabiskan waktu dengan bercinta.
"Mas..." Alsya masih bermanja tanpa sehelai benangpun di tubuhnya.
"Hm? Mau lagi Bee?"
"Bee?"
"Itu panggilan sayang dari Mas, agak pasaran sih... tapi lumayan lah punya nama panggilan buat kamu." Arya menarik ujung hidung mancung Istrinya dengan gemas. " Udah nikah sama aku, kok aura kamu makin melimpah ruah sih Bee... kok makin cantik glowing gitu!"
"Gombal!" Alsya terkikik geli.
"Biar kadar gula darah kamu tetep aman sayang, soalnya gombalan Mas mu ini mengandung gula manis..."
Tenyata bukan hanya Keindra, Arya membuktikan jika mereka berdua memang benar saudara sedarah karena sama-sama narsis.
"Aku nggak percaya kamu nggak pernah pacaran, denger kamu gombal terus kayak gini Mas..."
"Saat remaja ada lah suka-suka'an, tapi masih tahap wajar sebatas suka dan naksir. Ya, jatuh cintanya langsung sama kamu. Mungkin karena nggak ada waktu buat pacaran, karena aku terus belajar agar bisa sukses dan membuktikan pada Papa kalo aku tuh anaknya juga selain Kei."
"Duh, ngomongin Tuan muda Kei... jadi lupa belum minta kabar Ammar, Mas. Coba telepon dulu orang rumah atau Mas Arya telepon Tuan Kei langsung."
"Panggil dia Kei, dia bukan Tuan mu lagi."
"Hehe, aku suka lupa... udah kebiasaan." Alsya nyengir.
Arya mengacak rambut berantakan Alsya dengan gemas, usia wanita itu boleh saja sudah 28 tahun namun wajah Alsya masih imut tampak baby face.
Baru saja Arya akan menelepon Tuan besar Adiguna, masuk panggilan dari seseorang yang ia suruh melindungi Ammar. Orang itu khusus Arya tempatkan, karena sejujurnya ia kurang percaya pada Keindra karena bagaimana pun Belinda pasti punya banyak cara untuk berbuat hal jahat.
"Halo, Markus? Jika kau menelepon berarti ada hal urgent? Katakan!"
"Tuan Arya, seseorang ingin membawa Tuan muda kecil. Untung saja saya tak kehilangan jejak dan berhasil menemukan keberadaan Tuan muda kecil Ammar. Saat saya akan menolong Tuan muda kecil, tiba-tiba seorang wanita datang dan lebih dulu menolong. Bahkan wanita itu mampu melumpuhkan p3ncu l1knya dan berhasil membuat si pencu l1k terpojok tak bisa kabur."
"Siapa pencu l1knya? Apa suruhan Belinda?"
"Itu mantan istri Tuan muda Keindra, Nona Gina."
"Wanita sialaan!!!" Arya menggeram marah, tatapan matanya menjadi dingin. "Dimana Ammar sekarang dan bagaimana keadaan anakku?"
"Tuan muda Keindra sudah datang baru saja, sepertinya Tuan muda Kei sedang adu mulut dengan wanita yang telah menolong Tuan muda kecil."
"Terus pantau dan selidiki!"
Alsya mendengarkan sejak tadi, dia juga langsung menelepon Brian. Kenapa Brian bisa kecolongan?
.
.
.
Sementara Ammar sudah berada dalam pelukan Keindra, saat Pria dewasa itu melihat anaknya menangis dalam pelukan seorang wanita yang tidak ia kenal sontak saja Keindra mencurigai wanita itu yang menculik Ammar.
"Daddy... Ammar takut... huhuu... untung saja ada Mommy nya Zaki."
"Siapa Zaki?"
"Temen sekolah Ammar, hiksss... " bocah itu masih terisak menangis.
"Anda sudah dengar, bukan? Saya bukan pencu l1knya, saya berusaha menolong Ammar karena saya mengenal anakmu ini Tuan. Zaki dan Ammar akrab di kelas, jadi saya kenal Ammar dari Zaki."
Keindra sempat adu mulut dengan si wanita penolong dan menuduh wanita itu dengan tuduhan macam-macam. Baru saja Keindra ingin bicara, Bopeng menarik tubuh Gina ke hadapan Keindra, laki-laki itu pun memandang mantan istrinya itu dengan tatapan membunuh.
"Tuan muda Kei, Nyonya Gina lah yang m3ncul1k Tuan muda kecil!"
Tubuh Gina gemetar ketakutan, ia tak menyangka ia akan gagal dalam beraksi. Apa dia akan membongkar siapa orang di belakang dirinya, yang memerintah m3ncul1k Ammar?