Aiden Valen, seorang CEO tampan yang ternyata vampir abadi, telah berabad-abad mencari darah suci untuk memperkuat kekuatannya. Saat terjebak kemacetan, dia mencium aroma yang telah lama ia buru "darah suci," yang merupakan milik seorang gadis muda bernama Elara Grey.
Tanpa ragu, Aiden mengejar Elara dan menawarkan pekerjaan di perusahaannya setelah melihatnya gagal dalam wawancara. Namun, semakin dekat mereka, Aiden dihadapkan pada pilihan sulit antara mengorbankan Elara demi keabadian dan melindungi dunia atau memilih melindungi gadis yang telah merebut hatinya dari dunia kelam yang mengincarnya.
Kini, takdir mereka terikat dalam sebuah cinta yang berbahaya...
Seperti apa akhir dari cerita nya? Stay tuned because the 'Bloodlines of Fate' story is far form over...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terungkap
...»»————> Perhatian<————««...
...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apapun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....
...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...
Sore itu, Elara tiba di apartemennya sepulang dari kantor. Namun pikirannya penuh dengan keanehan yang dia alami akhir-akhir ini. Mobil yang hampir menabraknya adalah sosok pria misterius yang mirip dengan Dennis ayah tirinya yang hilang setelah kematian ibunya. Semakin ia memikirkan hal itu, semakin tidak tenang rasanya.
Tanpa pikir panjang, Elara mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada bosnya, Aiden Valen, meminta izin tidak masuk kantor selama tiga hari untuk menjenguk neneknya yang tinggal di kampung. Meskipun dia tahu Aiden mungkin tidak akan mengizinkan, Elara tetap memutuskan pergi malam itu juga. Dia perlu menjauh, memulihkan pikiran, dan menghindari ketidakpastian yang terus menghantuinya.
Sementara itu, Aiden menerima pesan Elara dengan wajah serius. Tanpa menunggu, ia memanggil Kevin, sekretarisnya yang setia, untuk memastikan Elara tidak pergi sendirian.
"Kevin aku punya tugas untuk mu, El dia pergi ke kampung halamannya, ikuti dia. Pastikan dia aman dan kembali tepat waktu," ucap Aiden tegas.
Kevin, seperti biasa, menerima perintah tanpa banyak tanya dan segera bersiap.
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Pagi hari, ketika Elara tiba di rumah neneknya, ia terkejut melihat sebuah mobil yang sangat familiar terparkir di depan rumah. Perasaannya campur aduk antara lega dan bingung saat melihat Kevin duduk santai di teras.
"Kevin?" panggil Elara, berusaha mengatasi keterkejutannya.
Kevin berdiri dan tersenyum. "Tuan Aiden yang memerintahkan, Elara. Dia hanya ingin memastikan kamu benar-benar menjenguk nenekmu dan ingin memastikan semuanya baik-baik saja."
Elara mengangguk pelan, meski merasa sedikit terganggu. "Baiklah, kalau begitu... Masuklah, kenalkan dirimu pada nenek dan bibiku," katanya sambil membuka pintu.
Kevin mengikuti dengan sikap sopan, memperkenalkan dirinya pada nenek Mika dan bibi Elara yang menyambutnya dengan ramah.
Namun, karena rumah neneknya kecil dan hanya memiliki dua kamar, Elara memberitahu Kevin bahwa ia mungkin harus tidur di luar. Kevin, tanpa ragu, mengangguk. "Tidak masalah, Elara. Aku akan tetap di sini untuk berjaga."
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Malam itu, Elara tidur bersama neneknya, Mika, di kamar kecil mereka. Ketika Elara berbaring di samping neneknya, wanita tua itu menatap cucunya penuh kasih.
"Kenapa kamu pulang? Bukankah nenek sudah bilang kalau nenek baik-baik saja sekarang?" tanya nenek Mika lembut.
Elara menghela napas. "Aku khawatir, Nek. Aku hanya ingin memastikan bahwa nenek benar-benar baik," jawabnya pelan, merasakan ketenangan yang jarang ia rasakan belakangan ini.
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Pagi pun tiba, dan Elara sibuk membantu neneknya memasak bubur di dapur. Bibinya pergi ke pasar pagi itu untuk menjual kue basah. Saat mereka memasak, nenek Mika menatap kalung yang dikenakan Elara dengan tatapan dalam.
"Itu... kalung yang dulu diberikan Lucius pada Esta, iya itu kalungnya" gumam Nenek Mika.
Kemudian dia mendekati cucunya, "Apa ini kalung dari ibu mu?" tanya nenek Mika dengan nada bergetar.
Elara, yang baru ingat tentang kalung itu, terkejut. "Nenek ingat kalung ini?" tanyanya heran.
Nenek Mika tersenyum tipis. "Aku tidak tahu kamu akan mengerti atau tidak, Lucius adalah suami nenek yang telah lama pergi. Dia bukan orang biasa, Elara, dan kalung itu... bukan kalung biasa yang digunakan berikan untuk ibumu."
Elara menatap neneknya penuh rasa penasaran, namun sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, nenek Mika terdiam dan menatapnya serius. "dan jika kau ingin tahu, tentang kematian ibumu, ini bukan kisah yang mudah."
Elara menggigit bibirnya, merasa tegang. "Apa maksud nenek? Dennis, ayah tiriku, dia menghilang setelah ibuku meninggal. Lalu, baru-baru ini aku melihat seseorang yang sangat mirip dengannya."
