NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Duka

Takdir Di Balik Duka

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO / One Night Stand / Ibu Pengganti / Diam-Diam Cinta / Menikah Karena Anak
Popularitas:95.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

“Silakan pergi dari mansion ini jika itu keputusanmu, tapi jangan membawa Aqila.” ~ Wira Hadinata Brawijaya.

***

Chaca Ayunda, usia 21 tahun, baru saja selesai masa iddahnya di mana suaminya meninggal dunia karena kecelakaan. Kini, ia dihadapi dengan permintaan mertuanya untuk menikah dengan Wira Hadinata Brawijaya, usia 35 tahun, kakak iparnya yang sudah lama menikah dengan ancaman Aqila—anaknya yang baru menginjak usia dua tahun akan diambil hak asuhnya oleh keluarga Brawijaya, jika Chaca menolak menjadi istri kedua Wira.

“Chaca, tolong menikahlah dengan suamiku, aku ikhlas kamu maduku. Dan ... berikanlah satu anak kandung dari suamiku untuk kami. Kamu tahukan kalau rahimku bermasalah. Sudah tujuh tahun kami menikah, tapi aku tak kunjung hamil,” pinta Adelia, istri Wira.

Duka belum usai Chaca rasakan, tapi Chaca dihadapi lagi dengan kenyataan baru, kalau anaknya adalah ....



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Jangan Tantang Saya, Chaca!

Pria itu merasakan dadanya bergejolak hebat. Kata-kata Chaca terus terngiang di kepalanya, seolah menampar egonya yang selama ini begitu tinggi. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Chaca benar-benar berani berbicara seperti itu kepadanya—seolah ia tidak memiliki hak lagi atas wanita itu.

Matanya menajam saat melihat Chaca berjalan kembali ke dalam restoran, seakan tidak peduli pada keberadaannya. Rahangnya mengatup kuat, amarah membara dalam dirinya.

Tanpa berpikir panjang, Wira melangkah cepat, mengejar Chaca, lalu menarik tangannya dengan paksa. Chaca tersentak, terhenti seketika. Beberapa tamu di sekitar mereka mulai melirik penasaran, tapi Wira tidak peduli. Kemudian membawa wanita itu kembali ke luar restoran.

"Apa maksudmu dengan semua itu, Chaca?" Suaranya rendah, tapi penuh ancaman. "Kamu bilang ingin pergi? Sejak kapan kamu punya hak untuk memutuskan sendiri?"

Wanita itu menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ia tidak menarik tangannya, tapi juga tidak menunjukkan ketakutan seperti dulu. "Sejak saya sadar bahwa saya juga manusia, Pak Wira. Saya bukan boneka yang bisa Anda atur sesuka hati."

Amarah Wira semakin membuncah. Ia menarik Chaca lebih dekat, hingga hanya ada jarak tipis di antara mereka. "Jangan mempermainkan saya, Chaca. Saya tidak suka permainan seperti ini!"

Chaca menahan napas sejenak, lalu tersenyum tipis. "Justru saya yang lelah dimainkan, Pak. Istri Anda sendiri yang bilang pernikahan kita ini hanya sebuah kontrak, bukan? Saya hanya menjalankan bagian saya. Dan sekarang, saya harus mempersiapkan, sebelum Anda membuang saya."

Tangan Wira semakin mengerat di pergelangan Chaca, membuat wanita itu sedikit meringis.

"Kamu tidak akan pergi ke mana-mana," desisnya dingin. "Saya tidak akan membiarkanmu."

Chaca menatapnya tajam. "Pak Wira tidak punya hak untuk menahan saya. Saya ini hanya akan jadi alat pencetak anak untuk Anda dan bu Adelia, bukan!”

"Jangan tantang saya, Chaca." Suara Wira semakin gelap. "Kamu pikir saya akan membiarkanmu begitu saja? Kamu pikir saya tidak bisa membuatmu tetap di sisi saya?"

