Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#4
Pagi ini Keyla bangun kesiangan sehingga saat sampai di sekolah ia sudah terlambat.
Keyla dengan terpaksa harus menerima hukuman dengan berdiri sambil hormat kearah bendera.
"Ah. " keluhnya saat merasakan lagi- lagi darah segar kembali menetes dari hidungnya. Ia mengambil tisu dari sakunya untuk menghentikan darah yang keluar dari hidungnya. Sekarang kepalanya kembali terasa sakit, bahkan kali ini rasa sakitnya berkali- kali lipat di bandingkan hari- hari sebelumnya.
BRUK!!
.
.
BRAK!!
Aga membuka pintu UKS dengan kasar membuat penjaga UKS kaget dengan sikap Aga. Aga segera membaringkan tubuh Keyla di atas ranjang. Aga segera meraih tisu yang berada di atas nakas dan segera membersihkan hidung Keyla yang masih di aliri darahnya.
"Dia lagi?" Ucap salah satu penjaga UKS yang membuat Aga menghentikan aktivitasnya. "Apa dia masih belum memeriksakan dirinya?"
"Aku nggak tahu." Jawab Aga sambil menatap wajah pucat Keyla.
"Aku sarankan bujuk dia untuk segera melakukan pemeriksaan lanjutan di Rumah Sakit."
.
.
Keyla membuka matanya perlahan.
"Ga." panggil Keyla lirih saat melihat Aga melamun.
"Ada yang kamu butuhkan?" Tanya Aga sambil mengusap surai hitam Keyla.
Keyla menggelengkan kepalanya. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?"
"Kenapa kamu nggak bilang kepadaku?" Tanya Aga meminta penjelasan.
Keyla menatap Aga tidak mengerti. "Ini bukan pertama kalinya kamu mengalami ini kan? Nanti pulang sekolah ikut aku ya?" Ajak Aga sambil menatap Keyla.
"Kemana?"
"Kita ke Rumah Sakit ya." Bujuk Aga.
Keyla menggelengkan kepalanya. "Aku nggak papa Ga. Aku hanya kelelahan saja. Sungguh"
"Tapi Key.."
"Aku benaran nggak papa Ga. Nanti kalau aku memang merasa nggak enak badan aku pasti langsung minta tolong sama kamu untuk mengantar ke rumah sakit." Ucap Keyla.
"Jika bisa sekarang kenapa harus nunggu kamu sakit dulu sih Key." Protes Aga sambil menatap Keyla sendu. "Nanti kamu harus ikut aku ke rumah sakit dan untuk kali ini aku nggak mau dengar penolakan." Putus Aga saat melihat Keyla ingin membuka suaranya lagi.
.
.
Setelah pelajaran selesai Keyla berjalan menuju gerbang sekolahnya untuk menunggu Aga.
"Key." Panggil Mahen yang membuat Keyla terkejut. Pasalnya selama ini di dalam keluarganya hampir tidak pernah memanggil menggunakan namanya kecuali jika ada acara keluarga. Selama ini Keyla terbiasa di panggil anak bodah, pembawa sial, pembunuh dan panggilan- panggilan kasar lainnya.
"Masuk." Titah Mahen yang membuat Keyla mau tidak mau menurutinya.
"Kita mau kemana kak?" Tanya Keyla saat merasa jalan yang mereka lewati bukan ke arah apartemen Mahen.
"Belanja." Mendengar jawaban singkat Mahen membuat Keyla malas untuk bertanya lagi dan memilih mengikuti Mahen.
Sesampainya di dalam mini market Mahen menyodorkan troli kepada Keyla. Ia pun menerima dengan tatapan bingung. "Ambil apapun yang di butuhkan untuk mengisi kulkas." Ucap Mahen lalu meraih tangan Keyla. "Dan ini."
Setelah meletakkan kartu kreditnya di tangan Keyla Mahen memilih untuk pergi dan menunggunya di depan mini market.
Keyla hanya bisa menghela nafasnya. Sejujurnya ia merasa sedikit aneh dengan sikap Mahen akhir- akhir ini. Bolehkah jika ia merasa senang dengan sikap Mahen kepada dirinya yang sekarang? Bolehkah jika ia merasa jika Mahen mulai menyayanginya ? Ah semoga saja. Tapi bagaimana jika sikap Mahen ini hanya sementara? Bagaimana jika Mahen sengaja membuatnya senang sebelum membuang dirinya?
