Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mual
Hari ini Nathan benar-benar sangat bahagia, bagaikan mendapat keberuntungan besar dengan Vika menerima cintanya begitu tiba-tiba. Wajah yang dari tadi pagi masam sekarang berubah sangat ceria dan begitu manisnya.
Sebagai seorang pacar, Nathan pun tidak tanggung membayarkan apa saja yang Vika makan tadi, bahkan yang ada di kantin pun semuanya dia yang traktir
"Wih ada acara apa nih?" Rara datang tiba-tiba
"Pak Nathan lagi ulang tahun ya?" Rara langsung duduk dekat Vika
"Ini bisa dibilang perayaan hari jadian saya dengan Vika" Nathan menggenggam tangan pacar barunya, yang membuat mata Rara seakan ingin melompat keluar
"What!! Vi kamu yakin?" Rara hanya dapat jawaban senyum dari Vika
"kamu lupa sama apa yang udah nenek bicarakan?"
"Ra! please, kita kan udah pernah bahas ini sebelumnya, dan kamu juga tahu kan jawaban aku kayak gimana"
"Vika!!. Kamu bikin aku kecewa" Rara memeluknya dengan begitu erat seakan sahabatnya itu ingin pergi jauh darinya
Dan di saat itulah Vika berbisik
"apa yang kamu khawatirkan?. Aku kan cuma ngambil keuntungan yang bisa kudapat!"
Seketika Rara berdiri tegak kembali dengan sedikit senyuman
"oke janji ya" kemudian memberikan jari kelingkingnya untuk dijabat oleh jari kelingking Vika pula
"Janji" dan terjadilah jabatan kelingking itu
"Baiklah kalau gitu, ayo kita ke restoran" ajak Rara
"Gimana kalau aku aja yang nganter" sahut Nathan
"Boleh juga" Vika mengedipkan sebelah matanya pada Rara
"Ayo" balasnya dengan senyuman
Kemudian ketiganya pergi menuju restoran karena hari ini Vika harus memberi laporan dulu pada Arya tentang persiapan dekorasi acara lamarannya yang sudah hampir rampung. Setelah itu tentu saja dia nantinya akan kembali lagi ke kediaman Mahesa untuk menyelesaikan semuanya
***
Restoran Mahesa
Setelah mengantar Rara dan Vika ke restoran, Nathan segera kembali lagi ke kampus karena dia masih ada jam mata kuliah di sana.
Tentu saja ini adalah pengalaman pertama Vika saat Nathan pergi meninggalkannya, dia sangat manis dengan lambaian tangan dan ucapan hati-hati di jalan, sedangkan Rara terus tertawa di belakangnya tidak kuat dengan melihat sikap sahabatnya yang sangat kaku
"Udah deh aku kan harus terlihat kayak pacaran beneran" Vika sedikit malu
"Iya aku tahu, cuma lucu aja kamu kayak gitu tadi bikin aku jijik, hahaha" ejek Rara
"Ih kamu iseng banget sih" Vika berusaha menangkap Rara dan ingin mencubitnya, namun gadis itu sudah lebih paham, makanya dia segera lari, kemudian Vika mengejarnya tapi tanpa sengaja malah menabrak Arya yang hampir saja terjatuh, untung Arya sigap dan segera memeluknya
"Aduh" Vika terkejut
"Kalian udah umur berapa? Sebesar ini masih saja lari-lari" Arya menegurnya tanpa melepaskan pelukan itu
"Ehem ehem, betah amat di pelukan bos sampai nggak dilepas" ejeknya
Seketika Arya sadar dengan apa yang dia lakukan, kemudian langsung melepaskan Vika yang sama canggungnya "maaf Pak aku nggak lihat" gadis mundur dua langkah dari tubuh Arya
"Ya sudah lain kali hati-hati" dia tidak mau ambil pusing
"Baik Chef"
"Oh ya saya ingin bicara denganmu tentang dekorasinya" lanjut Arya
"Eh iya sekalian saya juga memang ke sini untuk itu"
"Ya sudah kalau begitu kita bicara di kantor saja. Dan kamu "menunjuk pada adiknya "selesaikan pekerjaan hari ini, ingat jangan main-main" tegas kakaknya
"Baik bos "Rara menegakkan telapak tangannya di kening tanda penghormatan "bye Vi.."
"Bye"
Akhirnya Rara kembali ke pekerjaannya sedangkan Vika mengikuti Arya ke ruangannya.
Di dalam ruangan kerja Arya, Vika sangat profesional layaknya bos dan karyawan pada umumnya, namun siapa sangka, bahkan pria itu juga tidak mengganggunya sama sekali. Dia masih fokus dengan pesta lamaran yang sudah lama dinanti, tapi sayangnya kini banyak pertanyaan yang melintas di otaknya tentang ketidaksetujuan nek Rita yang berubah drastis, sehingga membuatnya dilema.
