Genap 31 tahun usianya, Rafardhan Faaz Imtiyaz belum kembali memiliki keinginan untuk menikah. Kegagalan beberapa tahun lalu membuat Faaz trauma untuk menjalin kedekatan apalagi sampai mengkhitbah seorang wanita.
Hingga, di suatu malam semesta mempertemukannya dengan Ganeeta, gadis pembuat onar yang membuat Faaz terperangkap dalam masalah besar.
Niat hati hanya sekadar mengantar gadis itu kepada orang tuanya dalam keadaan mabuk berat dan pengaruh obat-obatan terlarang, Faaz justru diminta untuk menikahi Ganeeta dengan harapan bisa mendidiknya.
Faaz yang tahu seberapa nakal dan brutal gadis itu sontak menolak lantaran tidak ingin sakit kepala. Namun, penolakan Faaz dibalas ancaman dari Cakra hingga mau tidak mau pria itu patuh demi menyelamatkan pondok pesantren yang didirikan abinya.
.
.
"Astaghfirullah, apa tidak ada cara lain untuk mendidik gadis itu selain menikahinya?" Rafardhan Faaz Imtiyaz
Follow Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 01 - Awal
Genap 31 tahun usianya, Rafardhan Faaz Imtiyaz belum kembali memiliki keinginan untuk menikah. Kegagalan beberapa tahun lalu membuat Faaz trauma untuk menjalin kedekatan apalagi sampai mengkhitbah seorang wanita.
Hingga, di suatu malam semesta mempertemukannya dengan Ganeeta, gadis pembuat onar yang membuat Faaz terperangkap dalam masalah besar.
Niat hati hanya sekadar mengantar gadis itu kepada orang tuanya dalam keadaan mabuk berat dan pengaruh obat-obatan terlarang, Faaz justru diminta untuk menikahi Ganeeta dengan harapan bisa mendidiknya.
Faaz yang tahu seberapa nakal dan brutal gadis itu sontak menolak lantaran tidak ingin sakit kepala. Namun, penolakan Faaz dibalas ancaman dari Cakra hingga mau tidak mau pria itu patuh demi menyelamatkan pondok pesantren yang didirikan abinya.
.
.
"Astaghfirullah, apa tidak ada cara lain untuk mendidik gadis itu selain menikahinya?" Rafardhan Faaz Imtiyaz
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Pim-pim pom!! Terbuka!!"
"Terbuka!!"
"Sekali lagi, terbuka!!"
Rasanya sudah terlalu larut untuk sebuah pertunjukan sulap. Namun, begitulah yang tengah dilakukan gadis cantik berwajah imut itu. Pengaruh alkohol dan obat terlarang yang baru saja dia coba membuatnya melayang hingga berhalusinasi tengah hidup di dimensi lain.
Jika orang-orang berpikir gadis itu adalah anak broken home yang tengah mencari ketenangan, tentu saja salah besar. Sebaliknya, gadis itu terlahir dari keluarga baik-baik dan tumbuh dengan kasih sayang yang cukup.
Ganeeta Maheswari, bisa dipanggil Anet dan saat ini dia merupakan seorang mahasiswi baru di fakultas kedokteran salah-satu universitas swasta terbaik di ibu kota.
Masih sangat muda, dia baru ulang tahun ke-18 bulan lalu dan hari ini dia tengah merayakan pesta ulang tahun bersama pacar dan juga teman-temannya di sebuah gang sempit tempat dimana anak punk kerap berkumpul.
Pesta yang menjadi petaka dimana Ganeeta dikenalkan dengan hal baru berupa ekstasi hingga membuatnya kian tak terkendali seperti ini.
Beruntungnya, sebelum terlalu jauh pesta tersebut bubar dengan kedatangan Faaz yang tidak sengaja melewati tempat itu.
Awalnya Faaz hanya sekadar mengingatkan mereka untuk pulang, tapi begitu melihat ada Ganeeta di antara anak-anak itu, Faaz segera ambil tindakan dan bermaksud untuk mengantarnya pulang.
"Masuklah, sampai tahun depan juga tidak akan terbuka jika hanya mengandal_"
"Yash, berhasil!! Tangan ini benar-benar ajaib ternyata!!" serunya kemudian masuk dan masih lanjut berhalusinasi ria dengan fantasinya.
Faaz yang menyaksikan pemandangan ini hanya bisa tersenyum miris. Tak bisa dia bayangkan bagaimana perasaan kedua orang Ganeeta andai menyaksikan sendiri putri kesayangan mereka kian hancur begini.
Sebenarnya Faaz tidak mengerti apa alasan yang membuat Ganeeta begini. Namun, dari cerita yang dia dengar anak itu memang na-kal, pembangkang dan sulit diatur.
Lagi dan lagi, Faaz hanya mendengar cerita dan tidak tahu fakta sebenarnya. Baru malam ini dia menyaksikan sendiri seberapa parah kelakuan Ganeeta sebagai perempuan di matanya.
"Eugh ...."