Chaca mendengus, kali ini ia menarik tangannya dengan kuat hingga berhasil melepaskan diri. "Saya tidak takut padamu lagi, Pak Wira. Anda boleh punya kuasa atas banyak hal, tapi tidak atas hidup saya."

Ia melangkah mundur, menatap Wira dengan penuh keteguhan. "Jika Pak Wira memang tidak bisa menerima kepergian saya, maka sebaiknya kita sudahi semuanya lebih cepat. Saya yang akan mengajukan perceraian."

Wira membeku. Kata "perceraian" itu seperti palu godam yang menghantam dadanya. Selama ini, ia tidak pernah berpikir Chaca akan benar-benar berani mengucapkannya.

Sementara Wira masih terpaku dalam emosinya, Chaca melangkah pergi, meninggalkan pria itu dengan amarah yang semakin meluap-luap. Tapi kali ini, kemarahan itu bercampur dengan ketakutan yang selama ini tidak pernah ia sadari—ketakutan kehilangan Chaca untuk selamanya. Ia memang sudah menikahi adik iparnya itu agar terikat, tapi justru kini jalan ceritanya menjadi berbeda.

***

Satu jam kemudian, Wira duduk gelisah di lobi hotel setelah acara anniversary bisnis Hans selesai. Matanya awas mengawasi setiap orang yang keluar dari restoran. Sesekali, ia mengepalkan tangan, berusaha menahan emosinya. Chaca. Wanita itu benar-benar membuatnya berada di titik di mana ia tidak bisa membiarkannya begitu saja.

Dan akhirnya, sosok yang ia tunggu muncul juga. Chaca keluar dari restoran bersama Rayya, Niken, dan beberapa karyawan lainnya. Wanita itu tampak ceria, berbincang dengan teman-temannya, seolah tidak ada yang mengganggu pikirannya.

Wira menegakkan tubuhnya, pura-pura tidak melihatnya. Namun, begitu Chaca tiba di luar lobi hotel dan berdiri menunggu taksi, ia langsung bergerak. Dengan langkah cepat, Wira mendekat, lalu tanpa banyak bicara, ia menarik paksa lengan Chaca dan membawanya ke mobilnya yang terparkir di dekat pintu hotel.

"Pak Wira! Apa-apaan ini?!" seru Chaca sambil memberontak.

"Masuk," perintah Wira dingin, membuka pintu mobil dan mendorongnya masuk.

"Saya nggak mau ikut denganmu!" Chaca berusaha melawan, tapi Wira lebih kuat.

"Jangan membuatku kehilangan kesabaran, Chaca." Suara Wira terdengar dingin dan mengancam.

Wanita itu menatapnya tajam, lalu dengan napas memburu, ia akhirnya masuk ke dalam mobil. Wira menutup pintu dengan kasar, lalu melingkari mobil dan duduk di kursi pengemudi.

Begitu mesin dinyalakan, Chaca segera berseru, "Bawa saya pulang sekarang juga!"

"Tidak," jawab Wira tegas sambil melajukan mobilnya.

"Saya tidak ingin pergi bersamamu!"

"Sayangnya, kamu tidak punya pilihan."

Chaca menatapnya dengan penuh amarah. "Apa lagi maumu, Pak Wira?!"

Wira mengeratkan genggamannya pada setir, rahangnya mengatup. "Saya ingin kamu berhenti bekerja."

Chaca tertawa sinis. "Oh, jadi itu? Anda pikir Pak Wira bisa mengatur hidup saya semudah itu?"

"Ya," jawab Wira tanpa ragu. "Kamu istri saya. Kamu harusnya tinggal di mansion, bukan bekerja di luar seperti ini."

"Jangan bicara seolah-olah Anda peduli, Pak Wira!"

"Saya peduli." Wira membalas cepat.

Chaca mendengus. "Peduli? Anda peduli pada saya atau hanya peduli karena merasa harga diri Anda terluka saat melihat saya bahagia?"

Wira mengeraskan ekspresinya. "Saya tidak mau kehilanganmu, Chaca."