Arya menutup beberapa lembar catatan yang Vika berikan tadi sambil membuang nafasnya kasar
"Kenapa menjelang lamaran ini hati saya tidak begitu tenang" dengan tiba-tiba Arya melontarkan isi hatinya begitu saja
"Mungkin karena Chef kelelahan, atau bisa jadi banyak pikiran. Soalnya harus mengurus bukan hanya satu pekerjaan, apalagi sekarang jadi juri di stasiun televisi" Vika mencoba mengurai kegelisahan Arya
"Kamu benar. Mungkin, karena aku terlalu stress dengan pekerjaan yang kian bertambah. Tapi sebenarnya bukan hanya itu. Ada sesuatu hal yang aku khawatirkan" entah kenapa hari ini Arya begitu sangat serius
"kenapa?" Vika berusaha menjadi pendengar setia
"Akhir-akhir ini Nenek begitu tidak ingin acara lamarannya terjadi, padahal dulu dia yang memaksa untukku menikahi Chika secepatnya" Arya meraup wajahnya kasar, lalu merebahkan tubuhnya kesadaran kursi "aku harus bagaimana?"
"Kenapa Chef gak bicara baik-baik dulu aja sama Nenek, mungkin dia punya alasan yang tepat untuk Chef mengerti nantinya kenapa beliau seperti itu"
"Aku sudah mencoba, tapi kamu tahu sendiri nenekku sekeras apa"
"Menurutku mungkin Nenek hanya kesal sesaat saja, karena penantiannya yang udah lama banget nunggu Chika mau menerima lamaran Chef"
"Bisa jadi" Kemudian Arya merenung sebentar dan wajahnya berubah tidak menyenangkan seperti meringis namun dengan nafas yang tertahan
"Chef baik-baik aja kan?" Vika mencoba menatap Arya yang wajahnya terlihat sedikit pucat
"Kenapa tiba-tiba kepalaku jadi pusing?" dia berusaha memijat kening dengan jarinya sendiri
"Itulah, karena Chef terlalu stress" Vika berdiri, menghampiri dan membantunya dengan menggantikan pijatan Arya
Kemudian tiba-tiba Arya bangun dengan memegangi perutnya
"Chef kenapa?" Vika terkejut
"Aku sangat mual dan ingin sekali...." kemudian dia berlari ke toilet, lalu tak lama terdengar olehnya suara yang benar-benar sedang mengeluarkan isi perutnya
Aduh gimana nih, dia beneran sakit. Aku harus apa?
Vika mondar-mandir sambil memainkan kukunya dengan begitu panik. Awalnya Arya baik-baik saja tapi kenapa sekarang malah jadi mual-mual!? Dia segera berlari ke dispenser yang kebetulan ada di sana. Lalu segera mengambilkan secangkir air hangat, setidaknya bisa membantu pria itu agar lebih lega dan nyaman di perut
"Minum ini" Vika menghampiri lalu memberikan gelas tersebut padanya
Arya meraih air hangat yang ada di tangan Vika dan kemudian meneguknya beberapa kali, sampai terasa hangat mengalir ke rongga-rongga tubuhnya. "Ini benar-benar sangat nyaman" Arya tersenyum "terima kasih"
"Sama-sama Chef" Vika kemudian meraih gelas yang sudah kosong tersebut dan menaruh kembali di tempatnya "apa perlu saya antar ke dokter?"
"Tidak usah, mungkin saya hanya kelelahan sedikit saja"
("Kenapa tiba-tiba terasa sangat mual ya? ucapnya pada diri sendiri)
"Chef ambil ini" Vika menyerahkan sebuah bungkusan kecil yang akhir-akhir ini selalu dibawanya
"Untuk apa?" Arya meraih bungkusan tersebut lalu membolak-baliknya
"Saya juga sering mual, tapi kalau menghirup aroma ini pasti lebih lega" itulah menurut dirinya. Namun siapa sangka, ternyata bagi Arya pun sama. Dia sangat nyaman ketika menghirup aroma yang pekat dengan rasa teh tersebut
"Ini teh kan?" kemudian Arya menebak
"Hahaha! iya. Aku suka bawa ini kemana pun, karena aromanya bikin tenang"
Arya menghirupnya lagi begitu dalam. Kemudian membuangnya perlahan. "Kamu benar, aroma ini memang sangat menenangkan. Bahkan mual dan pusingnya pun berkurang. Eh tapi!! sebentar. Kamu nggak masukin hal yang tidak-tidak kan ke dalam kantong teh ini?"