Keyla menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan." Ah lebih baik aku menikmati saja perlakuan kak Mahen, jika nanti dia memang ingin membuangku paling tidak aku sudah pernah merasakan kasih sayangnya." Monolog Keyla pada dirinya sendiri.
Setelah selesai dengan belanjaanya Keyla segera menghampiri Mahen yang menunggunya di depan mini market.
"Merokok tidak baik untuk kesehatan kakak." Ucap Keyla sambil merampas dan membuang rokok dari tangan Mahen. Entah keberanian dari mana Keyla berani melakukan itu.
Keyla kembali di buat merasa aneh saat Mahen diam saja dan tidak marah karena dirinya yang dengan sengaja menghentikan aktivitasnya.
"Sudah." Tanya Mahen singkat yang di jawab anggukkan kepala oleh Keyla. "Kita makan di apartemen saja." Lagi- lagi Keyla hanya menganggukkan kepalanya.
.
.
"Bangunkan aku jika masakanmu sudah selesai." Mahen berlalu pergi meninggalkan Keyla.
Setelah selesai Keyla bergegas berjalan menuju kamar Mahen untuk membangunkannya. Ia memilih untuk mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Kak.. Kak Mahen." Panggil Keyla berulang kali tapi tidak ada sautan dari dalam kamar Mahen. "Apa aku langsung masuk saja ya." Ucapnya sedikit ragu.
Keyla membuka pintu kamar Mahen perlahan. Ia berjalan pelan mendekati Mahen yang masih tertidur lelap. "Kak Mahen." Panggilnya sambil menggoyangkan lengan kakaknya. "Kak makan yuk."
Mahen membuka matanya perlahan lalu mendudukkan dirinya sambil mengedipkan matanya berulang kali. "Key tunggu di depan ya kak." Ucap Keyla dan segera berlalu pergi karena takut Mahen marah sebab dirinyaa sudah masuk kamarnya tanpa izin.
Lima belas menit menunggu akhirnya Mahen pun keluar dari kamarnya. "Mau kemana kamu?" Tanya Mahen saat melihat Keyla memutar badannya dan akan pergi dari meja makan. "Duduk. Makan disini." Titah Mahen setelah Keyla memutar kembali tubuhnya untuk menghadap kembali ke arah kakaknya . Ia pun mau tidak mau menuruti ucapan Mahen.
Canggung itulah yang sekarang Keyla rasakan. Pasalnya selama ini ia tidak pernah makan satu meja dengan keluarganya. Setelah menyiapkan makanan ia langsung di suruh makan di dapur karena mereka semua tidak ada yang mau makan satu meja dengan dirinya.
"Cepat makan." Ucap Mahen kesal karena melihat Keyla yang hanya diam saja. "Mau kemana lagi?"
" Ambil piring kak. "Jawab Keyla sambil berjalan menuju dapur.
"Setelah ini aku akan pulang. Besok pagi saat aku kesini harus sudah ada sarapan di atas meja." Perintah Mahen yang membuat Keyla menghela nafas panjang. "Kenapa kamu menghela nafas? Kamu merasa keberatan kalau kakak kesini lagi?" Mahen bertanya sambil menatap Keyla yang menundukkan kepalanya sambil mengaduk- aduk makanannya.
"Malah Key berharap kakak tidur disini saja." Ucap Keyla lirih. Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara Mahen dan Keyla.
Selesai dengan makannya Mahen langsung pulang meninggalkan Keyla seorang diri di dalam apartemennya.
Keyla menghentikan aktivitasnya membersihkan dapur saat merasakan kepalanya sakit kembali. Ia berjalan sambil memijit kepalanya yang terasa seakan mau pecah. Setelah sampai di dalam kamarnya, Keyla segera merebahkan tubuhnya. "Sepertinya aku memang harus segera pergi untuk melakukan pemeriksaan." Putusnya karena ia merasa masih ingin sedikit lama menikmati perlakuan Mahen.