Baru juga selesai memasangkan seal belt, telinga Faaz dengan jelas mendengar lenguhan manja lolos dari bibir gadis itu.
Sontak matanya membulat sempurna dengan jantung yang kini berdegup tak karu-karuan saking gugupnya. Sedikit banyak Faaz paham apa yang terjadi pada gadis ini.
Aroma alkohol yang menguar dari mulutnya begitu menyengat hingga tanpa pikir panjang, Faaz segera berlalu meninggalkan tempat itu dan fokus mengemudi.
Semakin lama, Ganeeta semakin memperlihatkan tanda-tanda tak wajar. Dia terlihat kepanasan bahkan berusaha membuka jaketnya.
"Aaah panas ...."
"Panas?" tanya Faaz mencoba membangun komunikasi dengan harapan gadis itu sadar bahwa sekarang tidak sendiri.
Pertanyaan itu memang direspon, dia mengangguk dan terus mengibas-ngibaskan tangan ke depan wajahnya.
Perlahan, tangan yang tadi dia gunakan untuk mengipasi wajahnya kini berusaha meraih tangan Faaz hingga pria itu pucat seketika.
"Astaghfirullah, singkirkan tanganmu."
"Mau kemana? Berhenti dulu di sini ...."
"Ke rumah, aku akan mengantarmu pulang," jawab Faaz seadanya dan sesuai fakta tentu saja.
"Rumah?"
"Hem, rumahmu masih di alamat yang lama, 'kan?"
"Jangan di rumah, di sini saja cepat ... aku kepanas_sssshh aaarrggh," rintih Ganeeta semakin gelisah hingga Faaz kian mempercepat laju kendaraannya.
Tidak ada tujuan lain selain segera mengantarkan gadis ini pada orang tuanya. Walau sesuatu dalam diri Faaz juga berontak, tapi sebisa mungkin dia berusaha mengendalikan diri agar tidak terbujuk rayuan se-tan.
Sepanjang perjalanan, bibir Faaz tak henti berdzikir demi meminta perlindungan kepada Maha Pelindung. Bukan hanya berlindung dari kecelakaan atau semacamnya, tapi juga berlindung dari tipu daya ib-lis lewat wanita yang ada di sebelahnya.
.
.
Lima belas menit berlalu, Faaz tiba di kediaman keluarga Darmawangsa dalam keadaan selamat. Masih dengan jantung yang berdegup kencang, Faaz meminta bantuan security untuk memanggilkan tuan rumah.
Tak berselang lama, yang dimaksud datang dan segera menghampiri Ganeeta dengan perasaan cemas.
"Ya Tuhan, Ganeeta!!!!!!" Suara Ameera - maminya terdengar menggelegar tatkala menyaksikan sang putri yang tampak seperti ODGJ di sana.
Begitu jelas Faaz menyaksikan wajah kedua orang tuanya sampai merah, antara marah dan malu jadi satu. Papi Cakra bergegas membopong putrinya untuk naik ke atas.
"Terima kasih atas bantuanmu, tapi jangan kemana-mana dulu ... tetap di sini, mengerti?"
Faaz mengangguk, aura kemarahan dan kekecewaan begitu tampak jelas, jujur saja Faaz khawatir pria itu salah sangka. Karena itu, dia juga bermaksud meluruskan agar tidak terjadi fitnah nantinya.
Sembari menunggu, Faaz disuguhi minuman hangat dan juga cemilan sebagai pertanda bahwa dia diperlakukan layaknya tamu.
Hal ini sejenak membuat hati Faaz sedikit lebih tenang. Namun, hal itu tak berlangsung lama karena setelah kedua orangtua Ganeeta turun suasana mendadak mencekam lagi.
"Ehm, kau putra dari Kiyai Hanan bukan?"
"Benar, Om," jawab Faaz singkat.
Seingat Faaz, abinya memang mengenal keluarga Darmawangsa dengan cukup baik. Hal itu pula yang menjadi alasan kenapa Faaz tahu alamat rumah Ganeeta karena memang pernah berkunjung bersama abinya.
"Aku rasa dia orang yang tepat, Sayang," bisik Papi Cakra pada sang istri yang sedikit banyak bisa didengar oleh Faaz.
Tentu saja dia sedikit curiga, orang yang tepat untuk apa? Ingin menerka-nerka khawatir justru salah.
"Hem, Mami juga yakin ... daripada hidupnya semakin hilang arah."
"Itu yang Papi maksud, segala sesuatu sudah kita lakukan tapi buktinya semakin lama, Ganeeta semakin membangkang saja."
Mereka tampak berdiskusi lagi sebelum mengatakan tujuannya. Selama itu pula, Faaz dengan sabar menunggu di sana.
"Ehm, jadi begini ... kami tahu mungkin ini agak mengejutkan, tapi setelah mempertimbangkan banyak hal kami memutuskan untuk memilihmu sebagai menantu kami."
"Uhuk, maksudnya?"
"Kurasa pertanyaannya sudah sangat jelas. Jadi, bagaimana? Bersediakah kau menikahi Ganeeta?"
.
.
- To Be Continued -