Nenek Mika terdiam sejenak, memandang cucunya dengan raut wajah yang berisi penyesalan. Sebelum ia sempat menjawab, Kevin tiba-tiba muncul di dapur, menyela percakapan mereka.
"Oh, maaf mengganggu. Apa aku bisa membantu di sini?" tanya Kevin dengan senyum hangat.
Elara dan nenek Mika segera mengalihkan pembicaraan. "Kami hanya memasak bubur, Kevin," jawab Elara singkat, berharap Kevin segera pergi. Namun, kehadiran Kevin membuat Elara tidak bisa melanjutkan percakapannya dengan neneknya.
Setelah sarapan, Elara menyadari bahwa dia perlu mencari cara untuk berbicara dengan nenek Mika tanpa gangguan. Dia akhirnya mendapatkan ide.
❦┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ Bloodlines of Fate
Sore itu, Elara meminta Kevin untuk membantu bibinya membuat kue di dapur.
"Kevin, kamu bisa bantu bibi membuat kue, kan? Aku juga ada urusan sebentar dengan nenek," pinta Elara dengan nada memohon.
Kevin sempat ragu, tapi akhirnya setuju. "Baiklah, kalau begitu. Tapi kalau kamu butuh sesuatu, panggil saja," kata Kevin sambil mengikuti bibinya ke dapur.
Dengan Kevin yang sibuk membantu di dapur, Elara kembali ke kamar neneknya dan mendekati wanita tua itu. "Nenek, sekarang bisa kita lanjutkan ceritanya?" tanya Elara dengan nada penuh harap.
Nenek Mika menarik napas panjang dan mulai bercerita. "Dulu, nenek menikah dengan seorang yang bukan manusia biasa, Elara. Suamiku adalah vampir. Kalung itu... adalah simbol ikatan kami, pemberian terakhir sebelum dia pergi."
Elara terdiam, menelan kenyataan yang sulit dicerna. "Jadi... kalung ini milik seorang vampir?" tanyanya, hampir berbisik.
"Iya, tapi... yang penting kalung itu adalah kalung penjaga untuk ibu mu," ucap Nenek Mika dengan suara sedih.
Nenek Mika mengangguk. "Dan Lucius, suamiku, adalah seorang vampir bangsawan. Setelah dia pergi, kehidupan nenek berubah. Tapi yang lebih berat adalah saat ibumu, Esta, terjebak dalam masalah yang tidak dia ketahui."
"Aku lupa mengatakan padanya, bahwa dia keturunan Dhampir, dia memiliki darah suci yang sangat berharga bagi vampir."
Elara merasa dadanya berdebar kencang, dia juga mengingat malam dimana Dennis menyerang ibunya. "Lalu... bagaimana dengan Dennis? Apa dia juga... bukan manusia biasa?"
Nenek Mika menatap Elara serius. "Nenek tidak yakin, tapi firasat nenek mengatakan bahwa Dennis terlibat dengan sesuatu yang sangat gelap. Mungkin dia juga bukan manusia biasa. Itu bisa menjelaskan banyak hal, termasuk keanehan yang kamu rasakan belakangan ini."
Elara meremas kalung di lehernya. Semua ini terdengar seperti mimpi buruk, tapi ia tahu dalam hatinya bahwa nenek Mika tidak akan berbohong padanya.
"Nenek, kalau benar Dennis adalah makhluk seperti itu, apa artinya ini bagi kita?" tanya Elara, mencoba memahami situasi yang semakin rumit.
Nenek Mika menggeleng, tampak bingung. "Nenek juga tidak tahu pasti. Tapi, nenek ingin kamu berhati-hati, terutama dengan orang-orang di sekitar."
Saat itu, langkah kaki terdengar dari arah pintu. Kevin mengetuk dan membuka pintu perlahan, menyela percakapan mereka. "Elara, bibimu bilang kue sudah selesai. Kamu mau mencobanya?" tanyanya sambil tersenyum.
Elara mengangguk, menahan rasa frustrasi karena pembicaraan harus berhenti lagi. "Baik, Kevin. Aku akan ke sana," jawabnya dengan senyum terpaksa.
Sebelum meninggalkan kamar, Elara menatap neneknya dengan tatapan penuh arti. "Kita akan lanjutkan nanti, Nek. Aku harus tahu semua tentang ini."
Nenek Mika mengangguk pelan, menyadari bahwa cucunya telah dewasa dan berhak tahu tentang kenyataan yang mungkin akan membahayakannya. Tapi satu hal yang jelas ada rahasia besar yang harus dibongkar, dan Elara kini lebih dari siap untuk menghadapi apa pun yang menantinya.
Rekomendasi Cerita :
Judul: Radar Cinta Andara
Penulis: Mama Al
Genre: Cinta Romantis, Cinta Manis
Mencari cinta sejati tak selalu mulus, tapi Andara percaya bahwa takdir sudah menyiapkan kisah terindah baginya. Namun, siapa sangka di balik pertemuan tak terduga dan tatapan pertama yang memikat, ada misteri yang harus terpecahkan? Dalam Radar Cinta Andara, Mama Al merajut cerita cinta yang manis dengan sentuhan teka-teki yang mengundang penasaran. Setiap halaman membawa pembaca pada perjalanan hati yang penuh kejutan, tawa, dan rahasia. Apakah Andara mampu menemukan cinta sejatinya di tengah semua misteri ini? Temukan jawabannya dalam kisah yang hangat dan tak terlupakan ini.