Wanita itu terdiam sesaat, sebelum tertawa kecut. "Oh, sekarang Pak Wira tidak mau kehilangan saya? Lucu sekali.”

"Saya tidak bisa membiarkanmu pergi," lanjut Wira, suaranya lebih dalam, penuh penekanan. "Karena kamu harus menjalankan tanggung jawabmu."

Mata Chaca menyipit. "Tanggung jawab?"

“Ya, kamu harus memberikan anak untuk saya dan Adelia."

Chaca merasa dunianya berputar. Ia menoleh ke Wira dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. “Akhirnya terucap juga maksud dan tujuannya. Benar kata bu Adelia!”

"Saya akan menjadwalkan program inseminasi secepatnya."

Chaca menggelengkan kepalanya. "Jadi itu alasan Anda menahan saya? Bukan karena Pak Wira peduli dengan saya, tapi karena Anda butuh rahim saya?"

Wira tetap diam.

Chaca tertawa, tapi matanya memancarkan kekecewaan yang dalam. "Anda benar-benar pria yang egois, Pak Wira. Sudah memaksa menikah, lalu kini saya disuruh mengandung anaknya.”

"Kamu sudah tahu dari awal, Chaca," ucap Wira. "Pernikahan kita memang untuk ini."

Wanita itu menarik napas panjang, berusaha meredam emosinya. "Kalau begitu, biarkan saya bercerai setelah saya melahirkan anak Anda. Biar semuanya selesai."

Wira meliriknya tajam. "Tidak."

"Tidak?" Chaca mencibir. "Apa Pak Wira benar-benar berpikir saya akan tetap tinggal setelah semua ini?!"

"Kamu tidak akan ke mana-mana, Chaca."

Wanita itu mendengus kesal. Ia hendak membalas ucapan Wira ketika tiba-tiba ponsel pria itu berdering.

Bersambung ... ✍️

1
Mulianti Mulianti
swmangat up
mur:ciyuah
ih gemezzzzzz mom ghina nakal....caca di gantung di pohon. toge...lama x up nya...aku makin penasaran mom....lanjut...
Ila Lee
kn mereka sudah halal Adelia
宣宣
jangan jerit2 terus ondel2, nanti hipertensi loh.....
Herman Lim
lebay bgt sih yg jls ga nafsu sama bini ya lah wira dpt perawan chaca dah pasti buat on terus klo dkt sama pawang nya 🤣🤣🤣
Widia Sari
ais si adel ganggu aja masukin karung aja tu si adel biar gk ada pengganggu lagi hahhahaha
ve spa
Chaca seakan mengingat kembali adegan yang sama 😔
ve spa
Wira nii sebenarnya cembokur, tapi nggak ngaku, hadihh 😁
Yuni Say
😀😀😀
boma
masih terasa ya ca
hasatsk
duh akhirnya mulai terkuak...ternyata yang memperkosa itu......
Naufal Affiq
bilang aja wira kalau kamu yang sudah perkosa chaca,maka nya gak bisa lihat chaca sama lelaki lain,kamu itu cinta,tapi selalu memungkirinya,
@arieyy
aduhhhhh...hampir aja😩...adel ganggu ihhhh🤣🤣
Kimmy Doankz
salah si adel sendiri,dri awalkn udah di peringati sama chaca,,dan selalu chaca yg salah
Ila Lee
nk wira. yg cemburu
Nurhayati Nia
thorr apa jangan" dulu yang memperkosa chaca wiraa bukan ezarr
Nurhayati Nia
ah lagi karena kamu wira sableng chaca bkl kena amuk si perekedelll
Nurhayati Nia
mom gina aku dah ngasih vote yaa
lanjut
Nurhayati Nia
adel wira kalian manusia pada tidak tahu diri ya dari awal chaca udah pernah bilang kan sama kamu adel siap tidak untuk berbagi suami nah kalo sudah gini kenapa musti menyalahkan chaca dasar kalian orang"tamak
indy
adelia datang ada untungnya bagi Chaca, gak jadi diserang Wira
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!